delapan

463 33 2
                                    

Suara alarm dari hp dapat membuat Al bangun dari tidur nyenyak nya, terlihat matahari sudah mulai menampakkan wujudnya meskipun malu malu. Al merenggangkan sedikit otot tubuhnya, membuka jendela kamar agar udara segar dapat masuk kedalam.

Seperti biasa, sebelum mandi, Al akan melamun sebentar. Entah apa yang ada di pikirannya, tapi Al sangat suka melamun, entah itu ada pikiran ataupun tidak. Terkadang Al membuat sebuah cerita di dalam pikirannya yang membuat Al senang.

Saat Al ingin melangkah ke kamar mandi, suara notif hp membuat Al kembali mengambil hp nya dan melihat benda itu yang saat ini sangat di sukai para manusia.

Siapa nih? kok dia ngechat gue, sok dingin lagi. Al bingung, pasalnya dia tidak pernah menyebarkan nomernya ke orang yang dia tidak kenal.

+62 895 ****

| Turun, saya di bawah.

Lu siapa sih |

"Lah anj cuman di read dong, ganggu banget" bagaimana tidak kesel, chatnya hanya di read tanpa ada jawaban.

"Dah lah bodo, gue mau mandi"

Al memandangi wajah tampannya di depan kaca wastafel. Al tuh sering bingung, kenapa pas bangun tidur ia merasa lebih cakep dari pada selesai mandi?.

Rutinitas di kamar mandi telah Al selesaikan dalam waktu setengah jam, lama juga ya. Sekarang waktunya rutinitas di meja rias, Yapp Al itu sangat suka sekali merawat kulit mukanya, tapi tidak berlebihan kok. Al sering di ejek karena dia sangat suka memakai skincare, padahal kan skincare bukan hanya untuk wanita.

Kruyuk....kruyukk

Al memegangi perutnya yang dari tadi berbunyi terus, Al melihat jam yang tergantung rapi di atas pintu kamar. Jarum jam sudah menunjukan pukul setengah delapan, sedikit senandung lagu ia nyanyikan untuk menghibur dirinya.

Tidak ada satu orang pun di sini, hanya ada dia dan penghuni tak kasat mata.

"Kok ada suara tv ya" ucap Al bertanya pada dirinya.

Al mencepatkan langkahnya, suara tv makin jelas di pendengarannya. Setahu Al, di rumah ini hanya dia yang berwujud manusia, tapi kenapa seperti ada orang lain di bawah. Al memberhentikan langkahnya saat melihat seseorang telah duduk rapi di ruang tv.

Kok kaya gue kenal, batin Al berucap

"WOI SIAPA LU ANJ," sebenarnya Al takut untuk teriak, tapi ini untuk keselamatan hidupnya juga jadi mau tidak mau dia harus mau teriak.

Deg....

Al melotot kan matanya, mungkin sebentar lagi mata Al akan keluar dari tempatnya. Al menuruni tangga dengan cepat bahkan hampir kepleset karena sangking buru buru nya.

Setelah Al sampai di depan orang itu, Al tidak mengambil nafas dulu dia malah langsung melontarkan pertanyaan serta makian dengan satu tarikan nafas, "BANGSAT, LU GA PUNYA SOPAN SANTUN HAH? SEJAK KAPAN LU DISINI? LU GA PERNAH DI AJARIN SAMA ORANG TUA LU APA?!" Al tidak bisa mengontrol amarahnya, apalagi di saat dia sedang laper.

Al mengambil nafas dengan sedikit rakus, bahkan dadanya ikut kembang kempis. Pemuda itu hanya melihat ke arah Al tanpa menjawab ucapan nya.

"Kamu sungguh imut" suara keluar dari mulut Zayyan dengan begitu kecil, bahkan hanya dia seorang yang dapat mendengar ucapannya.

"Sudah lah, ngapain lu disini?" Al sudah capek belakangan ini berurusan dengan Zayyan.

Zayyan berdiri dari duduknya, Zayyan menatap Al sedikit menunduk kan kepalanya, "jemput kamu"

"Nanti, gue laper mau makan" ucap Al sebelum pergi dari hadapan Zayyan.

