7. First Snow

2.4K 360 57
                                    

selamat malam, lovre

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

selamat malam, lovre. gimana puasanya? lancar kan?

aku kembali setelah sekian purnama hahaha. beberapa bulan ini lagi hectic banget sama urusan rl, jadi belum bisa update rutin. :(

anyways, novel Noona Can We Play? akan restock bulan april. kalian bisa pantengin IG beeverse_ supaya ga ketinggalan informasinya ya.

challenges: 1,2k views, 475 votes, 100 comments.

happy reading, lov!

.

Terhitung satu minggu sejak hari di mana Lilith mendapati sang kekasih berkhianat di depan matanya sendiri. Rasa sakit, kecewa, dan amarah merebak menguasai jiwanya. Hal itu membuatnya enggan bertemu dengan Miles meski kekasihnya itu menghubunginya setiap hari. Tak ada satu pun dari pesan atau panggilan Miles yang direspon olehnya.

Dan disaat yang bersamaan, Lilith diharuskan untuk fokus pada pekerjaannya. Ia menjalankan debutnya dengan baik kendati pikirannya tengah bercerai berai. Namun, dalam dua hari terakhir, Lilith merasa tak sanggup lagi menampung segala permasalahan di dalam raganya. Oleh karena itu, kini ia berada di sebuah bangunan dengan desain industrial bersama seorang wanita yang sudah ia kenal sejak dulu.

"Hah?! Sinting!" Suara wanita itu nyaris memekik jika saja Lilith tak melotot ke arahnya sambil menempelkan jari telunjuk pada bibir—mengisyatkan sang wanita untuk mengecilkan suaranya sebab mereka tengah berada di tempat umum.

"Kecilkan suaramu, Hera. Gawat jika ada media yang menyadari keberadaan kita." bisik Lilith setelah wanita di hadapannya itu menetralkan sirat wajah yang semula dipenuhi keterkejutan

Park Hera, seorang sahabat Lilith yang berprofesi sebagai jurnalis. Ia telah mengenal Lilith sejak duduk di bangku sekolah dasar, oleh sebab itu ia tahu betul mengenai masa lalu Lilith, pun kesedihan yang masih mendiami jiwa wanita itu. "Sorry. Tapi aku benar-benar tidak menyangka dia berbuat seperti itu. Dia terlihat benar-benar mencintaimu, Li," katanya dengan suara pelan. Setelahnya ia mengedarkan pandangannya pada ruangan ini guna memastikan situasi aman.

Benar kata Lilith, akan sangat berbahaya jika ada media di sekitar sini. Terlebih saat ini suasana coffee shop tempat mereka menghabiskan waktu tengah cukup ramai. Kalaupun tidak ada media, bisa saja pelanggan lain yang memotret mereka, lalu menjualnya pada paparazi untuk diunggah ke media. Hal semacam itu memang kerap terjadi.

Lilith menghela napas berat. Ada setumpuk pilu dari balik tatapan sayunya. "Cintanya hanya sebatas kata-kata," ucapnya. Terdapat getir pahit pada lidahnya tatkala sekelebat memori indah mereka terlintas di dalam kepala. Tentang Miles yang selalu membisikkan kalimat cinta kepadanya ketika mereka bersama, berjanji bahwasannya Lilith adalah satu-satunya wanita yang ia cintai setelah ibunya. Namun ternyata, semuanya hanyalah bualan semata.

Want to See My Cat?Where stories live. Discover now