8 :: Kesalahan ke-dua ::

347 21 1
                                    

"Namanya Reina, dia memang wanita baik-baik. Seorang Dokter anak yang manis, dan juga cantik." Puji Zohan dan Aletta mengangguk setuju. Meski begitu ada nyeri di hati Aletta saat mendengar Zohan memuji wanita itu.

"Maaf karena aku mencium mu malam itu, aku sedikit mabuk sehingga itu terjadi." Zohan menghembuskan napasnya. Dia tiba-tiba menepikan mobil sebelum sedikit lagi sampai di rumah Aletta. "Zohan kau salah rumah, ini bukan rumah___," ucapan kalimat itu terhenti karena Zohan sudah mencium bibir Aletta. Zohan sangat pintar dalam hal ini ternyata, Aletta awalnya menolak dengan mendorong tubuh Zohan tapi yang terjadi Zohan bersikeras tidak ingin melepaskan pagutan bibir mereka. Bagi Zohan bibir Aletta adalah hal termanis yang pernah dia rasakan, dia ingin membuat mereka impas itulah yang tadi dia pikirkan selain fakta kalau dia juga terus memikirkan wanita ini kemarin.

Aletta tidak kuasa untuk tidak membalas ciuman Zohan, dia bahkan mengusap rahang Zohan dengan lembut menggunakan satu tangannya. Sementara Zohan menarik lembut leher Aletta agar tidak menjauh darinya. Perlahan Zohan melepaskan ciuman itu, dia menatap mata Aletta dari jarak dekat. Napas mereka berdua memburu, Zohan tersenyum karena dia sudah membuat pipi Aletta merona saat ini.

"Kita impas saat ini, maafkan aku karena sudah mencium mu." Zohan mengatakan hal itu dan Aletta hanya bisa diam saja. Mobil kembali melaju hingga sampai di depan rumah Aletta, debar jantung Aletta masih memburu sehingga gerakannya juga menjadi tidak tentu. Sabuk pengaman yang dia gunakan sangat sulit untuk dibuka, membawa tubuh Zohan kembali mendekat kepadanya membantu dia membuka sabuk itu. Lagi-lagi wajah Zohan yang tampan mengusik ketenangan hati Aletta, rasanya dia ingin melanjutkan ciuman mereka tadi dan berakhir di kamar bersama.

"Terima kasih," ujar Aletta kepada Zohan dan turun dari dalam mobil itu. Sesampainya didalam rumah Angela sudah tidak lagi menangis. Reina sedang menggendongnya yang kemudian diambil alih oleh Aletta, dia perlahan memberikan obat yang tadi dia beli di Apotik kepada Angela.

"Aletta aku dan Zohan pamit dulu, semoga Angela lekas sembuh ya." Reina beranjak dari kamar tersebut diikuti Aletta yang ingin mengantarkan tamu tak diundangnya tersebut keluar rumah. Angela dia tidurkan di box bayi dan ditemani oleh Asih.

"Reina terima kasih banyak," kata Aletta dan Reina tersenyum. Kini pandangan Aletta beralih kepada Zohan yang dengan gaya santai menatapnya, sungguh Aletta kesal dengan Pilot yang membuat hatinya tidak karuan saat ini. "Zohan terima kasih," ucap Aletta pada akhirnya. Zohan mengangguk santai, jika tidak ada Reina mungkin dia akan kembali mencium Pria ini.

"Oh sebentar, Reina masuk saja ke mobil aku ingin ke toilet. Apa boleh?" tanya Zohan dan Aletta mengangguk, dia mengantarkan Zohan ke dalam rumahnya lagi dan menunjukkan dimana letak kamar mandi.

"Ini kamar mandi, didalam sudah ada tisu dan juga hand___," ucapannya kembali tertahan karena Zohan menciumnya lagi tepat didepan pintu toilet rumah itu. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang diam-diam mengambil kesempatan untuk berciuman. Aletta tidak menyangka kalau Zohan akan melakukan ini kepadanya.

"Bukankah kau mengucapkan terima kasih dengan cara seperti ini dulu?" tanya Zohan dengan seringainya. Tidak Zohan tidak memiliki rencana lain selain ingin membuat dirinya tidak lagi merasa penasaran dengan Aletta, setidaknya itulah yang dia yakini untuk saat ini. Bukan juga ia sedang dimabuk cinta, perasaan Zohan tidak sampai sejauh itu.

"Jangan lagi keluar larut malam Aletta kasihan anak mu. Kau juga harus menjaga dirimu baik-baik," kata Zohan kemudian pergi dari hadapan Aletta yang masih mencoba menetralkan desiran yang muncul akibat Zohan.

"Benar-benar menyebalkan," gerutu Aletta saat Pilot tampan itu sudah pergi dari rumahnya. Aletta menghembuskan napas lelah kemudian masuk kedalam kamar anaknya. Dia meminta Asih untuk kembali ke kamar wanita itu, sementara dia yang akan menjaga Angela setelah dia mengganti pakian dan juga menghapus riasan wajahnya tentu saja.

***

Terbiasa tinggal di Negara dengan cuaca dingin, kini Aletta merasa sangat gerah meski jam menunjukkan pukul enam pagi. Batam memang memiliki udara yang lumayan panas, lebih sering matahari terik disini daripada awan yang mendung.
Sudah dua hari dia tidak keluar rumah karena fokus menjaga Angela. Hari ini dia ada panggilan interview di sebuah hotel. Untungnya demam Angela sudah turun.

Aletta bangun karena tahu tidak ada waktu untuk bersantai hari ini. Dia mulai rutinitas seorang ibu rumah tangga. Dari menyapu, mencuci, setelahnya memasak. Semua Angela lakukan seorang diri, karena tugas Asih hanya untuk menjaga Angela.

"Asih, hari ini aku ada panggilan interview lalu setelahnya mungkin akan ada urusan sebentar. Jika ada apa-apa telpon aku oke? Bubur Angela sudah aku buat, nanti siangnya kamu panaskan saja. Aku akan pulang sore sepertinya, kamu juga jangan lupa makan ya. Itu aku sudah masak." Angela mengambil Angela dari gendongan Asih, dia ingin memandikan Angela terlebih dulu, sementara Asih sarapan.

Sekilas Aletta memang terlihat wanita yang memiliki gaya hidup bak sosialita, tapi nyatanya semua dia lakukan seorang diri. Tidak ada pembantu untuk mengerjakan pekerjaan rumah agar kuku tangannya tidak patah, juga telapak tangannya tidak kasar. Asih hanya bertiga menjaga Angela, sehingga semua dia lakukan seorang diri. Baik masih bersuami, atau saat statusnya sudah janda di tinggal mati seperti saat ini.

Menghela napas panjang Aletta kini sudah siap dengan tampilan terbaik yang ia miliki. Untuk interview, penampilan adalah nilai plus agar bisa diterima kerja. Ditambah dengan kecakapan saat menjawab semua pertanyaan yang diajukan, akan lebih baik jika nanti staff HRD yang menanyainya adalah Pria.

Blouse putih dengan rok berbahan kain Jersey biru dongker sebatas lutut Aletta gunakan. Rambutnya dia sanggul sebaik mungkin, agar terkesan rapi.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Aletta.

[Kemana aja Let dua hari ini? Mereka yang ada di Bar kemarin kaget saat dirimu bilang sudah punya anak.]

Aletta tersenyum membaca pesan dari Mirna, sahabatnya itu. Dia kemudian teringat pasal Zohan yang juga kini mengetahui kalau dia adalah janda beranak satu.

Ciuman mereka yang sudah tiga kali terjadi, apakah Zohan akan menganggap dia wanita kesepian karena tidak memiliki seorang suami untuk menghangatkan dirinya?

"Ah .....sialan! Kenapa aku harus perduli pikirannya. Harusnya aku berpikir kenapa Meivo Derson itu belum juga mengirimi aku pesan apapun hingga saat ini." Aletta berujar seorang diri, dia menghembuskan napas. Harus fokus pada apa yang akan dia jalani untuk kedepannya.

Ketika baru keluar dari pintu rumah setelah memesan taksi online, pesan kembali masuk ke ponsel Aletta. Kini orang yang dia tunggu akhirnya memberi kabar berita.

[Aletta, ini aku Meivo. Bisa kita bertemu? Aku sedang ada di Batam.]

[Kau di Batam? Sejak kapan, tentu saja boleh. Jam berapa?]

[Aku baru sampai. Aku akan menghubungi mu tempat dan waktunya sugar.]

Aletta tersenyum tipis, ketika melihat kata sugar yang dikirim Meivo kepadanya.

[Sugar? Ini hinaan atau pujian, baiklah aku akan tunggu.]

[Of course pujian. Baiklah sampai nanti. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan wanita cantik seperti mu.]

Aletta tidak membalas pesan itu lagi, mulut lelaki memang seperti itu pikirnya. Aletta melihat tampilannya, dia sepertinya perlu berbelanja untuk tampil sempurna di depan Meivo nanti. Rencana ingin bertemu Mirna pasti gagal karena Meivo ingin bertemu juga.

Meivo lebih dulu, karena dia adalah kunci masa depan Aletta. Seringai Aletta muncul lebih lebar ketika mendapat kabar dari Meivo. Menerka-nerka apakah Meivo ke Batam hanya untuk bertemu dengannya?

Bersambung ....

Komentar yuk...aku balik lagi nanti kalau komentarnya sudah ramai ya...❤️

Jangan lupa follow Ig nadraelmahyabakrie dan wp.nadramahya...

Malam ini aku mau posting visual cast

Dearest Gold DiggerWhere stories live. Discover now