Rosalinde

192 5 12
                                    

Aku minta maaf kalau kalian tersinggung karena apa yang kukatakan, tapi jika ada penghuni Vollmond yang hilang, kecurigaan pertama kami hampir selalu tertuju pada Manusia Luar.

Kejadian seperti Manusia Luar yang memasuki dunia kami, Vollmond, sudah tidak asing lagi―sudah sejak seratus dua puluh tahun lalu, kalau cerita Mr. Eudaimon bisa dipercaya. Biasanya mereka adalah keturunan penduduk Vollmond yang menikah dengan manusia biasa, atau mengonsumsi sesuatu dari Vollmond. Manusia-manusia yang masuk sebagian besar telah belajar tentang peraturan-peraturan tertulis dan tidak tertulis di Vollmond, jadi tidak pernah ada masalah―dunia kami lebih bebas daripada Dunia Luar, tapi yang namanya peraturan harus tetap ada. Yang melanggar tentu ada; konsekuensinya antara melakukan pelayanan publik di Vollmond, atau hukuman mati. Yang jelas, para pelanggar tidak bisa meninggalkan Vollmond seumur jaman.

Antara Vollmond dan Dunia Luar terdapat tabir sihir yang mencegah manusia murni memasuki dan merusak dunia kami. Dari luar, tabir sihir ini tidak terlihat―lebih dari tidak terlihat, sejujurnya, karena hampir tidak ada yang tahu di mana letak tabir ini selain penduduk Vollmond sendiri, juga orang-orang "istimewa"—aku tidak terlalu suka menyebut mereka seperti itu, tapi tidak ada istilah lain yang cocok.

Yang menjadi masalah, belakangan ini tingkah laku "orang-orang istimewa" tersebut makin menyebalkan. Tentu kalian akan terganggu jika ada orang asing menyusup ke dunia kalian dan mencuri kekayaan alam kalian.

Sudah tiga kali dalam bulan ini Manusia Luar berbuat ulah di Vollmond. Minggu lalu dua Asrai remaja diculik dan nyaris dilelang. Kemarin lusa Singa Merah Bertanduk―untung sekali si penangkap dijadikan makan malam sebelum sempat kabur. Sisa-sisa makanan yang menyangkut di gigi dan sisi lidah pelaku penculikan adalah olahan Vollmond; kelopak dari anggur bunga crimson honeysuckle dan biskuit greatberry―dua jenis menu populer di daerah Padang Bunga Mallena, Vollmond Selatan.

Mungkin yang kali ini juga sama seperti mereka.

"Semoga kali ini bukan Knucker," kataku. Sejenak aku menertawakan pikiran barusan; mana ada orang yang cukup bodoh untuk menculik seekor naga?

"Sayangnya, Miss Rosalinde, bukan Knucker," kata Mr. Eudaimon, memanggil nama depanku dengan sabar. Pria berambut merah ini pernah ikut mengasuhku dan saudara kembarku, tapi sampai sekarang aku belum berani menanyakan nama depannya—itu kalau ia punya nama depan. "Tapi ini lebih besar, lebih mematikan―"

Sebelum Mr. Eudaimon selesai menjelaskan―hal bagus, karena kalau tidak, ia akan merangkai paragraf panjang tentang hewan yang harus kami selamatkan, dan biasanya aku hanya mendengar bagian awalnya sebelum pikiranku berlarian ke tempat lain―sesuatu melesat melewati kami, mengguncangkan aliran udara bagai ombak. Beberapa pohon runtuh akibat terpaan angin, diikuti suara gedebuk kencang di luar tabir.

Sebuah siluet raksasa menggeliat, mengguncang tanah dengan gempa lokal dan menyebarkan debu ke segala arah. Sisik-sisik keperakan tertimpa cahaya rembulan; sudah pasti bukan pemandangan indah, jika dilihat dari sudut pandang Manusia Luar yang tempat tinggalnya disenggol makhluk sebesar itu.

Rupanya memang ada orang sebodoh itu—Manusia Luar, tentu saja.

"Seperti yang kalian lihat," kata Mr. Eudaimon. "Malam ini, kalian akan menyelamatkan seekor Wyrm."

***

Ah, lagi-lagi aku lupa memperkenalkan diri.

Kalian sudah mendengar nama depanku, Rosalinde. Lengkapnya, Rosalinde Thorn, nama yang mungkin bisa kautemukan di Dunia Luar. Wujudku yang sekarang―rambut hitam ikal panjang, kulit putih normal, dan tinggi sedang―cukup manusiawi, bagus untuk membaur nyaris sempurna di Dunia Luar. Yang "aneh" dari wujud manusiaku hanyalah mata merahku; mereka bilang warnanya seperti mawar, tapi di saat lain mirip warna ruby. Jika dihitung dengan tahun Manusia Luar, usiaku sudah dua puluh tahun sekarang―lahir tahun 1867, kalau tidak salah.

Fullmoon FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang