2. Lilith's Home

3.7K 538 105
                                    

selamat malam, lovre

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selamat malam, lovre. apa kabar?

yap, aku update lagi. aku sedang berusaha supaya ke depannya bisa rutin update. semoga bisa.

untuk chapter ini akan ada challenges vote dan komen ya lov, seperti di NCWP. jadi aku ga akan update sebelum challenges-nya terpenuhi. ini aku jadikan penyemangat ketika aku lagi kehabisan energi buat nulis. dan aku harap kalian ga jadi silent readers ya huhu. :"(

oh iya, jangan lupa follow instagram beeverse_ untuk informasi seputar karyaku ya! novel NCWP bulan ini restock loh!

challenges: 1k views, 350 votes, 115 comments

.


"Bukankah ini takdir yang sempurna, Nona?"

Sesaat Lilith mengerjap, masih berusaha mencerna kejadian yang tak pernah ia sangka ini. Sebuah kebetulan luar biasa yang tak asing dan selalu ada di dalam novel romansa yang kerap kali ia baca. Mungkin kali ini Lilith telah terjun bebas ke dalam dunia fiksi di mana selalu ada kebetulan-kebetulan tak terduga di dalamnya.

Lilith meneguk liurnya seraya menatap sekilas ke arah tirai, lantas mundur selangkah sebelum menarik napas untuk melontarkan sebuah jawaban. "Senang bertemu denganmu lagi, Tuan." Sabit pada bibirnya terukir sempurna, berhasil menggait atensi sang pria lebih dalam.

Pria itu membalas senyuman Lilith. Sebuah senyuman tipis yang tak berlebihan. Namun, entah mengapa sanggup merebakkan pesona yang luar biasa. "Tak perlu seformal itu," katanya dengan suara lembut.

Tapi kau yang lebih dulu berbicara formal, batin Lilith dalam hati. Kendati demikian, Lilith sedikit salah fokus dengan suara pria itu yang mengalun lembut di telinganya. Apakah semua pria berbicara selembut ini pada wanita yang baru dikenalnya?

"Apakah kau tidak keberatan jika harus satu atap denganku?" Pria berkaus hitam itu bertanya, menatap binar mata Lilith dengan serius. Ia mencoba mencari jawaban sendiri sebelum Lilith mengutarakannya.

Lilith menggeleng. "Tentu saja tidak, aku memang membutuhkan seseorang untuk tinggal bersamaku di unit ini."

"Bukan begitu, maksudku ... aku seorang pria," jawab sang pria dengan begitu hati-hati. Bersamaan dengan itu, ia masih menelisik roman Lilith guna memastikan jawaban dari wanita itu—apakah bohong atau tidak. Karena ia tak ingin jika sang wanita merasa keberatan dengan kehadirannya di dalam hunian ini. Terlebih mereka akan tinggal bersama cukup lama.

Mendengar perkataan sang pria, Lilith pun mengerjap. Sedikit malu sebab ternyata sebelumnya ia mengartikan pertanyaan pria itu dengan maksud yang berbeda. Lilith tak berpikir sejauh itu. "Ah ..., tidak apa-apa. Kita bisa menjaga batasan," ucapnya sambil memegang leher sekilas. Sebelumnya Lilith tak pernah merasa semalu dan secanggung ini ketika berbicara dengan orang baru. Namun bagaimana bisa pria ini membuatnya merasa demikian? Apakah karena tatapannya yang terasa begitu lekat?

Want to See My Cat?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang