🏄K'H-27🏄

5.3K 904 75
                                    

Heyoo, mohon biasakan vote diawal atau diakhir chapter ya sayang yaaaa.

200 vote dan 70 komen gas🏃

><

Keadaan rumah berubah total semenjak Darrien dijauhkan dari Klairin, keadaan itu dimanfaatkan saudaranya untuk lebih lengket pada Mommy mereka.

Darrien diasingkan, bahkan makan malam saja dia harus makan sendiri di ruang tv atau di kamarnya.

Klairin tak pernah menggubris ucapan Darrien setiap kali anak itu bicara padanya, Klairin menganggap Darrien itu tidak ada.

Kini, Darrien meluapkan emosinya yang sangat dalam, dia menghancurka seisi kamarnya dan menjerit tak karuan.

Para Daddy belum pulang, karena ini masih jam 3 sore dan Mommy lagi di rumah sakit, bekerja pastinya.

"ARGHH! MOMMYY! AKU GAK MAU DIGINIIN TERUS! ARGHH!"

PRANG!

Para saudaranya mendengarkan dari luar kamar, mereka tak tau harus bagaimana, Darrien itu sangat mengerikan.

Mereka tak mampu melawan, aura yang Darrien keluarkan mampu membuat mereka semua menunduk takut.

Apalagi sedari kecil mereka begitu patuh dan selalu dijaga Darrien, sekarang saat Darrien terpukul begini, apa yang harus mereka lakukan?

Suara pecahan kaca maupun bantingan barang terus terdengar.

"Bang Hazren sama Bang Rendri coba masuk, tenangin bang Darrien." cetus Kavi memberikan ide.

Si kembar sulung langsung menatap Kavi tajam "Gila apa? Gak ada yang bisa nenangin bang Darrien kecuali Mommy." ketus Hazren.

Mereka tau, yang bisa menenangkan Darrien hanya Mommy mereka saja.

"Hm, menyusahkan." gumam Gabriel malas, dia maju kedepan lalu membuka pintu kamar Darrien yang tidak dikunci.

Bocah kelas 1 SMP itu berjalan tanpa ketakutan, mereka semua kini sadar kalau Gabriel lah yang tak kenal takut pada apapun.

Kecuali pada kemarahan Klairin, Gabriel hanya takut pada hal itu saja.

Cklek.

Gabriel membuka pintu kamar itu perlahan, dia menatap Darrien yang sedang menangis disudut kamarnya, memeluk lututnya erat.

Bahunya gemetar hebat, isakannya memenuhi seisi kamar.

"Mommyyyy huaaaaa hiks..maafin Darri..hiks..maaf..maaf..hiks.."

Helaan napas kasar Gabriel berikan, dia meregangkan tubuhnya sejenak lalu berjalan menuju Darrien.

Para saudara hanya mampu menatap dari belakang.

"Aku akui, nyali bang Gabriel melebihi nyali bang Vazri, bang Nando, bang Shario, bang Kavi, bang Rendri dan bang Hazren, bang Gabriel memang yang paling berani." cemoh Abar.

Yang disebutkan sontak memicing menatap bocah kelas 5 SD itu.

"Fakta bro." sahut Abir membantu kembarannya.

Gabriel berdiri didepan Darrien yang duduk gemetaran, dengus sinis Gabriel berikan.

Perlahan Gabriel berjongkok dan tertawa pelan, dengan kuat dia menjambak rambut Darrien keras dan mendongakan kepala abangnya itu.

Darrien kaget, dia menatap mata Gabriel yang mirip sekali dengan mata Daddy Seven.

"Bang Darrien, abang itu panutan kami kan? Abang menyukai Mommy? Jadi karena abang panutan maka kami boleh dong, menyukai mommy juga." bisik Gabriel sambil terkekeh pelan.

Darrien gentar, dia menatap Gabriel nyalang. "Jangan..coba-coba.." desisnya dingin.

"Kenapa begitu? Dasar egois, menginginkan Mommy hanya untukmu sendiri!? Kau EGOIS BANGSAT! EGOIS! GARA-GARA KAU MOMMY MENJAGA JARAK DARI KAMI SEMUA! HILANGKAN PERASAAN SIALANMU ITU ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!"

BUAGH!

Gabriel hilang kendali, dia menonjok pipi Darrien lalu mendorongnya kuat, menduduki tubuhnya dan memukulnya terus menerus.

"SADAR BANGSAT SADAR! SADAR ANJING! SADAR! SADAR! SADAR! SADARLAH BRENGSEK SADAR! DIA MOMMY KITA! MOMMY KANDUNG YANG UDAH NGELAHIRIN KITA! OTAK MU KEMANA HAH!?"

BUAGH!

BUGH!

BUAGH!

Darrien tak membalas, karena dia tak akan pernah mau memukul adik-adiknya, dia juga mengaku salah karena perasaan ini.

Deru napas Gabriel terdengar keras, bocah itu berdiri setelah melihat wajah Darrien babak belur.

"Kau! Kalau sampai kau terus memiliki perasaan sialan itu, aku sendiri yang akan menghabisi mu sialan!" bentakan Gabriel tak main-main.

Dia berjalan keluar dari kamar dengan cepat, dan sempat bersitatap dengan saudara-saudaranya.

Tapi melihat wajah Gabriel yang merah dan penuh emosi, mereka ber 8 langsung mengalihkan pandangan mereka.

Gabriel seram sekali, mereka jadi takut.

"Cih! Dasar gak berguna kalian jadi abang!" umpatnya kesal sebelum pergi meninggalkan mereka.

Mereka akui itu benar.

"Biarin dulu, kayanya dia lagi emosi karena tadi pagi Mommy gak mau nerima ciuman dipipi dari Gabriel, aku akui mommy juga menghindari kontak fisik dari kita semua." ujar Hazren tenang.

Dia berjalan mendekati Darrien yang menangis lirih disana.

"Ren, bantu angkat bang Darri." titah Hazren.

Rendri mengangguk cepat, untuk saat ini dia menurut saja.

Mereka membopong Darrien untuk berpindah ke kasur, Hazren menghela napas pelan.

"Bang, cepat hilangkan perasaanmu ya, jangan begitu lagi, kami semua kena imbasnya." bisik Hazren dengan suara datar dan aura penuh intimidasi yang mirip seperti Klairin.

Hazren menepuk pundak Darrien pelan lalu berjalan keluar.

"Abir, Abar, obati luka bang Darrien." ujar Hazren tak mau dibantah.

Kedua kembar bungsu itu mengangguk cepat, mereka tertekan dengan aura gelap Hazren.

Abang yang biasa lembut dan santai kini terlihat penuh emosi dan amarah.

Mereka tak mau membantah, ada baiknya mereka nurut saja.

🏄Bersambung🏄

Klairin Husbands [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang