3. Eros dan siswi baru

148 19 3
                                    

Happy reading!!!

🌻

Hari-hari berlalu dengan keadaan Dion yang mulai membaik walau masih harus terbaring di rumah sakit. Kepindahan Dion dari Bhinabakti ke Rajawali juga sudah diurus oleh kedua orangtuanya, atas usul dan segala urusan yang diselesaikan oleh Eros sendiri.

Rasa bersalah tentu saja hadir membuat Eros bergerak cepat untuk menjauhkan Dion dari Arsya. Bagaimana pun juga setelah bertahun-tahun menjadi musuh bebuyutan Arsya, ia tahu bahwa lelaki itu tidak akan tinggal diam pada seorang pengkhianatan. Makanya Eros langsung memindahkan Dion ke sekolahnya, juga memutuskan keanggotaan Dion di Vandalas. Walau sebenarnya anak-anak Vandalas sendiri yang memutuskan hal itu.

Pagi ini, tepat pukul 08.15 ia berjalan santai menuruni tangga. Papinya sedang keluar kota, begitu juga dengan mamanya yang memilih untuk ikut. Dan ketiadaan orangtuanya membuat Eros semakin leluasa, karena biasanya pukul 06.00 ia sudah harus siap dengan seragam lengkap.

Tidak memiliki masalah di sekolah, menjadi satu-satunya murid yang mempertahankan juara 1 di kelas mau pun angkatan. Menjadi satu-satunya murid yang dipandang kagum oleh banyak orang. Menjadi satu-satunya murid kebanggakan guru-guru juga sekolah. Itulah yang Sam--papinya mau.

Cerdas, pintar, berwibawa, disiplin, serius, dihormati dan masih banyak hal yang Sam minta pada Eros. Mendidik Eros dengan keras adalah satu-satunya cara agar Eros menjadi seperti apa yang ia inginkan, dengan dalih sayang dan demi masa depannya.

PLAK.

Suara itu mengalihkan fokus Eros yang semula siap untuk menarik pedal gasnya, kini beralih pada seorang pria dewasa yang baru sana menampar gadis berpakaian SMA.

Keningnya mengkerut karena seingat Eros, rumah yang ada di depannya itu kosong sejak sebulan yang lalu. Tapi kini, sebuah mobil terparkir di sana. Juga ada pria dan gadis yang sepertinya sedang berdebat.

"Ikut saya, sebelum saya kembali kasar sama kamu!"

"Ngga! Lo pikir siapa yang mau sama lo om-om mesum?!!"

"Kamu?!" PLAK!

Gadis itu tersungkur karena tamparan keras yang diterimanya. Sudah, Eros tidak bisa diam saja. Ia segera bangkit dari duduknya, berjalan cepat menuju keributan di depan rumah itu.

"Banci lo main tangan sama cewe?" tanya Eros menatap pria dewasa itu meremehkan.

Kedua orang itu tentu saja menoleh serentak, dengan gadis saat ini langsung bangkit dari duduknya.

"Kamu siapa? Ini urusan saya sama calon istri saya!"

"Gue bukan calon istri lo, sialan!" desis gadis itu dengan tatapan menyorot tajam.

Eros menghela nafasnya pelan, "Apapun urusan lo berdua, seengganya selesaikan di dalam. Ganggu pagi gue aja!" sahutnya.

"Dan lo," Eros menoleh pada gadis cantik yang menatapnya datar. Tanpa sadar matanya melihat jejak telapak tangan di pipi putihnya.

"Kenapa juga lo belum berangkat sekolah? Gak liat ini udah jam delapan lewat?" tanyanya membuat gadis itu menatap Eros malas.

Tanpa menjawab, gadis itu memilih untuk pergi. Meninggalkan Eros juga pria yang sudah mengepal kedua tangannya menahan emosi.

"Venus, saya bilang berhenti atau saya laporkan hal ini ke mommy kamu?!" ancaman yang dianggap seperti angin lalu, karena gadis itu hanya mengangkat dan mengacungkan kedua jari tengahnya tanpa menoleh.

"Heh," refleks Eros terkejut melihat sikap itu.

"Awas kamu!" gumam pria yang ada di hadapan Eros membuatnya menoleh.

Dunia ErosWhere stories live. Discover now