🏄K'H-16🏄

5.8K 1K 59
                                    

Halooo, ayo penuhin komennya gercep, biar aku up terus, tapi votenya juga dong jangan kelupaan hehehehhee.

Biasakan vote diawal atau diakhir chapter yaa sayang yaaa.

200 vote dan 70 komen gas up lagi🏃

><

Klairin baru tau kalau Shario ini adalah anak indigo, itu semua ketahuan saat Shario diajak masuk ke kamarnya.

Shario bilang kalau kamar yang akan dia tempati itu diisi beberapa sosok hantu, seperti pocong atau kuntilanak.

Shario tak takut, dia hanya menyapa makhluk halus itu dan meminta mereka untuk pindah ke gudang saja, untungnya makhluk itu mau.

"Pakaian sekolah, pakaian biasa dan semua keperluan kamu udah mami siapin."

"Ayah dan ibu tinggal dimana Mi?"

"Mereka tinggal di rumah kontrakan yang Mami siapin, dekat sama rumah kalian kok, nanti kalau rumah kalian udah selesai kamu bisa tinggal bareng lagi sama mereka."

Shario mengangguk, dia memejamkan matanya menikmati elusan dari Mami angkatnya itu.

"Besok pergi sama Papi yuk, kita beli cemilan untuk diisi dikulkas kamu itu." ujar Klario bersemangat, matanya berbinar banget.

Shario meringis pelan, semangat banget ya pria yang memanggil dirinya sendiri Papi.

"Terserah Papi aja, Shario ngikut."

"Kamu gemesin!" Klario gemas, dia mengusap gemas rambut Shario.

Shario merasakan kehangatan menjalar ke hatinya, biasanya dia hanya menerima hinaan atau cacian karena lahir dari keluarga miskin.

Tapi ini orang asing, mengangkat dirinya sebagai anak dan memperlakukannya begitu baik.

"Udah dulu ya, Mami mau urus abang kamu, Mami minta maaf ya atas ucapan Nando, nanti Mami tegur dia."

"Salah Shario juga Mi..Shario hina mami sebagi..um.."

Klairin terkekeh pelan, dia mengelus rambut Shario lembut.

"Iya, gak masalah karena yang duluan cari masalah adalah Nando."

Shario menunduk, merasa sedih karena ucapannya kemarin, tapi Klairin malah memeluknya erat.

"Sekarang jangan ngerasa bersalah, kamu kan udah jadi anak mami, sekarang anggap kita sebagai keluarga semestinya."

Shario mengangguk, ternyata Mommy dari anak yang dia katai banci begitu baik, apa jadinya kalau wanita ini meninggal.

Pasti keluarganya hancur berantakan.

....

Begitu Klairin masuk ke kamar Darrien, dia disuguhkan pemandangan dimana Banyu sudah terlihat stress berat disebelah kasur Darrien.

Sementara Margo lagi tidur berdua dikasur sama Nando, Nando kelihatan habis nangis, dia meluk Daddy Margo erat dan masih tersisa isakan lirih.

Untuk Abir dan Zama juga sama, keduanya tertidur damai, walau bekas air mata masih terlihat dipipi keduanya.

Suhu tubuh Abir dan Nando sudah mulai menurun, hanya Darrien saja yang masih sangat panas.

Wajar, dia gak makan, gak minum obat sama sekali.

Kerjaannya cuma tidur sambil nangis.

Banyu yang melihat Klairin masuk langsung berdiri dan memeluk Klairin erat.

Dia merengek, mengeluh mengatakan kalau Darrien gak mau diurus sama sekali.

"Aku capeeek..laper juga ish!"

"Yaudah sana makan sekalian istirahat."

"Cium aku dulu."

Cup.

Klairin mengecup bibir Banyu agak lama lalu menyudahinya, dia mengelus rambut hitam Banyu perlahan.

"Sekarang kamu istirahat, di meja makan masih ada lauk, habis itu mandi ya."

Banyu yang merengkuh pinggang Klairin mengangguk saja, dia mendusel diceruk leher istri tercinta nya ini.

"Sayang, ntar malam main yuk." ajak Banyu.

Anggukan Klairin berikan "Oke, itu mudah."

Banyu terkikik pelan, asik dapat jatah juga dia akhirnya muahahahhahaha.

🏄Bersambung🏄

Klairin Husbands [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang