Prologue

12.6K 902 116
                                    

Sebuah mobil Porsche berwarna metallic silver melesat cepat pada hamparan aspal Kota Seoul tatkala cahaya mentari menyorot tajam ke permukaan bentala hingga terasa begitu panas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah mobil Porsche berwarna metallic silver melesat cepat pada hamparan aspal Kota Seoul tatkala cahaya mentari menyorot tajam ke permukaan bentala hingga terasa begitu panas. Di balik kemudi, seorang wanita bersurai panjang begitu lihai mengontrol setir, menyalip kendaraan-kendaraan di depannya seperti seorang pembalap mobil yang sedang melesatkan mobilnya pada sirkuit. Manik yang mengelih tajam pada vista di depannya serta merta bibir seksi yang dipoles lipcream berwarna merah gelap membuatnya terlihat begitu menggoda.

Serempak dalam lenggang sunyi yang sejak tadi menguasai atmosfer, ponsel yang terletak di dekat tuas persneling berdering mengisi atmosfer yang berpendar di atasnya. Lantas sang wanita menilik ke arah ponselnya sejenak sebelum menggapainya dengan pandangan yang telah kembali lurus ke depan. Tanpa membaca nama pemanggil yang tertera pada layar, wanita itu sudah dapat mengetahui siapa yang meneleponnya, lantas segera ia menggangkat panggilan dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"KIM LILITH! KABUR KE MANA LAGI KAU?!" Percakapan kali ini dibuka dengan suara yang melambung tinggi milik seorang pria yang bekerja sebagai manajer dari sang wanita. Saat suara itu terasa menusuk membran timpani milik Lilith, ia langsung menjauhkan ponselnya dari telinga sambil berdesis.

Detik berikutnya, ia membawa ponselnya ke dekat bibirnya sebelum berteriak, "Astaga Hoseok! Kecilkan suaramu, gendang telingaku bisa pecah!" Ia tak ingin kalah dengan pria bernama Nam Hoseok itu. Memangnya hanya Hoseok yang bisa berteriak melalui ponsel?

Di seberang sana, kepingan emosi Hoseok telah memuncak, siap untuk meledak jika saja pribadi Lilith tepat berada di hadapannya. "Kau pergi ke mana?! Setengah jam lagi kita harus tampil di depan Pak CEO!" Sebagai manajer yang baik dan memprioritaskan karier artisnya, niscaya Hoseok tak ingin Lilith terlambat dalam penampilannya hari ini—penampilan final di hadapan CEO agensi yang menaungi Lilith, sebelum akhirnya debut sebagai seorang penyanyi di Korea Selatan.

Sang wanita seperti tak terpengaruh apa pun dengan perkataan Hoseok, justru ia memilih menjepit ponselnya di antara bahu dan pipinya, sementara kedua tangannya sibuk mengendalikan setir. Kecepatan mobilnya tidak menurun sekalipun ia tengah bercakap-cakap dengan seseorang di ponselnya. Ini berbahaya, tetapi Lilith sedang sangat terburu-buru, jadi ia tidak punya pilihan lain.

Merotasikan matanya dengan malas, Lilith berujar santai, "Iya-iya aku tahu. Sebentar saja, aku ada urusan mendadak."

Sebenarnya urusan mendadak itu bukanlah sebuah prioritas yang harus ia selesaikan saat ini juga. Namun, ini adalah Kim Lilith—wanita yang senang membuat manajernya kelimpungan hingga panik mencari keberadaannya. Jadi jangan heran lagi.

"Apa pun urusanmu itu yang jelas tidak akan lebih penting daripada penampilanmu hari ini, Kim Lilith! Debutmu sebentar lagi!"

Lilith mendengus kesal. Ia cukup muak mendengar kalimat itu terus-menerus. Rasanya ia ingin bersikap kurang ajar dengan menjejalkan mulut Hoseok dengan kaus kakinya. "Iya aku tahu! Kau sudah mengatakan itu lebih dari sepuluh kali hari ini! Aku akan kembali tepat waktu, jangan khawatir." Tepat setelah itu, Lilith mematikan panggilan secara sepihak, lalu melempar benda pipih itu ke kursi di sebelahnya sambil menggerutu, "Dasar manajer ceweret."

Want to See My Cat?Where stories live. Discover now