4 :: Dia Lagi ::

339 20 0
                                    

Sudah satu minggu sejak kejadian itu Zohan tidak lagi pernah bertemu dengan Aletta, tetapi pikirannya terkadang masih memikirkan wanita ajaib yang sudah membuat dia memikirkan seorang wanita selain Ibunya sendiri. Zohan pernah berpacaran, tapi itu semua tidak lebih untuk dia mengisi kekosongan hidup dan juga bahan untuk pamer kepada teman-teman sekolahnya dulu jika dia memiliki pacar.

Zohan bukannya tidak ingin menemui Aletta, dia sudah mencoba menghubungi nomor wanita itu tetapi tidak diangkat dan pesannya hanya bercentang biru. Miris, ada wanita yang mengabaikannya setelah apa yang wanita itu perbuat kepada Zohan. Dia juga sudah datang ke rumah Aletta sebelum dia kembali ke rutinitas untuk mengendarai burung besi, dan tidak ada orang di rumah tersebut.

"Capt, apa ada yang kurang ?" tanya seorang Pramugari yang kali ini satu tim dengannya.

"Oh tidak, terima kasih." Zohan menandatangani semua dokumen setelah dia memeriksa dengan teliti sebelum dia menjalankan burung besi itu. Pilot senior yang kali ini bertugas dengannya adalah Pilot yang cukup terkenal dengan jam terbang yang banyak dan juga kecakapan membawa pesawat yang juga baik. Dia sungguh beruntung pikirnya. Isi kepala yang tadi di dominasi dengan Aletta kini teralihkan karena pekerjaannya.

Hendra Pilot senior itu menyapa Zohan saat mereka berjalan bersama menuju pesawat. "Sepertinya banyak pikiran kali ini." Zohan tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak Capt, hanya saja saya merasa sangat beruntung kali ini bisa terbang bersama Captain."

"Ah..biasa saja. Lagi pula jangan berbohong, saya pernah merasakannya. Dulu setiap ingin pergi, apalagi saat baru-baru bertemu istri saya yang masih jadi pacar saat itu. Rasanya berat sekali untuk pergi bekerja," ujar Hendra dan Zohan menanggapi dengan wajah tersenyumnya.

"Sudah mendapatkan calon sepertinya Zohan ?" tanya Hendra.

"Tidak Capt, kami hanya baru berkenalan." Saat mengatakan hal tersbeut, ketika dia akan masuk ke Garbarata Zohan melihat Aletta tengah duduk di salah satu kursi tunggu. Dia otomatis berhenti berjalan, Hendra dan beberapa Pramugari yang satu tim dengannya juga otomatis berhenti melihat arah pandang Zohan.

"Temui saja, siapa tahu dia terkesima dengan seragam mu ini." Zohan mengangguk setuju sementara Pramugari tadi ada yang berkecil hati mengetahui salah satu Pilot incaran mereka sedang menemui wanita yang pastinya memiliki hubungan spesial dengan Zohan.

Zohan mengamati Aletta yang sibuk dengan Ipad yang wanita itu letakan diatas pahanya. Setelan celana jeans dan juga blouse berwarna peach menandakan wanita ini mungkin akan pergi karena urusan pekerjaan.

"Aletta," sapa Zohan membuat wanita di hadapannya tersebut melihat kearahnya. Jelas sekali Aletta terkejut karena melihat Zohan yang tiba-tiba ada disana.

"Kamu kenapa disini ?" tanya Aletta sambil menunjuk Zohan.

"Bekerja, kamu sedang apa disini."

"Oh...aku ada urusan di Bali." Aletta menjelaskan singkat dan kembali fokus pada layar Ipad-nya.

"Oke, sampai ketemu nanti." Zohan tersenyum dan dia tahu Aletta diam-diam meliriknya.

Wanita ini sungguh aneh pikir Zohan, dan sepertinya pemikat dengan menggunakan seragam tidak mempan dengan Aletta. Padahal jelas sekali semua mata wanita menatapnya dengan terpesona. Namun, tidak mengapa bagi Zohan Aletta tidak merespon dengan baik pertemuan mereka kali ini. Dia juga harus buru-buru pergi untuk menjalankan tugasnya. Jika memang Aletta tidak suka dengan kehadirannya di dekat wanita itu apa boleh buat. Dia sudah berharap, kembali lagi dengan si wanita. Jika Aletta tidak tertarik dengannya maka dia sangat sadar diri.

***

Menatap satu persatu bangun dihadapannya Aletta kembali membuka ponsel dan menelpon seseorang yang akan dia temui. "Bapak dimana ya ? saya sudah di depan vila yang katanya punya mantan suami saya." Aletta memberitahu. Ya, dia memang datang ke Bali karena mendapatkan informasi dari pengacara mendiang suaminya kalau Max memiliki sebuah Vila di Bali yang sudah sangat lama terbengkalai. Pengacara itu mengirimkan email tentang semua surat yang membenarkan jika Aletta masih memiliki harapan akan warisan yang ditinggalkan untuknya. Setelah mengetahui alamatnya Aletta menghubungi salah satu kenalan Mira di Bali yang bekerja di kantor pertanahan disana. Benar Vila itu atas nama Max Hudson, membuat hati Aletta sangat bahagia. Aletta juga memberikan uang kepada Pria tersebut untuk membantunya mencari tahu dimana lokasi tepatnya vila tersebut.

