sebelas

196 18 1
                                    

Selamat membaca





Tanpa izin sinar matahari masuk dengan begitu saja. Terlihat dua pria yang masih nyaman berada di bawah tebalnya selimut. Mereka melakukan kegiatan panas itu entah sampai jam berapa, hingga jam setengah sebelas pun mereka masih tertidur.

Suara klakson dari bawah membuat salah satu di antara mereka kebangun. Segera ia mengumpulkan kesadarannya, setelah kesadarannya penuh seutuhnya tiba tiba saja ia diam sambil mengingat kejadian semalam. Ia lihat pria yang masih lelap di sampingnya dengan tatapan tidak percaya.

Tanpa pikir panjang, ia menurunkan kakinya dan melangkah menunju kamar mandi. Ia harus membersihkan tubuhnya, "pokoknya gue harus mandi tujuh kembang."

Suara gemericik air terdengar begitu jelas, membuat Zayyan terbangun dari tidurnya.

Sungguh Zayyan di buat kaget dengan bercak merah yang berada di seprai nya. Zayyan kembali mengingat kejadian semalam, hingga membuatnya bertanya tanya, "apa semalam aku mainnya kasar banget yaa?"

Zayyan memilih berjalan kearah gorden dan membuka jendela agar udara luar bisa masuk. Baru kali ini Zayyan bangun kesiangan, biasanya dia tidak pernah. Zayyan selalu di ajarkan orang tuanya untuk bangun pagi-pagi sekali.

Ceklek

Suara kenop pintu membuat lamunan Zayyan buyar, tubuhnya berputar melihat kebelakang. Terdapat seorang lelaki dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Ga usah liat liat, kayak ga punya aja" sewot Al lalu pergi memungut bajunya yang sudah berserakan.

"Punya kamu kecil, aku tidak minat"

"Anj, maksud lu apa brengsek?!" Bersamaan dengan bantal yang ia lempar kearah Zayyan.

"Gue ga akan maafin lu, karena lu gue susah jalan bangsat" ucap Al yang sudah lengkap dengan pakaiannya.

"Semoga gue ga ketemu sama makhluk kayak lu" lanjut Al lalu pergi dengan membanting pintu hotel dengan keras.

Di perjalanan, Al merasa perih di bagian holenya. Hingga membuatnya kesusahan dalam berjalan.

Tiba tiba saja seorang ibu ibu datang menghampirinya, "nak itu belakang mu banyak darah." Seketika Al langsung panik.

"Nihh pakai jaket ibu aja buat nutupinnya" dengan berat hati Al menerima jaket itu.

"Maaf Bu ngerepotin, nanti bakal saya balikin kok Bu. Alamat rumah ibu mana?"

"Gak usah kamu pakai aja,"

"Sekali lagi makasih ya Bu, saya duluan"

Al yang awalnya ingin pulang kini tidak jadi, dia lebih memilih pergi ke RS untuk meriksa apa yang terjadi dengannya.

Kini banyak pasang mata yang tertuju padanya, Al malu rasanya ingin menghilang saja dari dunia ini.

Dari tadi Al berdiri, tak ada satu pun kursi yang kosong. Hingga akhirnya kursi sampingnya kosong, dengan buru buru Al menduduki dirinya, sebab kecapan berdiri.

Rasanya Al pingin nangis di situ, dia lupa dengan kondisi pantatnya yang baru saja di terkam. Kalau bisa ingin Al teriak biar orang lain tau apa yang sedang ia rasakan. Tapi dia masih punya urat malu.

Setengah jam sudah, akhirnya Al masuk untuk konsultasi pada dokter.

Setelah Al menjelaskan apa yang terjadi dengannya, dokter itu segera memberi obat pereda nyeri. Awalnya sang dokter bingung dengan penyakit Al, apalagi penjelasan yang Al berikan. Karena setengah dari yang dia ceritakan itu semua bohong, ia malu untuk menjelaskan yang sebenarnya.

                                   ✪✪

Sampai rumah Al bukannya beristirahat, ia malah melamun memikirkan kejadian semalam.

Al takut dengan reaksi ibunya jika mengetahui jika dia sudah tidak perjaka. Apalagi dia berbuat dengan seorang pria.

Al bukanlah lahir di kota, dia hanyalah anak desa yang merantau untuk membanggakan orang tuanya. Tapi setelah kejadian itu, Al tidak yakin dengan tujuan awalnya.

Pertama kali datang ke kota, ia bersama abangnya. Apa apa selalu abangnya yang urus, tapi lama  kelamaan Al makin tidak enak dengan Liam meskipun mereka saudara tapi, rasa segan itu pastinya tetap ada.

Gue harus rahasiain ini semua ujar Al sebelum benar benar masuk ke alam mimpi.

Bisa di bilang tidur salah satu hobby Al. Dengan tidur ia bisa merasakan apa yang tidak pernah ia rasa, contohnya kasih sayang.

Sangking pulsanya Al tidur, ia tidak sadar jika matahari sudah terbenam bahkan bulan pun sudah bersinar sempurna di langit. Tak lama suara telpon membuat tidurnya sedikit terusik, sudah berapa kali hp nya berbunyi tapi ia tetap enggan untuk mengangkatnya.

Ting tong....

Al kesal, akhirnya ia membuka matanya sebab terpaksa. Ia sudah menulikan pendengarannya dari deringan telpon, tapi tetap saja ada yang menggangu nya tidur.

Al meraba sekitar kasurnya, setelah mendapat apa yang ia mau, ia pun mengangkat benda itu. Betapa kagetnya Al setelah melihat jam dari layar hp nya. Bahkan panggilan telpon dari zayyan berapa kali tak di jawab

'mampus deh gue' batin Al lalu segera beranjak dari kasur.

Bunye bel itu kembali terdengar, Al secepat mungkin melangkah kan kakinya untuk membukan pintu itu. Bahkan nafasnya kini tak beraturan.

Cklek..

Al lemas seketika melihat siapa orang di depannya, ingin rasanya Aku menjitaki kepala orang itu.

"Ngapain?" Tanya Al sedikit sewot.

"Gak senang banget gue kesini."









Maaf ya baru bisa upp😭

Jangan lupa vote and komen

my beloved lordWhere stories live. Discover now