Abrianna Alka Tunggadewi

14.4K 1.3K 8
                                    

Banyak pelajaran hidup yang didapatkan seorang wanita bernama Brianna Alka sejak beberapa tahun belakangan. Mulai dari kesetiaan, persahabatan bahkan pengkhianatan.

Alka, sapaan akrabnya. Wanita 32 tahun yang masih betah sendirian tanpa pasangan. Alka sibuk bekerja. Ia dipercaya oleh sang kakak untuk mengelola salah satu cabang perusahaan keluarga.

"Al, tolong ya," pinta seseorang yang baru saja bangkit berdiri dari duduknya dengan napas terengah.

"Iya. Mending lo balik. Ntar Mama bawel kalau tahu lo ke sini dengan kondisi perut mau meledak kayak gitu," balas Alka.

"Kampret," kesal Ella, sahabat sekaligus kakak ipar Alka.

Alka terkekeh. Ia mendekati Ella dan mengelus perut buncit yang di dalam sana ada keponakan Alka nomor 2. Sudah 7 tahun menikah, akhirnya keluarga mereka akan mengurus bayi kecil lagi.

Ella sudah menikah di tahun ke-7, sedangkan Alka masih belum ada tanda berjodoh dengan pria mana pun. Bukannya tidak ingin menikah, hanya saja Alka ingin mendapatkan pria yang tulus mencintainya.

Di umur 32 tahun bukan sekadar materi yang Alka inginkan. Tapi kesetiaan dan kasih sayang. Seperti quote yang pernah Alka baca, wanita harus bisa menjadi mandiri. Harus mempunyai penghasilan sendiri. Agar nanti, saat seorang pria datang menginginkannya, yang pria itu tawarkan bukan lagi soal uang. Melainkan kasih sayang dan kesetiaan.

"Soalnya kalau Mas Eno yang pergi lo tahu kan gimana reaksi Ayang?"

Alka mengangguk. Keponakannya itu pasti akan menekuk wajah karena banyak wanita-wanita cantik melirik sang ayah.

"Iya. Ayo, sekalian gue ke bawah."

Ella tampak senang dan mengapit lengan Alka untuk keluar dari ruang kerja wanita itu. Alka tersenyum geli. Selain sayang sebagai sahabat, Alka juga menyayangi Ella sebagai saudarinya.

"Masih lama?" tanya Alka melirik perut Ella.

"Bulan depan. Lagi milih tanggal cantik biar samaan kayak Ayang."

"Tapi kan Ayang lahirannya normal dan pas banget tanggal cantik. Lah, ini? Lo mau sesar?"

"Gak sih. Cuma berharap doang. Semoga aja gitu. Mana tahu dikabulin kan," kekeh Ella.

Alka melangkah pelan mengimbangi langkah Ella. Mereka tiba di lobi, lalu sama-sama berdiri menunggu sopir membukakan pintu mobil masing-masing.

"Hati-hati, Pak. Suaminya macan galak," kata Alka pada sopir pribadi Ella yang tersenyum lebar padanya.

Memasuki mobil, Alka lebih dulu meninggalkan perusahaan dan Ella menyusul di belakangnya. Alka akan ke sekolah anak Ella dan Eno untuk mengambil raport bocah 6 tahun itu.

Sekitar 20 menit berkendara, Alka tiba di salah satu taman kanak-kanak. Sudah mulai ramai dan Alka langsung menuju ke kelas keponakannya.

Alka tersenyum membalas senyuman ramah para ibu-ibu muda di sana. "Ayang mana sih?" gumam Alka saat memasuki kelas keponakannya tapi tidak melihat bocah kecil itu.

"Ayang?" panggil Alka pada seorang anak perempuan dengan rambut yang dikepang dua.

"Bunda!" seru bocah itu dengan senang saat melihat Alka.

Alka berlutut dan mencium pipi bocah yang ia panggil 'Ayang' itu dengan gemas berulang kali sampai keponakannya itu tertawa geli.

"Mama gak bisa ke sini karena perutnya gede. Kata Oma susah jalan. Papa juga gak bisa ke sini karena Ayang larang. Nanti banyak Tante-Tante centil godain Papa," jelasnya dengan raut wajah lucu.

SHORT STORY 2022 - 2023 (END)Where stories live. Discover now