Dia tidak berniat menjual Vila itu, tidak untuk saat ini. Aletta hanya berpikir ingin membalik nama di sertifikat tanahnya. "Aletta," suara seorang Pria memanggil namanya dan demi apapun Aletta berpikir kenapa Zohan lagi yang dia lihat. Apakah tidak ada manusia lain di muka bumi ini.

"Oh Hai," jawab Aletta santai dan terkesan datar. Dia berpikir Zohan akan turun dari mobil sedan hitam metalik yang Aletta tahu mahal pasti harganya. Ternyata Zohan menutup kembali jendela kaca mobilnya, dan melajukan mobil tersebut begitu saja. Aletta merasa terkejut karena Zohan berlalu begitu saja, tidak turun dan menanyakan sedang apa dia panas-panasan di pinggir jalan seperti ini. "Dasar menyebalkan," gerutu Aletta.

Pria yang ditunggu Aletta akhirnya datang setelah dia berdiri di pinggir jalan selama lima belas menit. Untungnya udara di Bali sejuk, jika tidak mungkin dia sudah mengomel kepada Pria ini. Karena tidak memiliki kunci mereka terpaksa membuka paksa kunci pintu utama di vila tersebut. Semua perabotan tertata rapi, hanya saja debunya bukan main tebal. Ada sarang laba-laba juga dimana-mana. Vila ini cukup luas, dengan empat kamar tidur dan dua lantai. Terdapat halaman didepan dan belakangnya, ada kolam renang di lantai dua dan juga di halaman belakang.

"Apa Anda ingin menjual Vila ini Mrs.Hudson ?" Aletta langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak ingin menjualnya, mungkin tidak untuk sekarang. Aku hanya ingin merubah nama kepemilikan surat tanahnya saja. Juga jika anda tidak keberatan bisakah mencarikan pekerja yang bisa membersihkan vila ini ? saya tidak bisa berlama-lama di Bali, mungkin lusa saya sudah harus kembali ke Batam.

"Baiklah akan saya telpon orang yang saya kenal. Oh ya, apakah anda berniat menyewakan vila ini ?"

"Ya, jika memang ada yang menyewa akan lebih baik. Namun, saya memilih untuk menyewakan vila ini pertahun saja. Rasanya sulit jika harus perbulan." Aletta tersenyum bahagia, karena dia tahu vila peninggalan Max ini akan memberikan sedikit pundi-pundi uang untuknya.

Aletta memilih tinggal di hotel yang tidak jauh dari lokasi vila, semua tidak lain karena dia ingin turut serta menata semua barang-barang juga ikut serta membersihkannya. Aletta tentu saja memilih untuk menginap di hotel yang terbilang mahal di Ubud. Saat dia sarapan seorang diri, sepertinya ada Pria yang tertarik akan dirinya karena Pria itu meminta izin Aletta untuk duduk di satu meja dengan Aletta.

Aletta menggunakan dress warna biru laut bercorak bunga, bertali satu yang dikaitkan ke bagian lehernya, dan rambutnya yang basah dia gerai begitu saja. Aletta tidak menggunakan riasan apapun pada wajahnya selain lipstik tipis berwarna nude.

"Kenalkan aku Meivo Derson." Aletta ingin tersenyum lebar karena dia tahu nama belakang keluarga tersebut. Mimpi apa dia bertemu dengan salah satu pewaris keluarga Derson yang terkenal sebagai keluarga pengusaha yang menguasai pasar Eropa serta Amerika itu.

Aletta mengulurkan tangannya masih mencoba menahan betapa dia ingin berteriak kegirangan saat ini. "Aku Aletta," ucapnya tanpa menyebutkan nama belakang keluarganya.

"Sedang apa disini ? berlibur," tanya Pria itu sambil menikmati sarapannya, tapi tetap melirik Aletta sesekali.

"Tidak, ada urusan sedikit. Kau sendiri sedang apa ? berlibur dengan kekasih atau___," Aletta menggantung kalimatnya memancing Pria yang mungkin sudah berumur empat puluh tahun dihadapannya saat ini.

"Aku tidak terikat dengan hubungan semacam itu setelah istriku meninggal." Meivo menjelaskan dan Aletta refleks turut bersedih, itu artinya Pria ini bukan tipe Pria tua mata keranjang pikirnya didalam hati. "Ada sedikit pekerjaan, sama seperti mu." Aletta menganggukkan kepalanya kemudian perbincangan seputar indahnya Bali sampai Aletta pamit dari hadapan Pria tersebut setelah Pria itu meminta nomor ponsel Aletta.

Di dalam kamar hotelnya Aletta melompat kegirangan "Ya Tuhan semoga saja dia menelpon ku, setidaknya kami bisa kenal lebih dekat." Harapan Aletta adalah Pria itu bisa menggantikan Max didalam hidupnya. Setidaknya dia tidak perlu menjadi janda lama-lama dan menderita.

"Jika keluarga Derson sudah dipastikan hidupku akan sangat mewah, darah bangsawan dan ahhhh....mereka masuk list salah satu keluarga kaya raya di Bumi ini. Tidak masalah sudah tua, lagi pula Meivo Derson itu masih terlihat gagah." Aletta berbicara seorang diri, dia juga mulai mencari berita tentang Meivo Derson di internet.

Bersambung....

Dearest Gold DiggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang