Hidup mereka akan menjadi lebih mudah, jika mereka tidak saling mengenal. Tidak saling tertarik. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Karena sekuat apapun mereka berusaha menghindari satu sama lain, takdir selalu mempertemukan mereka kembali. Lagi dan lag...
"Bagaimana udara Busan?" Jimin melemparkan tubuhnya ke sofa, "apa beda dengan Seoul?"
Seulgi tertawa dan Jimin tersenyum mendengarnya.
"Bagaimana ya ... udara disini seolah memberitahuku, kalau dua puluh dua tahun yang lalu seorang bayi lelaki menggemaskan bernama Park Jimin lahir disini."
"Aku tidak menggemaskan!" Sahut Jimin cepat. Dia tidak ingin dibilang menggemaskan, lucu, atau imut oleh Seulgi. Tidak mau. Ia ingin Seulgi melihat dirinya sebagai seorang pria.
Seulgi terkikik.
"Baik, Bapak Jimin yang tidak menggemaskan. Sedang apa?"
"Baru melakukan photoshot bagianku. Sedang menunggu giliran sub unit. Kapan kembali ke Seoul?"
"Nanti malam mungkin. Mau bertemu?"
Jimin tersenyum. Seulgi sudah tidak malu lagi mengambil inisiatif untuk mengajak bertemu duluan. Sejak di Singapura, mereka semakin dekat.
"Hanya jika Noona tidak lelah."
"Tidak. Aku tidak lelah." Bahkan suara Seulgi sendiri terdengar ragu.
"Tukang tidur sepertimu? Aku tidak yakin."
"Ish!"
Jimin tertawa. Semua lelahnya, semua suntuknya yang dari pagi buta sudah menjalani jadwal menjadi hilang hanya dengan mendengar suara Seulgi. Suara tawanya.
Seulgi terdengar berbicara dengan seseorang dan Jimin diam, ikut mendengarkan.
"Kenapa? Syutingnya ditunda?" Tanya Jimin.
Seulgi mendesah, "begitulah. Menyebalkan. Apa yang harus kulakukan coba?"
Jimin menegakkan tubuhnya, "Noona, mau makan sesuatu yang enak?"
"Mau! Kau tau tempatnya?"
"Noona dimana sekarang?"
Seulgi menyebutkan lokasinya dan Jimin tersenyum. Dekat.
Jimin mengarahkan Seulgi. Memberitahu kemana Seulgi harus berjalan. Dan rasanya ia berjalan bersama Seulgi juga. Disisinya. Sambil berjalan Seulgi memberitahu apa saja yang dilewatinya seperti ibu muda yang berjalan sambil mendorong stroller bayi (lucu sekali Jimin! Apakah kau selucu itu saat bayi?) atau kucing yang bergelung dibawah rimbunnya pohon (Seulgi sempat berhenti untuk mengelus kucing itu dan Jimin harus mengingatkannya dengan, "ayolah, Noona!") atau gerobak jajanan kaki lima yang membuat Seulgi ingin berbelok tapi Jimin berhasil mencegahnya dan Seulgi menggerutu sambil melanjutkan langkahnya (awas kalau nanti makanan yang kau rekomedasikan tidak enak!)
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.