chapter 1

94 90 51
                                    

Haii semua jangan lupa vote and komen sebelum membaca!

Haii semua jangan lupa vote and komen sebelum membaca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✿✿✿


Senin, 29 mei 2000

Di sore hari yang gelap terlihat seorang perempuan muda yang sedang hamil tua. Ditemani deras nya hujan dan sesekali di barengi gemuruh kilat yang menggelegar menghiasi malam. Angin yang berhembus kencang meroboh kan pepohoann dan menebarkan dedaunan di sepanjang jalan.

Dalam rasa, si perempuan muda itu berharap agar bisa ikut terbang bersama hembusan angin kencang. Membawa nya terbang menuju semesta dan meninggal kan segala kepedihan. Saat ini hanya, perempuan muda itu hanya bisa menanggung beban atas apa yang telah ia perbuat.

Sambil memandang hujan yang kini makin deras si perempuan memandang kosong hujan tersebut.

"Kenapa aku bodoh banget ya, sekarang akhirnya kayak gini maafin mama ya sayang gara gara perbuatan mama dimasa lalu hidup mu kurang baik" Ucap si perempuan menangis pilu sambil memegang perut nya yang membesar dikarenakan ada janin didalam nya. Menyesal pun tak ada gunanya, nasi telah menjadi bubur.

"Masuk Non! Bahayaaa, dingin seperti ini nanti masuk angin, banyak petir juga non" Kata si mbok pelan menegur perempuan muda tersebut.

Si mbok sangat peduli pada nya, lebih dari diri si mbok sendiri. Perempuan muda itu menuruti perintah si mbok karena ia juga tak mau janin yang ada di kandungan nya ikut menderita, cukup dirinya saja yang menderita anaknya jangan.

Perempuan itu mengusap air mata yang ada di pipi nya lalu berjalan kedalam dan duduk di ruang tamu bersama si mbok. Sembari memberikan sebuah amplop yang berisi kan beberapa foto dan secarik kertas pada si mbok.

"Tolong simpan ini dan kelak berikan lah kepada anak ku ketika ia sudah beranjak dewasa ya mbok...berikan foto ku dan sampaikan lah maaf ku pada nya, hanya itu lah sementara yang dapat aku sampaikan mbok...." Suara si perempuan terdengar sangat parau dan lembut. Sembari berpaling muka karena ingin menyembunyikan air matanya pada si mbok

"jangan seperti itu non! seperti mau pergi jauh saja non ini" Jawab si mbok sambil tergagap gagap sembari menitihkan air matanya yang sudah tak mampu terbendung lagi.

"Entahlah mbok, aku sebenarnya sangat ingin merawat dan membesarkan nya hingga besar dan berguna jadi anak bangsa, tapi aku tak bisa" Jawab si perempuan pelan.

"Tidak! Jangan biar begitu non, mbok yakin non bisa bertahan" si mbok mencoba memberi semangat.

"Apa mungkin mbok aku dapat bertahan dengan lingkungan yang anak selalu mencemooh diriku, memandang rendah harga diri ku seolah mereka tak pernah membuat dosa sekecil apapun. Bagiku semua itu tidak papa, tapi bagi anak ku yang tidak salah apakah layak untuk disalahkan dan dikatakan anak haram. Aku memang melakukan perbuatan yang haram mbok tapi anak ku bukan lah anak haram, anak ku sama dengan anak lainnya. Semoga saja aku bisa mengabaikan semuanya mbok, tapi jika aku benar benar tak sanggup maka tolong jaga dan rawat serta sekolah kan lah anak yang ku kandung ini seperti anak mbok sendiri".

"Jangan berbicara seperti itu lagi, sudah kamu istirahat saja sekarang non, mbok paham apa yang kamu rasakan. Esok masih panjang dan masih ada banyak harapan yang menanti" si mbok memberikan nasihat bijak sambil merangkul erat sang perempuan muda tersebut.

Satu minggu kemudian....

Tepat pada Selasa, 6 juni 2000

Tidak terasa setelah kejadian tersebut sang perempuan pun melahirkan. Jerit tangis sang bayi mewarnai kehadirannya ke dunia ini mengusir sepi nya tengah malam. Namun tanpa diduga yang seharusnya menjadi hari yang mengharukan menjadi hari tangisan. Belum sempat menggendong sang buah hati tersayang yang telah ia kandung 9 bulan di rahim nya, tanpa memberi setetes air susunya, si ibu telah menutup mata untuk selama lama nya. Benar seperti apa yang telah ia perkirakan, ternyata dokter telah memprediksi bahwa kesehatan nya sangat lah lemah untuk melahirkan. Membuat sang dokter kebingungan menjelang kelahiran sang bayi.

Haidar Efendi Fahreza bayi laki-laki dari NY.Sonya Adistiya.

Teriakan sang bayi makin menggelegar seakan tau bahwa ibunda nya telah tiada, akan tau bahwa ada prahara duka yang menimpa. Suasana duka menyelimuti sang bayi dan si mbok. Tak ada kerabat atau keluarga yang datang menyambut selain si mbok tua yang sudah merawat sang ibu sedari dia kecil. Di gendong nya si bayi dan tak lama suasana hampa pun menimpa, mewarnai malam yang mencekam. Dalam isak tangis di hati, sang mbok hanya memanjat kan doa nya pada sang maha kuasa tuk memohon ampun atas segala dosa sang ibu dari baik yang telah tiada.

Seperti tau bahwa ajalnya telah dekat. Tapi kenapa harus secepat ini, sungguh malang nasib sang bayi harus menanggung semuanya. Si Mbok berjanji akan merawat si bayi hingga dewasa seperti apa yang telah di amanatkan sang ibu dari bayi yang di gendong nya hingga menjadi orang besar dan berguna.

****

shadow of love | on goingWhere stories live. Discover now