3. Penjaga Garis Kehidupan dan Kematian

288 84 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen sebanyaknya ya🥀🥀


Sakit sekali, sangat sakit.

Tulang-tulangnya patah, dadanya sesak sekali sampai tidak bisa bernapas, kepalanya pusing dan tubuhnya terus dibasahi oleh darah.

Apakah ia sudah mati? Lalu kenapa rasa sakitnya tak kunjung habis? Atau ia sedang mengalami sakaratul maut? Jika iya, tolong cepat, cepat ambil nyawanya. Serta tolong hapus ingatan terakhirnya yang melihat Auril menangis dengan berlumuran darah.

"Nggak mau buka mata?"

Eh? Tunggu, ia mendengar suara. Bukan suara Auril, lalu siapa? Membuka mata? Jadi gelap yang ia lihat ini lantaran menutup mata?

Perlahan Nael membuka matanya. Kegelapan berganti dengan sorot cahaya yang menyilaukan sampai rasanya tidak mungkin bisa melihat. Samar-samar nampak sosok bayangan berdiri di hadapannya.

Siapa?

"Akhirnya bangun juga," suara itu terdengar lagi.

Kini, Nael membuka mata sepenuhnya. Anak laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun jika dilihat dari bentuk tubuhnya--memakai jas hitam--berdiri di depannya. Wajah anak laki-laki itu sangat putih, sangat tampan, bermata merah darah dan sedang tersenyum.

"Selamat datang di garis batas." Anak kecil itu menggerakkan anggun tangannya yang berakhir membungkuk, memberi hormat seperti para bangsawan.

"Garis.... batas?" Nael tidak memahami perkataan anak kecil itu. Mencari tahu, ia memutar tubuh, melihat sekelilingnya.

Nael berada di tempat asing. Tidak terlihat apapun selain cahaya putih. Anehnya, ia tidak merasakan suhu di sekitarnya, tidak terasa panas atau dingin.

"Saya ada di alam baka?" Nael menyimpulkan tempatnya berpijak saat ini.

Anak kecil itu bergumam dengan telunjuk di pipi, berpikir. "Bisa dibilang begitu."

Nael mengernyitkan kening, memperhatikan anak kecil di hadapannya. Merasa jika anak kecil ini bukan anak kecil biasa, sikapnya terlalu dewasa.

"Kamu siapa?" tanya Nael.

"Aku?" Anak kecil itu menunjuk dirinya sendiri. "Aku penjaga garis batas kehidupan dan kematian."

"Maksudnya, kamu manusia? Malaikat? Atau apa?" Nael memperjelas pertanyaannya.

Anak kecil itu terkekeh pelan. "Aku nggak punya katagori. Kamu bisa memanggilku Len. Hanya kenal aku sebagai Len. Dan aku akan menjadi penonton kamu di kehidupan kedua ini."

"Kehidupan kedua?" lagi-lagi anak kecil yang menamai dirinya Len ini mengatakan sesuatu yang sulit dimengerti.

"Benar juga, kamu nggak tau apa yang terjadi," Len menatap lekat Nael, memakluminya yang banyak tanya. "Baiklah, aku akan menjelaskan!" ia begitu semangat.

Nael menatap penuh was-was, Len sangat aneh dan mencurigakan.

"Kamu." Len menunjuk Nael. "Terpilih sebagai manusia yang hidup lagi di kehidupan kedua. Semua ini ada kaitannya dengan legenda sumur tua."

Mendengar Len menyinggung sumur tua, Nael langsung sedikit memahaminya.

"Apanya yang berkaitan?"

"Nanti kamu akan tau setelah menjalani kehidupan kamu yang baru. Kamu akan lahir kembali, menjadi orang yang baru, wajah baru dan nama baru," Len tersenyum memberikan kesan misterius.

"Terus gimana sama Nael yang udah meninggal? Atensi Nael yang udah meninggal bakal menghilang?"

Len tertawa sampai memegangi perutnya. "Kamu akan lahir di kehidupan kedua tepat diwaktu yang sama dengan kematian Nael. Artinya, Nael tetap dikenang sebagai seseorang yang sudah meninggal."

Nael yang mulai mengerti menundukkan kepala. Jadi seperti itu, dirinya yang sekarang baru terlahir dan dirinya yang lama sudah meninggal. Ia bisa mengunjungi makamnya sendiri, bertemu dengan orang-orang yang memiliki kaitannya dengan Nael.

Bagaimana Auril? Sebelum meninggal ia melihat Auril masih sadar sekalipun berlumuran darah. Apa ada yang menolongnya? Apa Auril selamat? Nael ingin tahu. Semoga Auril bisa selamat dan hidup dengan baik sekalipun bukan bersamanya.

"Kamu nggak senang mendapat kesempatan kehidupan kedua?" tanya Len.

"Nggak tau. Semuanya tiba-tiba dan nggak masuk akal."

"Tapi nggak ada yang nggak mungkin jika sudah dikehendaki oleh sang pencipta seluruh alam semesta."

Benar, tidak ada yang tidak mungkin. Namun kenapa dirinya yang dipilih untuk menjalani kehidupan kedua? Apakah dirinya pantas mendapat kesempatan tersebut?

"Mau aku kasih sedikit spoiler?" tawaran Len menggoda Nael untuk menatapnya. "Semuanya akan dimulai di Jakarta."
Jakarta?

Nael sama sekali tidak mengerti kenapa Len berkata semuanya akan dimulai di Jakarta. Memang apanya yang dimulai Ke arah mana pembicaraan Len?
Mungkin setelah ia menjalani kehidupan kedua baru lah ia mengerti perkataan Len.

"Selamat datang di kehidupan kedua!" Len memekik semangat dengan senyuman lebar.

Kemudian kilatan cahaya menusuk kedua mata Nael, membuatnya terpaksa memejamkan mata saking silaunya.



🥀Let's next chapter🥀

Gimana menurut kalian?

Kalian shipper siapa nih?

Regeneration Life Of JakartaWhere stories live. Discover now