Tanpa Al tahu, ternyata Zayyan mengikutinya hingga masuk ke dapur. Zayyan terus saja membuntuti Al hingga membuat Al kesel setengah mati.

Prang....

Tanpa berpikir panjang, Al langsung saja melempar piring yang ia pegang. Untung saja Zayyan dengan gerakan cepat menghindar dari serangan Al. Zayyan hanya menampilkan ekspresi datar seperti biasanya.

Zayyan dari tadi hanya melihat Al makan dengan lahap, tadinya Zayyan merasa laper  tapi setelah melihat Al makan di depannya dengan lahap, seketika rasa laper itu menghilang begitu saja. Tanpa Zayyan sadari dia telah menggambarkan sebuah garis tipis melengkung di wajahnya, Yapp Zayyan tersenyum untuk pertama kalinya kepada orang lain.

Al dari tadi merasa risih karna orang di depannya, gimana tidak? Bahkan dari awal Al memasukan nasi itu kedalam mulutnya, orang di depannya tidak henti hentinya menatapnya. Al merasa seperti buronan jadinya kalau di tatap trus seperti ini.

Brakk....

"Biasa gak sih jangan natap gue terus, risih bego" ucap Al setelah menggebrak meja makan dengan tangannya.

"Habiskan makan mu, waktu saya tidak banyak" ucap Zayyan lalu pergi dari sana.

"Ck, sombong."

15 menit telah berlalu, Zayyan dari tadi hanya menunggu Al di dalam mobil. Sedangkan yang di tunggu malah asik dengan hp nya, Al lupa jika sedang di tungguin oleh Zayyan.

Zayyan sudah berapa kali mengklakson Al, tapi tidak ada jawaban dari Al, bahkan untuk keluar saja tidak.

+62 895****

| Turun!

Ehh sorry gue lupa om, otw |

Setelah mendapat pesan dari Zayyan, Al langsung bergegas keluar. Al jadi merasa tidak enak karna pastinya Zayyan telah menunggunya dari tadi.

Kayaknya gue harus perbaiki ingatan gue dehh, masih muda kok dah pikun ya?.... Ucap Al dalam hati yang ingin memperbaiki ingatannya.

Dari luar, Al dapat melihat Zayyan yang terus memperhatikan nya dengan mata tajam nya itu. "Aduhh kok gue jadi takut ya, ngeri banget lagi anj tatapannya" dari tadi Al hanya bisa meminta tolong dalam hatinya. Dia tidak bisa terus terusan di tatap tajam seperti ini.

Dari tadi Al hanya menundukkan kepalanya, dia tidak berani mengangkat kepalanya meskipun sebentar, apalagi di sampingnya itu zayyan. Tatapan tajam dan ekspresi datar terus saja tarpampang di wajah Zayyan, tanpa Zayyan sadari orang yang berada di sampingnya kini tengah ketakutan karena nya.

Zayyan memberhentikan mobilnya di saat lampu merah terpampang jelas di sana. Kesunyian di dalam mobil membuatnya mendengar suara Isakan dari orang di sampingnya, Zayyan tidak peduli dengan itu.

Hingga suara Isakan itu makin jelas di pendengarannya, Zayyan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia terus saja melihat Al yang menangani di sampingnya.

Dalam sekejap Zayyan mambawa Al kedalam pelukannya, Al yang tidak bisa lagi menahan tangisan itu akhirnya pecah juga. Zayyan hanya bisa mengelus punggung Al dengan lembut. Hingga suara Al membuat elusan itu terhenti, bahkan pelukan mereka juga terlepas.

"Hiks...hiks ke...kenapa lu hiks dari tadi natap g...gue kaya gi...gitu,"

"G...gue takut hiks...hiks" lanjut Al tanpa menghentikan tangisannya.

"Berhentilah menangis, saya akan mengajak mu jalan jalan" ucap Zayyan yang membuat Al dengan sekejap merubah moodnya, tidak ada lagi Al yang menangis karna sebuah tatapan, kini hanya ada Al yang dengan antusias nya karna akan di bawa jalan jalan oleh Zayyan.




Jangan lupa vote ya

my beloved lordWhere stories live. Discover now