9: Lari

69 4 4
                                    

Eira melemparkan tas nya ke atas kasur. Tiga hari sudah terlewati sejak insiden di cafe itu. Dari sore itu sampai sebelum Eira masuk kamar tadi, Maya terus saja membahasnya. Bahkan ceramahan dari kejadian di cafe itu sudah merambat kemana-mana. Entah karena wajahnya yang kusut karena kelelahan, atau karena responnya yang sepertinya kurang enak di dengar, kata-kata Maya selalu menancap di hati Eira. Ia seperti bukan melihat ibu yang biasanya lembut di matanya. Padahal sebenarnya dari kemarin Eira mencoba untuk memperbaiki suasana, tapi hasilnya sama saja.

Eira meraung-raung sambil menutupi wajahnya dengan selimut agar teriakan nya tidak begitu terdengar. Begitu banyak hal yang sudah terjadi dan tidak bisa diperbaiki. Eira tentu tidak bisa dengan enteng menceritakan semuanya kepada Maya karena ia sudah terpengaruh dengan kejadian di cafe yang membuat Eira seperti terlihat bukan anak perempuan yang ramah kepada temannya sendiri. Sosoknya telah berubah dan membuat Eira takut untuk bercerita. Jika Maya tahu kejadian awalnya, Eira pasti akan diusir dari rumah. Lagi pula, yang awalnya memulai memang si Jevrio sialan itu!

Tunggu. Diusir dari rumah? Satu ide tiba-tiba terbesit di benak Eira.

Jemarinya langsung mengetik sesuatu di ponselnya. Ia membuat chat palsu tentang karyawisata yang akan dilaksanakan sekolah, agar ia setidaknya bisa bebas dari rumah untuk sementara waktu.

"Ma! Besok ada karyawisata sekolah!" Eira berteriak sambil keluar dari kamarnya. Ia memberanikan diri meskipun takut-takut.

"Karya wisata? Kok mendadak banget dikasih tau nya?" Maya menyahut dari dapur.

"Gak tau nih ma.. Gurunya emang suka ngedadak gitu," Eira menelan air liur nya "nih ada chat dari gurunya." Eira mengirim chat palsu yang ia tulis kepada Maya.

"Ada surat resminya gak, Ra?" Maya menghentikan aktivitasnya di dapur sementara.

"Gak ada ma, tapi itu emang dikirimin sama gurunya dan itu udah resmi."

"Oh gitu. Ya udah sana kamu siapin dulu apa yang mau dibawa. Besok juga Mama kayaknya lembur. Kamu urus sendiri semuanya, ya."

Eira membelalakkan matanya. Ia tak menyangka ibunya akan percaya begitu saja. Apakah ibunya sudah lupa jika beberapa hari yang lalu anaknya membuat ulah? Ah, sudahlah, yang penting rencananya kali ini akan berjalan mulus.

"Oke, Ma."

Percakapan singkat itu pun berakhir. Eira segera masuk kamar dan mengemasi baju-bajunya untuk tiga hari.

Dengan gembira Eira memasukkan bajunya ke dalam tas backpack besar nya. Ia juga membawa semua perlengkapan mandi dan seragam sekolah. Setelah dirasa cukup, Eira mengambil ponsel dari saku celananya dan menekan beberapa nomor.

"Van! Gue nginep di rumah lo besok, ya!"

Rencana palsu karya wisata sekolah kali ini adalah rencana untuk menginap di rumah Vanka. Eira telah menganggap rumah Vanka sebagai rumah kedua. Walaupun ini adalah kesempatan pertama ia menginap di rumah sahabatnya, Eira sudah sering bermain sampai sore di sana.  Eira jenuh dengan suasana rumah akhir-akhir ini.

"Hah?!"

"Sst! Pelanin suara lo, woi!" Eira berusaha bicara sepekan mungkin di depan speaker ponsel nya, tentunya agar tidak terdengar oleh Maya.

"Serius lo mau nginep? Sleepover party nih kita?!"

"Iya, boleh gak?"

"Boleh dong! Kebetulan papa mama gue lagi keluar kota. Males kalo sendirian sama adek gue doang."

"Yes! Makasih, Van! Bye!"

Pip. Telepon ditutup Eira.

***

You are My Moonlight [END✓]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu