4. Sassy Boy

754 105 5
                                    

Sori barusan ini aku republish. Entah ini file ceritaku dari laptop lama yang eror atau gimana, kok sebagian teks-nya nggak ke-paste di wattpad. Aku baru ngeh pas scanning kok ada kalimat nggak nyambung. Jangan-jangan di part-part sebelumnya juga.

 Jangan-jangan di part-part sebelumnya juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang cowok mendekat.

Lain dari Bang Billy, cowok ini kelihatan ketus banget. Nyengit gitu tampangnya. Dipanggil orang-yang dari segi tampang-lebih tua, bukannya jalan buruan, malah males-malesan. Gue langsung otomatis nggak respek. Yah bukan urusan gue juga, sih, tapi asli kesel gitu lihat cowok dengan mata memincing dan bibir merengut kayak nggak ada satu hal pun di sekitarnya yang bisa bikin dia excited. Well ... meski sebenarnya gue juga selalu bertampang seperti itu, sih, menurut Afrika.

"Balik, yuk," ajaknya, tanpa memedulikan gue.

Bukannya gue pengin diperhatiin, atau apa, tapi gue kan berdiri di antara mereka gitu. At least senyum, kek.

"Oke," Bang Billy ngangguk kemudian beralih ke gue. "Kenya, kalau lo mau, kita ada after party habis ini buat ngerayain suksesnya acara galang dana buat stray dogs di Bali. Yah ... makan-makan kecil-kecilan, sih."

Cowok yang baru datang itu motong, "Kan itu cuma buat member. Emang cewek ini member?"

Dafuq, siapa juga yang bakal nyanggupin? Dia nggak lihat apa gue udah siap-siap mau ciao bella? Nggak kalah ketus, gue nyamber, "Nggak ah, Bang, kan gue bukan anggota klub."

"Nggak apa-apa, to appreciate your thoughts about pitbull beauty standard," rayunya. "Come on, gue jamin asyik."

Aduh ... jangan dipaksa gini, dong. Gue udah melalui masa-masa penuh bara api godaan penis berkulup sebagai perempuan taken yang sendirian di belantara Chengdu, masa di sini nggak luput dari godaan syaiton juga? Lagian ogah ah gue, temennya aja nggak asyik begitu.

"Come on, Kenya, sebentar aja. Nggak jauh, kok. Di kafe ujung jalan situ."

"Dia kan udah bilang nggak mau," cowok nggak asyik itu mendesis nggak sabar, kedua tangannya dimasukin ke saku celana. "Buruan, gue males banget, nih panas."

"Panas?" gue mulai senewen. Heleh, manja banget timbang panas matahari aja nggak betah, bakal meleleh apa idung mancungnya?

Gue potong gitu, tatapannya yang dari tadi nggak pernah ketemu mata gue bersirobok, "Iya. Kenapa?"

Bang Billy menengahi, "Sorry, sorry, dia nggak bermaksud begitu, Kenya. Yasa ini belum lama balik ke Jakarta, kayaknya dia belum biasa."

"Oh," gue sengaja tersenyum miring. "Emang dulunya tinggal di mana? Korea?"

Denger gue ngomong Korea, kok dia langsung nyolot. "Maksud lo gimana, ya?"

"Yas," Bang Billy menahan. "Kenapa sih, lo? Santai kali. Tenang ... nanti kita cari habis ini. Nggak akan ilang, pasti bakal ketemu."

Kenya The Break UpWhere stories live. Discover now