6. Kita Yang Sekarang Tidak Bisa

223 52 7
                                    

Jangan lupa ikutan PO nya tanggal 22 November 2022

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Jangan lupa ikutan PO nya tanggal 22 November 2022




Jangan lupa vote dan komen sebanyaknya❤️

"Rumi," panggil Kenzio pada saudara kembarnya yang sedang memasakan makanan untuknya, karena hari ini kebetulan juga kedua orang tua mereka sedang pergi.

Semenjak ingatan masa lalu Arumi kembali, sikapnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Sikap Arumi sama persis dengan sikap Auril. Membuat Kenzio tidak nyaman. Sebab sikap yang ditunjukan Arumi sudah melebihi batas wajar perilaku anak kembar pada umumnya, Arumi terlalu manja dan agresif. Seperti selalu mengajaknya belajar berdua. Namun tidak belajar serius seperti sebelum ingatan Arumi kembali. Belajar bersama kali ini lebih banyak dihabiskan oleh sikap Arumi yang terlalu menempel pada Kenzio. Bersandar, menggenggam tangan Kenzio, mengusap kepala Kenzio dan memeluknya. Obrolan mereka pun layaknya sepasang kekasih, kebanyakan membahas masa lalu dimana mereka masih menjadi Nael dan Auril. Jika berboncengan motor pun Arumi selalu memeluk Kenzio, yang harus selalu diingatkan untuk tidak bersikap demikian jika sudah di dekat sekolah.

Dan yang paling membuat Kenzio tidak nyaman adalah ketika Arumi sering menyelinap masuk ke kamarnya, meminta tidur di satu kasur yang sama seraya saling berpelukan atau kadang Arumi berinisiatif mencium Kenzio yang jelas langsung dihalangi dengan tangan. Sikap Arumi membuat Kenzio takut dan khawatir.

"Nael, aku kan udah bilang, kalau nggak ada Mimi Ayah kamu bisa panggil aku Auril atau sayang," Arumi merenggut, kesal lantaran Kenzio tidak mengabulkan permintaannya.

Kenzio memalingkan wajah, menggaruk pipi yang tidak gatal. Bagaimana mungkin ia memanggil adik kembarnya sayang? Sangat tidak mungkin. Ia tidak akan pernah ingin menjalin hubungan sedarah. Sebab ia tahu hal itu tidak sesuai norma sosial.

"Nael, kenapa?" mendapati diamnya Kenzio membuat Arumi penasaran.

Kenzio kembali menatap Arumi. "Nael Ragasean mencintai Auril Dyahira. Mereka berdua kecelakaan dan dinyatakan meninggal dunia. Sekarang, aku adalah Kenzio Mahendra dan kamu adalah Arumi Ameria. Jadi tolong, jangan samakan kita yang dulu dengan kita yang sekarang," suaranya bergetar nyaris seperti lirihan menahan gejolak emosi.

Arumi yang sudah selesai memasak mematung mendengar pernyataan Kenzio, semilir sesak menyelusuri dada. "Emang kenapa kalau sekarang aku Rumi? Tapi jiwa, ingatan dan perasaanku milik Auril!" Ditepuk dadanya dengan tegas. "Bahkan sekalipun aku Rumi dan kamu Zio, aku tetap cinta sama kamu! Nggak ada yang berubah!" pekiknya.

Kenzio tersenyum kecut, semakin tertekan oleh keteguhan hati Arumi. Jika dulu, mungkin ia akan senang mendengar kata-kata cinta dari Auril. Namun kini, mendengar kata-kata cinta dari Auril yang sekarang menjadi Arumi, rasanya sangat menyakitkan dan membuatnya frustasi.

Mencengkeram rambut bagian depan, Kenzio menundukkan kepala. "Kita saudara kembar. Kenapa kamu nggak bisa paham sama hal sesederhana ini?" tanyanya frustasi.

Arumi menundukkan kepala, melangkah mendekati Kenzio. Ditarik paksa tangan Kenzio mengikuti langkahnya. Menulikan telinga ketika Kenzio terus memanggil namanya kebingungan. Membawa Kenzio masuk ke dalam kamarnya. Kemudian mendorong tubuh Kenzio hingga jatuh telentang di atas kasur.
Tidak sampai disitu, Arumi bahkan menindih duduk di atas perut Kenzio, sontak saja membuat Kenzio terkejut dan penuh kewaspadaan. Posisi mereka cukup intim, tidak nyaman untuk dilihat orang lain.

"Rumi?" Kenzio memanggil, berusaha menyadarkan adik perempuannya.

Arumi menatap tegas Kenzio. "Emang kenapa kalau kita anak kembar atau adik kaka?"

"Rumi, serius kamu nanya kayak gitu? Kamu pikir hubungan adik kaka baik? Kamu pikir yang penting perasaan cinta diantara kedua belah pihak aja? Jiwa kamu Auril, kan? Berarti jiwa kamu udah cukup dewasa buat paham apa yang aku maksud!" suara Kenzio mendadak meninggi.

"Kalau Mimi Ayah, orang-orang, bahkan seisi semesta nggak merestui kita, ya udah kita pergi aja. Kita kabur bareng ke tempat di mana kita bisa diterima! Ke tempat di mana kita bebas saling mencintai tanpa mandang kandung atau sedarah!"

Emosi Kenzio memuncak oleh keras kepalanya Arumi. Tangannya menekuk menutupi kedua mata. "Cinta juga perlu logika, Rumi. Tolong jangan buat semuanya makin rumit, jangan buat aku makin tertekan dan bingung."

Arumi menggigit bibir bawahnya, kedua tangan mengepal erat. "Kamu pikir cuma kamu yang menderita? Cuma kamu yang bingung? Cuma kamu yang tertekan? Aku juga, Zio! Aku juga ngerasain semua itu! Tiba-tiba aja semua mimpi tentang pernikahan dan masa depan kita hancur. Kecelakaan dan meninggal. Terus reinkarnasi jadi Arumi, saudara kembar kamu. Kamu pikir dengan semua yang aku alami, aku baik-baik aja?"

Kenzio menyingkirkan tangan dari kedua mata, saat itu lah ia melihat Arumi yang duduk di atas perutnya menangis tanpa suara, bola mata adik perempuan yang tertuju padanya melukiskan kesenduan yang mendalam.

Kenzio menyesal oleh perkataannya yang membuat Arumi menangis. Merasa egois ketika menganggap dirinya yang paling terluka dan tertekan. Padahal Arumi juga bereinkarnasi dari kehidupan sebelumnya, memiliki beban yang sama dengannya. Jika sudah begini, apa yang harus ia lakukan? Semuanya serba salah dan membingungkan.

"Zio, waktu kita kecelakaan. Waktu aku liat kamu berlumuran darah dan terbaring kaku, dada aku sakit, sakit banget. Aku hancur, lebih hancur dari tubuhku yang mati rasa. Saat itu pertama kalinya aku kehilangan kamu. Aku nggak sanggup. Aku nggak mau lagi kehilangan kamu. Aku cuma mau ada di dekat kamu, bareng kamu. Tolong jangan usir aku buat menjauh," lirih Arumi dengan air mata yang terus mengalir.

Kenzio tidak sanggup melihat Arumi yang sekacau ini, maka ia palingkan wajah ke samping. Sekaligus kembali mengingat perkataan temannya beberapa hari lalu mengenai ia dan Arumi.

"Maneh sama Arumi makin lama keliatan kayak bukan anak kembar. Lebih keliatan kayak orang pacaran," katanya di kelas di jam istirahat.

Mendengar penilaian tersebut, Kenzio jelas terkejut dan ketakutan. Ia takut sikapnya dan Arumi dianggap menyimpang lalu mendatangkan gosip yang memperkeruh keadaan.

"Nggak lah, adik kaka," Kenzio mengeles, berusaha menyembunyikan perasaan gelisahnya.

"Tapi maneh nggak suka sama Arumi, kan?"

"Nggak mungkin. Dia kembaran aing," tubuh Kenzio menegang ketika menjawab pertanyaan temannya tersebut.

"Kalau Arumi? Dia nggak suka sama maneh, kan? Soalnya cara dia memperlakukan maneh nggak kayak adik ke kakanya."

Percakapan antara ia dan temannya terputus bertepatan dengan Arumi yang mulai terang-terangan melepas suara tangisnya. Kenzio pun kembali menatapnya. Rasa bersalah kembali singgah di hatinya. Apakah ia harus menjaga jarak demi menghindari hal-hal menyimpang di masa depan atau membiarkan hubungan mereka seperti kehidupan sebelumnya?

Perlahan Kenzio menegakkan tubuh hingga Arumi jatuh duduk di pangkuannya. Kemudian ia merengkuh hangat gadis berusia enam belas tahun yang pernah menjadi kekasihnya di masa lampau.

"Maafin aku. Aku keterlaluan dan nggak menyadari perasaan kamu," kata Kenzio.

Arumi balas memeluk Kenzio. "Jangan tinggalin aku.”

"Iya. Aku nggak bakal ninggalin kamu."

Namun Kenzio tidak menjanjikan akan membawa hubungan mereka seperti di masa lalu. Ia akan selalu ada dan menyayangi Arumi sebagai Kenzio, seorang kaka.

Dalam hati Kenzio yang memejamkan mata seraya mendekap Arumi, ia bermonolog,

"Kita yang sekarang nggak bisa saling jatuh cinta."


🥀Let's next chapter🥀




Bagaimana chapter ini?

Ada pesan untuk Kelo?

Ada pesan untuk Kila?

Kalian shipper siapa?

Jangan lupa vote dan komen sebanyaknya. Terimakasih❤️

Regeneration Life Of JakartaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