10 :: Menjadi milik Meivo Derson ::

393 28 9
                                    

Belakangan ini banyak tempat tongkrongan baru yang ada di Batam. Zohan sampai bingung setiap kali temannya mengajak mereka berkumpul, selalu saja mereka berkata "ini tempat baru, kita harus coba." Seperti malam ini dia dan teman-temannya yang lain menikmati malam hari mereka di daerah Bengkong.

Ah...teringat tentang duduk santai di malam hari. Dia mengingat Aletta sudah tiga malam ini tidak terlihat. Biasanya wanita itu akan ada jika Mirna atau Rina ada. Ini sudah tiga hari, tapi belum juga terlihat. Apa Aletta masih menikmati waktunya bersama dengan Pamannya Meivo?

Dia baru bertemu Meivo sehari setelah dia melihat Aletta berjalan bersama Pamannya tersebut. Meivo tidak bercerita apapun, dan dia juga tidak ingin bertanya. Dia hanya tahu dari Meivo kalau Pria itu sedang ada bisnis di Batam.

"Zo. Kenapa tidak minum?" tanya Andi dan yang lain juga menatap dirinya.

"Aku ada penerbangan besok pagi. Ini juga aku harus buru-buru pulang," jawab Zohan santai. Dia kemudian memasukan ponsel ke dalam saku celana. Baru Zohan ingin bangkit, wajah cantik Aletta sudah dia lihat. Zohan terpaksa meletakkan kembali ponselnya, entah mengapa dia juga tidak tahu. Hanya saja dia ingin sedikit mendengar berita apa yang sekiranya wanita itu bawa.

"Aku titip ponsel ku dulu," katanya kepada Fedro yang duduk tepat disebelahnya.

"Katanya mau balik," gerutu Andi menggelengkan kepala. "Eh ada Aletta, udah lama gak gabung Leta." Andi menyambut Aletta dengan senyum lebarnya.

"Dasar dirimu itu, lihat perempuan bening langsung disapa." Mirna memukul lengan Andi. "Sibuk dia sama pacar baru," kata Mirna lagi sementara Aletta hanya tersenyum saja. Dia tidak menggubris adanya Zohan disana. Bahkan sampai Pria itu duduk kembali di meja mereka dia tetap tak perduli.

"Tas Lo bagus banget Ta," ucap Rina dan diangguki Mirna.

"Oh...ini dari someone," jawab Aletta tersenyum penuh makna kepada Mirna.

"Wah...gila, serius kamu ini dari dia?" tanya Mirna dan Aletta menganggukkan kepala. Zohan sudah tahu siapa yang dimaksud oleh Aletta. Dia juga yang memilihkan warna tas itu untuk Aletta saat Meivo meminta pendapatnya.

"Oh ya...sebelum aku lupa." Rina kemudian menggebrak meja hingga mereka semua terkejut. Dia tersenyum merasa bersalah pada ke enam orang disana. "Aku lusa ulang tahun, kalian wajib datang. Bawa kado," pinta Rina tanpa malu.

Mereka semua kembali tertawa, niat Zohan yang ingin pulang lebih dulu gagal karena betah berlama-lama melihat wajah Aletta dan apa saja yang wanita itu lakukan, tapi Zohan tidak minum alkohol seperti yang teman-temannya bahkan Aletta lakukan. Andi mulai menyadari perasaan Zohan itu, dia tersenyum sambil menyikut lengan Zohan.

Zohan bangkit saat ponselnya bergetar, nama Reina terlihat di layarnya. Wanita itu sepertinya sekarang akan menjadi alarm Zohan. Waktu memang sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

"Guys...aku pulang dulu." Zohan berpamitan setelah dia mematikan sambungan telpon Reina.

"Duh...Zohan ini ya, baru jadi pacar aja udah nurut banget loh sama Reina. Bagaimana kalau mereka menikah," ujar Mirna dan semua bersorak untuk Zohan.

"Biasa Pria memang seperti itu." Aletta tiba-tiba berkomentar. Hingga semua menatapnya termasuk Zohan, lagi-lagi langkah kakinya terhenti karena Aletta.

"Oh begitukah? Kau sangat berpengalaman sepertinya Aletta," ucap Zohan.

"Aletta kan sudah pernah berumah tangga Zo." Fedro mengingatkan Zohan yang sebenarnya tidak perlu di ingatkan. Mereka semua sudah tahu hal itu.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu." Aletta kesal dengan wajah Zohan saat ini. Pria itu menatapnya seperti ingin menagih sesuatu saja.

"Aletta bagaimana jika aku antar kau pulang?"

Dearest Gold DiggerWhere stories live. Discover now