Bab VII

610 20 1
                                    

Bagi Agam, kehadiran Shana dalam hidupnya bagai hembusan angin sejuk ditengah gersangnya gurun. Bagaikan air tenang yang membuatnya tenggelam dalam riaknya, dan bagai senja yang tampak indah sejauh mata memandang.

Shana mungkin bukan yang pertama menjadi pemilik hatinya, namun kehadiran gadis itu lebih dari cukup memberi secercah cahaya kebahagiaan dalam hidupnya.

Bahkan Agam selalu merasa ada yang kurang jika tak menemukan gadis itu dalam radius penglihatannya, poros gadis itu begitu kuat hingga mampu menenggelamkannya dalam lautan emosi yang muncul.

Agam menyukai tawa gadis itu, suara tawa paling renyah yang pernah ia dengar. Seperti saat ini Agam sedang menikmati tawa Shana dibalik tembok UKM, mengamati interaksi gadis itu dengan Agnes, entah apa lelucon banyol yang Agnes lontarkan hingga membuat Shana tertawa lepas seperti itu.

Agam cemburu tentu saja, mungkin hingga detik ini dia belum mampu menciptakan satu alasan Shana tertawa seperti saat ini.

°°°°°°

Shana masih bergelung dengan buku bacaannya, sebelum Agnes mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shana masih bergelung dengan buku bacaannya, sebelum Agnes mendekat.

" gue cariin, ayo ke BEM "

" ngapain ?" Jawab Shana tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

" cckk lo nggak lihat ponsel lo apa. Kak Agam nyuruh kita kumpul, ada rapat dadakan " decak Agnes

Shana mengecek ponselnya, ada beberapa notifikasi dan juga panggilan tidak terjawab, dia lupa jika sebelum membaca dia mensilent ponselnya.

" ayo cepetan " tarik Agnes

" iya bentar ah "

Shana berjalan cepat sambil memasukkan bukunya kedalam tas selempang hitam yang ia bawa.

Langkahnya seperti diseret seret oleh Agnes karena langkah lebar yang diambilnya.

Menaiki tangga satu persatu hingga sampai dilantai 3, dan bisa ditebak jika mereka berdua terlambat masuk ketika rapat sudah berjalan selama 10 menit.

" maaf Kak kami terlambat " cicit Agnes dan Shana ketika melihat tatapan tajam Agam padanya, pasalnya mereka tau jika Agam sangat menghargai yang namanya waktu.

" setelah rapat selesai, tetap disini " tegas Agam

" baik Kak "

Rapat lanjutan membahas mengenai bakti sosial di Sumedang jawa barat, ketempat wilayah yang dua hari lalu baru saja terjadinya longsor.

" besok pagi sudah harus sampai disini, menata semua bahan pangan pokok, pakaian layak bersih serta beberapa kebutuhan sekolah bagi anak-anak "

" baik Kak "

" kita akan berangkat pada siang hari, lalu menginap di tenda darurat yang nanti akan kita buat, lalu besok pagi langsung bergabung dengan para relawan untuk membersihkan sisa-sisa puing bangunan dan pencarian korban yang belum di temukan "

Dear, AshanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang