06 - Her Decision

1K 109 4
                                    

Kedua pupil mata Ran Takahashi seketika membesar dan rasa gugup menjalar di sekujur tubuhnya saat gadis itu mulai mengetik. Pria berparas tampan itu lantas beranjak dari kasurnya dan bergegas berdiri dan mau menemui sepupu perempuannya itu untuk memberitahunya. Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya saat mengingat Anry yang akan mengisenginya lantaran wajah Ran yang mudah sekali memerah saat malu.

"Tidak, tidak, Anry tidak boleh melihatku seperti ini."pria itu lalu menutup kembali pintunya yang baru ia buka setengah lalu menguncinya 2 kali, namun selang beberapa detik kemudian ia mendengar suara Anry memanggilnya. Lantas Ran terkejut ternyata sepupunya itu ternyata sedang berada di lantai 2.

"Ran? Aku mendengarmu menyebut namaku. Apa ada sesuatu terjadi?"tanyanya dibalik pintu sembari mengetuk beberapa kali. "Ayolah sepupu, aku tidak akan menertawakan wajahmu yang memerah itu."lanjutnya sambil menahan tawa.

"Tidak akan, aku tidak percaya kau tidak akan menertawakanku."balas Ran dengan tangan yang gemetar. Ia sedikit mendengar cekikikan dari Anry dibalik pintu.

"Ayolah Ran, jangan biarkan rasa grogimu mengalahkan rasa penasaranmu terhadap gadis yang menjadi korban salah kirim pesanmu itu."ucap Anry dengan sisa tawanya lalu terdengar langkah kakinya yang menjauh dari menuruni tangga.

Ucapan Anry benar juga. Di kepala Ran, yang ia takutkan saat ini adalah jika gadis itu melontarkan kata-kata penuh emosional yang akan membuatnya sangat merasa bersalah, atau malah sebaliknya yaitu gadis itu akan mengatakan tidak akan lagi mengirim pesan-pesan untuk menyemangati dirinya seperti yang dilakukan gadis itu sebelumnya.

Padahal sudah jelas ini kesalahan Ran sendiri alias blunder, dan ia belum memiliki keberanian atas kesalahannya barusan yang membuat gadis itu salah sangka terhadap dirinya.

Ran Takahashi kembali ke ranjangnya dan merebahkan dirinya sembari menghela napas panjang. Gadis itu sudah tidak mengetik lagi namun belum ada satu pun pesan ia terima darinya.

'Kenapa aku malah seakan-akan menunggunya mengirimiku pesan..'batinnya bingung. Ia bahkan sampai me-refresh direct message-nya beberapa kali, kalau-kalau sang gadis sudah mengirimi pesan namun tidak masuk-masuk.

Ting!

Sebuah notif pesan mengejutkan pemuda 19 tahun yang tengah dilanda grogi. Ia sudah agak panik jika tadi adalah notif dari si gadis yang ia tunggu, namun ternyata itu adalah pesan dari Daniel, sahabatnya sejak di bangku sekolah dasar.

 Ia sudah agak panik jika tadi adalah notif dari si gadis yang ia tunggu, namun ternyata itu adalah pesan dari Daniel, sahabatnya sejak di bangku sekolah dasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel Hayashi

Kau sudah di Kyoto? Bagaimana kalau besok malam kita bertemu? Teman-tenan yang lain juga akan datang

Ran sedikit mengukir senyum di sudut bibirnya. Daniel merupakan sahabat baiknya yang selalu membantunya saat mengalami keterpurukan, entah saat Ran gagal mengikuti turnamen, atau semacamnya yang berkaitan dengan profesinya sebagai atlet.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang