15| Sebuah Cerita di Tengah Riuh

2.1K 287 35
                                    

"Kamu jangan berani-berani bilang sama papa kamu, kalau kamu masih sayang mama kamu itu! Dengar, Kala, ini bukan hanya sekadar ancaman semata

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Kamu jangan berani-berani bilang sama papa kamu, kalau kamu masih sayang mama kamu itu! Dengar, Kala, ini bukan hanya sekadar ancaman semata. Saya nggak akan segan-segan buat menghancurkan semuanya."

Kala hanya dengan santai memainkan tali tas ranselnya saat di hadapannya Anya terang-terangan tengah murka. Entah mendapat keberanian dari mana, wajah Kala seolah menantang Anya.

"Kamu dengar saya tidak, sih?!" Merasa kesal karena diabaikan, Anya memekik di depan wajah Kala. Tangan itu hampir saja mencabik wajah kecil di depannya.

"Jangan teriak-teriak. Saya bisa aja gantian teriak, dan bilang kalau Tante mau culik saya. Jadi jangan macem-macem. Tante bisa ancam saya, saya juga bisa. Kita main cantik aja." Kemudian Kala tertawa diakhir kata. Sebenarnya tak bisa disembunyikan, bahwa iris kecokelatan itu tengah berkaca-kaca.

Ada sesak yang berusaha Kala tahan di dada. Tentang sebuah fakta yang baru saja ia ketahui dan membuatnya benar-benar tak percaya. Tadi tak sengaja bertemu dengan Anya di sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Wanita itu datang seorang diri dengan gelagat mencurigakan.

Mengikuti insting, Kala mengikuti Anya sampai ke sana. Tak pernah disangka, bahwa ia akan mendengar sesuatu yang seharusnya tidak perlu ia dengar. Fakta itu menimpa berat dadanya, berhasil membuat ia kehilangan nafas untuk sejenak.

"Kamu ... jangan main-main dengan saya! Saya bisa hancurkan kamu detik ini juga!" Tangan Anya menuding wajah Kala. "Tutup mulutmu, atau pergi ke neraka?"

"Saya nggak mau dua-duanya Tante. Kenapa saya harus milih? Padahal Tante bukan Tuhan yang tahu saya akan ke surga atau neraka. Tante nggak malu nyebut neraka, disaat Tante sudah melakukan sebuah dosa besar? Lebih baik kita pergi ke neraka sama-sama. Gimana, Tante?"

Air mata Kala jatuh. Tak bohong, bahwa ia merasa terpukul dengan semua ini. Wajah Anya tak kalah kacau. Wanita itu sudah menangis panik sejak tadi.

"Diam! Diam kamu anak sial!"

"Saya nggak akan bisa diam. Karena anak yang Tante buang itu adalah teman saya sendiri."

Tangis Anya kian pecah. Iya, dia juga baru beberapa hari ini tahu bahwa anak yang sudah dia buang berteman dengan Kala. Diam-diam, dalam tiga tahun terakhir ini, Anya selalu mencari kabar tentang anak itu.

"Jangan hancurkan rencana saya, Kala. Biarkan saya sendiri yang menyelesaikan ini semua. Kamu nggak perlu ikut campur!"

"Jangan Tante pikir saya nggak tahu apa niat Tante. Tante berniat melenyapkan Raka, 'kan? Tante pikir aja, bisa saya diam aja?"

"Brengsek kamu!" Dengan kuat, tangan Anya menampar wajah itu sampai Kala terhuyung ke samping. Bukan hanya itu, Anya bahkan berniat untuk mendorong tubuh Kala ke tepi jalan, sebelum kedua matanya menangkap siluet seseorang. "Akh! Apa-apaan kamu ini, Kala?"

"Anya! Hati-hati!!"

Kamandanu, yang entah bagaimana bisa berada di sana, sontak berlari mendekat. Menahan tubuh Anya yang hampir saja menghantam trotoar jalanan. Kilatan tajam Kamandanu terarah pada Kala.

|✔| 36 HARIUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum