24| Ranting Patah

2.5K 224 20
                                    

"Maafin aku, aku pernah nyebut nama ibu kandung kamu sedang sebutan nggak pantas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafin aku, aku pernah nyebut nama ibu kandung kamu sedang sebutan nggak pantas. Maafin aku, ya, Raka." Saat ini Kala tengah duduk di kasurnya. Baru saja semalam Kala diijinkan pulang oleh Dokter Atlas dan Dokter Vian. Sebenarnya bukan diijinkan, melainkan memaksa untuk pulang.

Raka yang duduk di tepi kasur mengangguk. Meskipun tatapan Raka jatuh ke bawah, tak berani menatap wajah Kala sama sekali. Di luar, terdengar riuh bising suara Haikal, Jordan dan Arsen yang tengah mengobrol dengan Kaira. Sedangkan samar-samar, Raka mendengar bagaimana obrolan Pak Joko dan Kamandanu.

"Ka, kenapa sih natap ke bawah terus? Muka aku jelek, ya? Kamu nggak mau natap aku, karena sekarang aku nggak punya rambut lagi?" Walau tak menjalani kemoterapi, Kala memutuskan untuk memotong semua rambutnya. Kala lelah, melihat helai demi helai itu jatuh.

Pertanyaan Kala membuat Raka sontak mendongak. Raka menggeleng kuat-kuat sembari menahan isak tangisnya. "Bukan gitu. Lo nggak jelek kok. Sama sekali nggak jelek." jelasnya, agar Kala tak salah paham.

Kala tersenyum. Meraih tangan Raka ke dalam genggaman. "Jadi, aku dimaafin nggak?"

"Wajar kalau lo sebut Ibu seperti itu. Gue nggak marah, Kala ...,"

"Tapi aku salah. Nggak seharusnya bilang seperti itu. Sekali lagi aku minta maaf. Nanti tolong sampaikan maaf aku ke Tante Anya, ya? Boleh?"

"I-Iya, boleh."

Kala merubah posisinya menjadi berbaring. Terdengar hela napas berat dari Kala. Pusing itu mulai mendera, namun diabaikan oleh Kala. Untuk kali ini, Kala tak ingin kalah lagi dengan rasa sakitnya.

"Ka, boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Panggilin Papa. Kalau bisa, semua orang harus di sini."

Ada perasaan takut sebenarnya, namun Raka tak mengatakan apa-apa. Hanya berjalan keluar, lalu tak lama kemudian datang bersama Kamandanu dan yang lainnya. Mereka mengelilingi Kala. Kaira berbaring, memeluk daksa yang kehilangan berat badan itu. Sedangkan Kamandanu menempati posisi Raka tadi.

"Kenapa, Dek? Adek butuh sesuatu?" tanya Kamandanu.

Kala mengangguk. Jemarinya bermain di kancing baju mama. "Iya. Sebenernya, Adek mau minta tolong ke Papa."

"Minta tolong apa, hm?"

Sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, Kala meraih tangan besar papa untuk kemudian ia satukan dengan mama di atas perutnya. "Sebentar aja. Jadilah pasang yang baik-baik aja di depan Adek, ya? Nggak lama kok." Dan Kaira serta Kamandanu hanya bisa menuruti. Kemudian Kala melanjutkan, "Papa, nanti kapan-kapan kalau Papa ada waktu luang, temani Raka ketemu Tante Anya boleh? Papa harus bisa menyatukan mereka kembali. Dari dulu Raka ingin sekali tahu Ibu kandungnya, dan sekarang saatnya Raka merasakan kasih sayang dari ibunya."

"Nanti Papa akan temani Raka. Adek tenang aja."

"Makasih Papa. Satu lagi, ya, boleh?"

"Boleh, Dek. Adek mau minta tolong banyak-banyak juga boleh." jawab Kamandanu, tersenyum teduh untuk Kala.

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang