Chapter. 2

90 90 51
                                    

Waktu terus berputar, melewati duka yang panjang. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Bayi yang dulu ditimang timang kini telah dewasa dengan penuh kasih sayang dari si mbok. Kini ia yelah tumbuh menjadi pria yang gagah dan perkasa, dia adalah Haidar Efendi Fahreza. Masih terbayang oleh haidar betapa lara duka yang ditanggung nya. Diejek dan di cemooh oleh teman teman semasa kecilnya, disebut "anak haram" haidar hanya bisa menangis dan menyendiri, tidak pernah merasakan belaian dan kasih sayang sang ibunda ketika membutuhkan.

Kadang Haidar bertanya tanya dalam hati, apa salah nya hingga dia di perlakukan tak adil oleh teman teman nya dahulu. Semua nya masih tersimpan rapat di hatinya. Haidar tidak pernah ingin dilahirkan dengan cara begini. Haidar bukanlah anak haram, bagaimana ia dilahirkan itulah tindakan yang haram. Menyalahkan orang tua nya pun kini percuma, tidak ada guna nya. Namun sekarang, haidar tak perduli semua itu, karena suatu saat dia akan buktikan bahwa dia mampu, bahwa dia bisa bangkit.

Lain hal nya dengan teman teman nya, Haidar sering menutupi dirinya dam melamun dalam kesendirian. Membayangkan dunia sangat tak adil dan ini telah dia jalani.

Cinta hanyalah hal menakutkan, hal yang menodai dunia. Masa depan masih menjadi harapan, membayangkan masa depan yang membentang luas samudra.

Sekarang, usianya telah beranjak dewasa, Haidar telah mengetahui sedikit nya latar belakangnya dan latar belakang ibundanya dari si mbok, dan juga ia membuka satu satunya amplop yang berisi foto dan secarik surat.

"Den ini ibumu menitipkan ini untuk mu ketika kamu dewasa, mbok rasa ini saat yang tepat" ucap mbok sambil memberikan amplop tersebut.

"Ini yang ibu titip kan untukku? Baiklah aku akan membukanya" sambil membuka amplop tersebut, yang pertama ia lihat adalah foto ibundanya.

     "Ini yang ibu titip kan untukku? Baiklah aku akan membukanya" sambil membuka amplop tersebut, yang pertama ia lihat adalah foto ibundanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ibu....Cantikk ya mbok" ucap haidar sambil tersenyum.

"Iya den, oh iya dilamnya juga ada secarik kertas sepertinya."si mbok tersenyum sembari menangis terdiam.

Isi kertas tersebut.

     Dan juga ada beberapa foto bunda nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan juga ada beberapa foto bunda nya. dengan lakilaki yang tak bertanggung jawab itu, Cipto Efenddy.

 dengan lakilaki yang tak bertanggung jawab itu, Cipto Efenddy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
shadow of love | on goingWhere stories live. Discover now