Rhoswen

21 0 0
                                    

Sungguh, ini siang yang buruk untuk mengisi otak dengan pikiran-pikiran bercabang.

Ini sudah sekitar tiga menit sejak aku keluar rumah; alih-alih ke tempat sang Wyrm muda diasuh, aku mendudukkan diri di batang pohon rubuh dekat Hutan Poplysen, masih di Vollmond Selatan. Kepalaku tertangkup erat dalam kedua tangan, dahiku mengernyit dalam-dalam, berusaha keras mengurai pikiran yang menumpuk.

Momen kedatangan Mr. Eudaimon memenuhi kepalaku bagai lebah dalam sarang. Perasaan tidak nyaman mengguncang perutku, mengiringi kegundahan yang berputar-putar dalam kepala. Kata-kata Mr. Eudaimon dan Rosalinde memang masuk akal, tapi tidak mengenakkan—untuk apa seseorang dari Vollmond mengacaukan dunianya sendiri?

Lalu, soal pikiran Mr. Eudaimon—dalam keadaan seperti ini, ide Rosalinde termasuk cemerlang. Mungkin saja Mr. Eudaimon tahu sesuatu tentang kasus ini. Masalahnya, aku pernah tanpa sengaja membaca pikiran Mr. Eudaimon saat masih kecil. Aku tidak ingin mengingat hal itu lagi.

"Mr. Rhoswen!"

Lebih buruk lagi, salah satu orang yang menjadi sumber kegelisahanku sekarang berjarak hanya dua langkah dari tempatku duduk.

Jantungku melonjak, begitu pula dengan punggungku—nyaris saja aku terjungkir hanya karena suara Mr. Eudaimon. Pria yang tampak muda itu tersenyum lebar seperti biasa. Ia duduk di punggung seekor Pegasus hitam besar, tunggangan biasa tiap kali perlu mengantarkan pesan ke sang Raja atau berkeliling Vollmond. Untuk misi di Dunia Luar, kami bisa bekerja sama dengan spesies kuda terbang ini—ramuan pencegah sihir hilang juga aman untuk binatang ajaib. Ada Pegasus liar yang berkeliaran di Vollmond, sebagian besar tidak keberatan untuk dijadikan tumpangan asal diberi sebutir buah atau seikat daun segar.

"Oh—Mr. Eudaimon. Anda kembali dengan cepat." Aku berdiri dan tergagap. Pandanganku jatuh ke arah keranjang penuh kue scone yang baru dipanggang, serta dua toples kecil di dalam kantung anyaman yang diikat di samping keranjang, masing-masing berisi selai kelopak mawar biru dan clotted cream. "Untuk Rosie?" Jantungku masih berdebar, tapi setidaknya kata-kataku sudah lebih lancar.

"Tentu kau tahu, Mr. Rhoswen," jawab Mr. Eudaimon seringan angin. "Sungguh disayangkan kau tidak suka makanan kecil ini, tapi sang Raja begitu baik hati dan pengertian. Hadiahmu pun ada padaku." Kalau boleh kukoreksi, aku bukan tidak suka scone, hanya tidak suka repot-repot mengoleskan selai dan krim ke makanan apa pun. Aku lebih suka cemilan dan hidangan penutup yang siap makan.

Mr. Eudaimon melemparkan tas kain ukuran sedang yang tidak kusadari digantung di sadel. Tas itu menghantam dadaku dan nyaris membuatku terjungkal. Seperti yang sudah kuduga, isinya dua puluh potong kue almond—ya, kacang almond biasa, meski di Vollmond berukuran dua kali lebih besar daripada di Dunia Luar—yang dibungkus kain bersih, tiga butir apel hitam, dan sebotol anggur rempah. Ada dua buah batu turqoise dan lima keping emas pula di situ, sama seperti yang biasa diterima Rosalinde.

Aku menatap hadiah dari sang Raja, lalu berganti ke wajah Mr. Eudaimon, mengamati mata cokelatnya yang nyaris tak berkedip. Haruskah?

"Mr. Rhoswen?" Mr. Eudaimon menegur.

"Ah—tidak... mmm... maksudku—terima kasih, Mr. Eudaimon." Lagi-lagi mulutku mengacaukan kata-kata yang keluar. "Setelah ini, apa yang akan Anda lakukan?" Betapa canggung dan bodoh pertanyaanku.

"Oh, sudah lama tidak kudengar pertanyaan itu darimu, Mr. Rhoswen. Tentu saja mengantarkan hadiah raja ke adikmu tercinta. Kalau Miss Rosalinde mempersilakan, aku bisa menemaninya." Air muka Mr. Eudaimon tampak tersanjung, seakan-akan aku baru saja memujinya, tapi perasaannya masih netral seperti biasa. Seakan-akan aku bicara dengan patung marmer yang digerakkan oleh mekanisme rumit. "Tidak banyak yang harus kukerjakan, sejujur—kau tidak sedang membaca pikiranku, bukan, Mr. Rhoswen?"

Fullmoon FantasyWhere stories live. Discover now