Ch. 8

81 6 0
                                    

Lia menatap keluar jendela kamar Ryujin yang berada dilantai 2. Mencoba membuka jendela itu namun tak berhasil karena rupanya jendela itu telah terkunci hingga ia tak memiliki celah untuk kabur.

Lia menggigit bibirnya. Menatap sekeliling kamar Ryujin mencari celah lain agar ia bisa segera pergi dari tempat ini. Berjalan tertatih menghampiri sudut demi sudut ruangan sembari otaknya terus berpikir.

Apakah dia harus menghancurkan jendela kemudian lompat?

Lia memperhatikan kedua kakinya yang banyak terdapat memar kehijauan. Dikeadaannya yang sekarang apakah dia bisa melompat? Ditambah disini tak ada benda yang bisa ia lempar keluar kecuali sofa dan meja disebelah ranjang.

Lia mendekati sofa. Mencoba mengangkat sofa itu namun tak berhasil karena sofa itu sangatlah berat. Dikondisinya yang seperti ini ia tak akan mampu melempar sofa itu keluar seorang diri. Lia mendengus, sedikit kecewa pada dirinya yang sangat lemah. Kembali menatih langkahnya mendekati meja berukuran sedang disisi ranjang Ryujin yang rupanya terhubung dengan ranjang disebelahnya.

Lia menghela nafasnya panjang. Mendudukan tubuhnya yang sudah mulai lelah karena seharian ini ia pakai untuk berkeliling disekitar kamar untuk mencari cara kabur dari sini. Lia yakin Ryujin sudah mempersiapkan semuanya. menyingkirkan barang-barang yang sekiranya bisa menjadi alat untuk Lia melarikan diri. Lia bahkan tak menemukan iphonenya dimanapun. Dia sudah mengacak acak kamar ini dan ia tak bisa menemukan apapun kecuali beberapa baju dicabinet.

Untuk kesekian kalinya Lia menghela nafasnya. Menaikan kedua kakinya keatas ranjang kemudian membaringkan sejenak tubuhnya yang terasa sangat sakit dibeberapa bagian. Pandangannya menerawang. Memikirkan satu nama yang ia harapkan ada disini bersamanya.

Yeji....

Mata Lia terlihat kaca-kaca. Membayangkan wajah Yeji didalam pikirannya. Apakah dia mengkhawatirkan aku? Atau dia tak lagi peduli?

Ini baru 2 hari ia tak bertemu tapi Lia sudah sangat merindukan Yeji. Lia tak peduli meskipun Yeji terus berteriak dan memakinya asalkan dia masih dapat melihat wajah Yeji maka hatinya akan terasa lebih baik.

Apa yang sedang ia lakukan sekarang? Apakah dia makan dengan benar? Dan apakah wanita itu datang lagi?

Lia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Menyembunyikan tangisnya. Ia hanya berharap Yeji ada disini, menghilangkan rasa sakit tubuhnya dengan memeluknya erat. Memberikan kecupan dipuncak kepalanya dan mengatakan akan melindunginya. Tapi Lia tau hal itu tak akan pernah terjadi karena pada kenyataannya Yeji sangat membencinya. Lia tau Yeji tak akan peduli lagi padanya, terlihat dari makian yang selalu Yeji katakan tapi meskipun begitu Lia tetap setia menunggu. Tak ada alasan untuk pergi karena hanya Yeji yang ia mau. Hanya Yeji yang dapat memahami dirinya. Hanya Yeji yang dapat menghilangkan rasa sakitnya dan Lia akan tetap menunggu berapa pun lamanya.

"Kenapa kau belum juga menghentikan tangismu huh..."

Mata Lia membulat ketika suara Ryujin tiba-tiba terdengar. Menurunkan kedua tangannya dari wajah mendapati Ryujin yang sudah berdiri dihadapannya sembari memandangi entah sejak kapan. Lia bahkan tak mendengar suara langkah kaki Ryujin dan tiba-tiba wanita itu dengan ajaibnya sudah berada disana.

"Gaun tidur itu pas dipakai ditubuhmu..." ucap Ryujin melirik gaun putih yang Lia pakai kemudian menggeser tubuhnya. Meletakan kotak hitam yang ia bawa diatas ranjang tepat disisi kanan Lia terbaring lalu membuka kotak itu yang menampakan sebuah kalung berwarna silver didalamnya.

Lia bangun. Ikut menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Ryujin sembari memperhatikan lingkaran perak yang lebih terlihat seperti kalung anjing dibanding kalung untuk manusia yang Ryujin bawa.

TOXIC - YEJISU X RYUJIN [COMPLETE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora