The Doctor

14 1 0
                                    

Memores acti prudentes futuri. Ingat-ingat yang lampau, perkirakan yang akan datang.

Selalu kupastikan untuk melakukan yang pertama, tapi bodohnya yang terakhir malah kulupakan. Musibah yang terjadi sore ini seharusnya bisa dicegah—naif sekali diriku, meminta Rosalinde menarik sulur-sulurnya yang melindungi klinik. Karena kelengahanku yang meremehkan bahaya dari Dunia Luar, Rosalinde terluka saat melindungiku. Asrai muda bernama Niamh juga dehidrasi akibat menamengi kami dari peluru satu lagi dengan air.

Ini mungkin kesalahan yang nyaris fatal, tapi aku masih bisa melakukan sesuatu.

Cepat-cepat kugendong Niamh yang hampir pingsan ke klinik, dan kududukkan ke kursi kayu yang bersandar di dinding. Pertolongan pertama untuk Asrai yang kekeringan sangat mudah; asalkan ada air yang cukup, segalanya akan baik-baik saja. Kusiramkan sebotol air putih yang kusimpan di klinik ke tubuhnya, dan memberinya dua botol lagi untuk diminum setelah retak-retak di kulitnya lenyap.

"Terima kasih, Dokter..." Suara si Asrai muda masih serak di awal, tapi berangsur membaik pada kata terakhir. Tangannya bergerak, memperlihatkan sesuatu yang kukenal—sebotol ramuan penguat kulit buatanku, masih penuh dan aman. "Kita harus membantu Rosalinde. Aku tahu ia kuat, tapi entah kenapa aku merasa cemas—"

Sebersit kesadaran menghantam isi kepalaku, mengisi perutku dengan kengerian luar biasa. "Rosalinde berlari ke arah tabir tanpa sempat minum ramuan..."

Sesuatu menghentikan kata-kataku—sesuatu yang besar, bergemuruh, dan sanggup merobohkan klinik dalam sekali hantam. Niamh menjerit begitu atap dan tembok berjatuhan di atas kami; aku pun tak sempat melindunginya. Botol-botol ramuan berkelontangan dan berdencing satu sama lain—beberapa dari kaca anti pecah, beberapa lagi dari logam istimewa, tapi tetap menyakitkan mendengar mereka berjatuhan tanpa daya seperti bebatuan saat longsor. Semoga saja tidak ada tutup yang rusak karena tertimpa reruntuhan.

Ada yang aneh. Seharusnya aku dan Niamh sudah tertimbun genteng dan tembok. Tapi aku masih bernapas, masih berlutut dengan sebelah tangan melingkari tubuh Niamh, mencoba menamenginya dari rubuhan atap. Tubuhku tak terluka, bahkan tak tersentuh sedikit pun. Niamh pun baik-baik saja, sebelah tangannya terangkat ke udara.

Aku mendongak, dan menemukan lapisan air telah melingkupi kami. Niamh, dalam waktu yang sangat singkat, membentuk kubah air yang menamengi tubuh kami dari reruntuhan. Persis seperti saat pemburu dari Dunia Luar menembaki kami barusan.

"Hebat..." gumamku.

"Asalkan ada air, aku bisa melakukannya." Niamh tidak terdengar seletih sebelumnya. Kubah air kali ini lebih kecil dan tipis daripada tembok air, tidak perlu menguras banyak air dari tubuh.

"Sepertinya apa yang merubuhkan klinik masih di luar," kataku, berusaha untuk tidak berburuk sangka sekaligus tetap waspada. "Kau bisa memanjangkan kubah air ini ke reruntuhan di sana? Tadinya itu tempat rak obat. Aku perlu mengambil ramuan penjaga sihir untuk Rosalinde." Aku menujuk ke satu titik di bagian belakang klinik; tinggal puing, tapi masih kukenali tembok putih pudar di belakang meja penerima tamu itu. Rak yang ambruk tersembunyi di belakang situ, hanya bagian atas penuh ukiran sulur melingkar yang terlihat dari balik kaki meja.

"Mungkin akan lebih cepat kalau begini..." Niamh menggerakkan kedua tangannya. Keajaiban pun terjadi.

Sebagian air dari kubah memisahkan diri, membentuk gumpalan bening di udara, lalu melapisi meja dan beberapa reruntuhan yang menghalangi rak. Berikutnya, setelah membersihkan apa yang menghalangi, rak obat pun diangkat menggunakan gumpalan air. Dari bawah kotak kayu sebesar dua meter itu, tergeletak botol-botol berisi cairan. Tidak ada yang rusak, tapi beberapa goresan dan retakan halus menghiasi permukaannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fullmoon FantasyWhere stories live. Discover now