12 - Picture

1K 105 6
                                    

[Y/N] baru menyelesaikan seluruh pekerjaannya pukul delapan malam. Beruntung tadinya Arthur mau mengantarnya pulang. Apartemen [Y/N] berada di pusat kota yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan juga toko-toko yang menjual makanan dengan harga terjangkau. Walau terbilang dekat, pulang berjalan kaki setelah berkutik dengan beberapa laporan bukanlah pilihan yang bagus karena hingga saat ini, gadis itu sudah terbaring bak tidak bernyawa di atas ranjang empuknya. Ingin sekali rasanya ia langsung tidur tanpa harus mengganti pakaiannya.

Ia sama sekali tidak mendapat pesan balasan dari sosok pria yang menjadi idolanya sejak beberapa minggu yang lalu. Beberapa kali ia memeriksa notifikasi instagramnya, namun tidak kunjung muncul juga sederet nama yang menjadi alasan ia tersenyum.

Jam kecil di atas nakasnya menunjukkan pukul sembilan malam. Mau tidak mau ia harus pergi mandi karena tidur dengan keadaan tubuh yang lengket membuatnya tidak nyaman.

Sebelum pergi mandi, ia kembali memeriksa ponselnya, nihil, tidak ada balasan dari atlet voli favoritnya itu. Pemuda itu hanya membaca pesannya saja tanpa membalasnya. Kembali ia melirik jam di atas nakas. Jika di Indonesia pukul sembilan, maka di Jepang menunjukkan pukul sebelas, perbedaan waktu yang tidak begitu jauh. [Y/N] pun berasumsi bahwa mungkin Ran kelelahan dan tidak sempat untuk membalas pesannya. Ia memakluminya, lantas pergi mandi dengan helaan napas.

***

"Terima kasih untuk traktirannya, kapan-kapan traktir lagi, oke?"ucap Rui bercanda sembari memeluk Daniel Hayashi.

Setelah makan malam di restoran milik orang tua Daniel, mereka berkeliling sebentar lalu mengantar Ran dan dua saudaranya pulang. Anry harus pulang malam itu juga karena keesokan paginya ia ada jadwal syuting dengan merek kosmetik yang akan menjadikannya model iklan.

"Aku akan mengantarmu ke bandara jika syutingku cepat selesai Ran, sampai jumpa, dan terima kasih, Daniel."Anry melambai lalu memundurkan mobilnya dari pekarangan rumah, dan melaju dengan kecepatan sedang.

"Mungkin suatu saat aku bisa menonton pertandinganmu secara langsung."Daniel menepuk bahu kokoh Ran. Dengan senyum andalannya, ia mengangguk pelan lalu mereka melakukan tos.

Mobil milik Daniel sudah hilang di pertigaan, meninggalkan dirinya yang masih berdiri di depan pagar. Ia menghela napas pelan. Hari besok ia sudah harus kembali ke Tokyo, melanjutkan pelatihan untuk pertandingan yang akan datang.

Ia memperhatikan layar ponselnya. Ia tidak membalas pesan terakhir dari gadis yang ia kenal sebelumnya, jadi wajar saja gadis itu tidak mengirim pesan apa-apa selain menunggu respon darinya.

Respon.

Ini adalah kali pertama ia merespon pesan dari penggemarnya. Ia bahkan sudah berpikir jika saat itu gadis yang menerima pesannya adalah seorang gadis dengan sifat yang tidak ia suka, mungkin ia hanya akan langsung meminta maaf dan tidak memberi kabar atau bahkan meminta untuk bertukar nomor telepon.

Bahkan beredarnya berita bahwa Ran diisukan berpacaran pun tidak membuat [Y/N] menggempurnya dengan pesan yang membuatnya tidak nyaman. Gadis itu seakan memahami posisinya dan ia tidak mau mengambil kesempatan untuk memberitahu seluruh orang bahwa dia adalah gadis yang dimaksud Ran.

Beruntungnya gadis ini terlihat berbeda di mata Ran.

"Hei, mau sampai kapan bengong di situ?"panggil Rui tidak terlalu keras dari teras rumah.

Ran masih terdiam sembari memperhatikan ponselnya. Ia bingung harus membalas apa pesan dari [Y/N].

Aku senang kau akhirnya merespon isi dm ku :)

Mungkinkah Ran memiliki rasa kepada [Y/N], tapi bagaimana bisa? Ia baru saja mengenal gadis itu dua hari, lalu kenapa hatinya tidak tenang saat ia menerima pesan seperti itu?

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang