26| Bait Lirik

1.8K 144 6
                                    

Part kali ini panjang banget, serius. Jadi bacanya pelan-pelan, ya hehe :D

Lembar kertas itu pada akhirnya Haikal remat kuat-kuat, lalu membuangnya ke tempat sampah. Air matanya jatuh tanpa henti. Seminggu kepergian sosok itu, nyatanya tak membuatnya terbiasa. Aneh, padahal mereka baru mengenal selama sebulan. Belum mengetahui kepribadian satu sama lain. Namun rasanya, Haikal hancur karena kepergiannya.

Bait lirik itu dia tulis kemarin. Niatnya, akan Haikal nyanyikan bersama lagu baru miliknya yang akan liris dalam dua minggu ke depan. Bait lirik yang dia persembahkan untuk satu sosok yang telah pulang.

Kenyataanya, Haikal tak sekuat itu untuk menyanyikannya. Apalagi wajah sosok itu selalu terbayang di kepala. Membuatnya tak sanggup hanya untuk membuka mata.

Kedua mata Haikal mengedar pada kamar barunya. Sudah seminggu ini dia dan Raka pindah ke rumah Kamandanu. Dan dalam tiga bulan nanti, Kamandanu resmi menikah dengan Anya.

Awalnya ada sakit yang Haikal rasakan saat tahu ayah dari temannya akan menikah, disaat luka mereka bahkan belum sembuh. Namun Haikal tahu, alasan di balik ini adalah Kala. Kala yang meminta, lewat surat yang dititipkan oleh Pak Joko.

Papa harus bahagia sama Tante Anya. Bukan hanya Tante Anya, tapi Lili, Raka dan Haikal juga.

Sepenggal kalimat yang Haikal ingat dari untaian surat itu. Membuat dadanya teramat sesak. Haikal pandang sandal biru di bawah meja belajarnya. Sandal yang dia ambil dari kamar Kala empat hari lalu.

"Gue bakal jagain sandal itu sebaik mungkin, Kal. Sebaik lo menjaganya." gumam Haikal.

Ingatannya kembali pada masa-masa awal pertemuan mereka. Saat itu, Kala hanya mengenakan sandal biru, kaus hitam dan celana pendek, nekat datang dengan Arsen untuk menjemputnya dari tempat kerja.

Ada satu momen yang tak akan pernah Haikal lupakan. Malam itu, Kala membawa jaket, namun jaket itu justru diberikan padanya. Katanya, supaya dia tidak kedinginan. Padahal dibanding dia, Kala lah yang akan mati kedinginan.

Haikal tertawa kecil. "Sekarang lo lagi apa? Katanya lo janji mau datang ke acara pentas gue, bawa banner nama gue yang besar. Gue udah menanti-nanti hari itu, Kal ...,"

Ada satu lipatan kertas karton di sudut kamarnya. Haikal mendapatnya di kamar Kala, saat itu. Kertas yang berisikan namanya, juga kata-kata penuh semangat. Pasti Kala yang menulisnya. Akan tetapi, ada satu yang membuat Haikal sakit, sampai tak berani melihat kertas itu sampai hari ini.

Di ujung kertas, ada noda darah yang cukup banyak. Kala pasti bekerja keras untuk membuat itu.

"Seharusnya jangan di paksa. Kalau lo capek, istirahat. Lo nggak perlu berkorban segininya, Kal."

"Kal? Di dalem?"

Suara ketukan pintu yang beruntun membuat Haikal segera mengusap kedua matanya. Kemudian berdehem untuk menormalkan suara. "Iya, Ka, masuk aja."

|✔| 36 HARIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora