12. Welcome to William Berrel Animal Fundation, Kenya!

512 88 13
                                    

Vote dan komen, yaaa

Tapi di mana ya gue pernah denger suara itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi di mana ya gue pernah denger suara itu?

Mungkin perasaan gue aja. Mana pernah gue kenal cowok yang punya kantor semewah ini? Perasaan kenalan gue paling jauh Jamal, gue yakin dia bahkan belum pernah lihat lantai keramik yang bisa buat ngaca gini. Ngeliat ubin aja dia takjub, lantai rumahnya kan cuma disemen.

Serius, ruangan ini mewah banget. Animal Fondation bisa sekaya ini, ya? AC-nya aja beneran sejuuuk khas barang baru, lebih sejuk daripada yang di ruang tunggu atau lorong yang gue lewatin tadi, apalagi AC di rumah yang udah nyentor angin doang kayak kipas angin, nggak ada dingin-dinginnya. Wow ... gue berdecak kagum dalam hati. Dua sisi ruangan ini berdinding kaca, menyajikan pemandangan rimbun pepohonan serupa dengan yang gue nikmatin di lorong menuju kemari. Dari meja kerja pemilik ruangan, dia pasti bisa mengawasi segala kegiatan dari ujung ke ujung halaman yang luasnya beneran nggak gue nyana.

Oh iya ngomong-ngomong, yang nyebut nama gue tadi sepertinya adalah Pak William. Gue memang belum lihat muka karena dia duduk di kursi bersandaran tinggi yang posisinya membelakangi pintu masuk, tapi siapa lagi? Ini kan ruangannya.

"Selamat pagi," sapa gue sopan, berusaha supaya kedengeran composed, nggak terlalu excited. Padahal mah gue udah girang ngebayangin bisa beli kutang baru, siapa tahu bisa kasbon. Udah lama gue nggak ngasih pemandangan baru buat Data. Yah kalau lo inget pas buku 1, Bitch, lo mungkin inget doi suka bra item atau yang gelap-gelap gitu. Sementara gue mah apa aja, kadang dibeliin mami juga gue pake. Makanya bra item gue cuman itu-itu aja. Eh ... tapi kan gue lagi putus ama dia. Ngapain gue pikirin coba?

Mending gue fokus menghadapi Pak William yang sepertinya sedang meneliti berkas gue.

"Berapa lama kamu di Chengdu?" dia nanya, tanpa membalik kursi.

Sopan nggak sih gitu, tuh? Nggak sopan sih sebenernya, mentang-mentang gue butuh kerjaan. Tapi sekarang ini, disuruh ngebajak sawah juga gue jabanin, timbang balik nganggur lagi, mami bisa stroke.

Gue jawab, "Delapan belas bulan."

"Ngapain aja di sana?"

Nah pertanyaan kayak begini tuh paling susah deh ngejawabnya. "Saya ikut program kerjasama WWF Indonesia dengan Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding."

"Saya tahu. Secara garis besar apa yang kamu kerjakan selama di sana?"

Hmmm ... secara garis besar ya ... "I took care pandas."

"Is it hard?" tanyanya.

"It's basically fun," gue tertawa kecil sendiri mengingat hari-hari yang lalu. "If you love animals. Teman saya hanya bertahan satu bulan sebelum menyerah, bukan pekerjaan ringan sebenarnya. Kami nggak hanya main seperti yang orang pikir, we took care of everything. Pada dasarnya, panda sangat pemalu dan susah dekat dengan selain spesiesnya, kadang untuk menangani panda dewasa kami mengenakan kostum panda. Untuk panda-panda baru, beberapa panda diurus oleh nanny yang sama sejak mereka masih bayi."

Kenya The Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang