9. Her or Him

187 17 1
                                    

"Chan." Panggil Renjun kepada Haechan yang masih tidur.

"Hm." Gumaman yang keluar dari mulut Haechan, di sertai matanya yang perlahan terbuka.

"Bangun. Sekolah Chan." Ujar Renjun, yang langsung menarik Haechan secara perlahan, agar pria itu bangun dari tidurnya.

"Lo udah rapih?" Tanya Haechan yang saat ini sedang mengacak rambutnya, dan mengucak matanya.

"Hm. Jangan di kucek kayak gitu." Ujar Renjun, yang langsung menjauhkan tangan Haechan, dari mata Haechan.

"Gue udah buat sarapan juga. Jadi buruan mandi!" Titah Renjun, yang langsung menarik Haechan, supaya Haechan turun dari ranjangnya, dan mendorong Haechan untuk segera masuk ke dalam kamar mandi, yang ada di dalam kamarnya.

---

Setelah selesai mandi, Haechan langsung keluar dari kamar mandinya. Dan begitu dia keluar, pemandangan yang pertama di lihat Haechan adalah, Renjun yang tengah bersiap. Maksud dari bersiap itu memasukkan semua keperluannya ke dalam tas.

"Mau berangkat Njun?" Tanya Haechan basa-basi.

"Iya. Gue mau berangkat sekarang." Jawab Renjun, tanpa mengalihkan pandangannya, dari barang yang ia masukkan ke dalam tas.

"Loh? Gak sarapan dulu?" Tanya Haechan yang bingung. Pasalnya Renjun bilang kalau dia udah buat sarapan.

"Enggak. Gue mau sarapan bareng Jeno, sekalian berangkat sekolah sama dia. Tapi tenang aja! Gue udah buat sarapan buat lo kok. Gue juga gak bilang ke Jeno, alamat rumah kita. Gue nyuruh Jeno buat tunggu di halte bus yang gak jauh dari sini." Semua penjelasan yang keluar dari mulut Renjun, akan satu kali pertanyaan Haechan.

"Kenapa gak sarapan sama gue aja? Gue juga bisa berangkat bareng sama lo kok." Seru Haechan, yang entah kenapa dia sensi begitu mendengar penjelasan Renjun.

"Gue udah janjian dari tadi malem sama Jeno. Kalau gitu gue pamit ya Chan! Jangan lupa kunci pintunya! Gue bawa kunci duplikatnya kok." Ujar Renjun, yang langsung pergi dari hadapan Haechan, tanpa menunggu balasan dari Haechan.

Sedangkan Haechan yang melihat itu, langsung mendesis tidak suka. Entah kenapa paginya langsung badmood, begitu mendengar penjelasannya Renjun.

"Tau ah!" Teriak Haechan, yang langsung memutuskan untuk bersiap.

Sementara Renjun, saat ini dia sudah melihat Jeno yang sudah stand by di halte. Langsung saja dia mempercepat jalannya.

"Hai!" Sapa Renjun, begitu tiba di samping motornya Jeno.

Jeno yang melihat Renjun, ia langsung menyapa balik sapaan Renjun, dan langsung memakaikan helmet buat Renjun. "Tumben banget minta di jemput di sini? Kenapa gak sekalian aja di sana?" Tanya Jeno, yang merasa ada keanehan di isi.

Walaupun semalam Renjun udah bilang, kalau misalkan dia gak tinggal lagi di rumah. Melainkan di rumah tantenya, karena orang tuanya yang sedang sibuk dengan perusahaan keluarganya.

"Gak enak sama tante aku, kalau bawa cowo aku ke rumahnya." Dusta Renjun, yang entah sudah berapa kali ia berbohong kepada kekasihnya ini.

Namun bagi Jeno, cukup kalimat 'Cowo Aku' aja, itu udah mampu membuat Jeno senang setengah mati. Kayak lebih di akuin aja sama pacarnya sendiri. Walaupun kadang sang pacar lebih sibuk sama sahabatnya. Tapi Jeno maklumi itu semua. Karena pada dasarnya Haechan udah kenal lebih dulu sama Renjun daripada dirinya.

Dia juga yakin kalau misalkan hubungan Haechan, dan Renjun itu gak lebih dari sahabat. Toh kalau misalkan mau lebih dari sahabat, kenapa gak dari dulu aja mereka pacaran? Ya gak?

Pikiran Jeno terlalu positif ya? Padahal mah dia gak tau aja, kalau di antara pria dan wanita itu, gak ada yang namanya sahabat. Pasti salah satu di antara 2 sahabat laki-laki dan wanita, pastinya ada yang menyimpan rasa lebih di balik kata sahabat. Entah si pihak wanitanya yang menyimpan rasa itu, atau pihak prianya. Atau yang lebih parah, sebenarnya mereka udah tau perasaan masing-masing kayak gimana. Tapi mereka berdua enggan untuk bicara jujur, karena tidak mau merusak persahabatan mereka, atau malah takut di tolak, dan membuat mereka jauh satu sama lain?

"Kita sarapan dulu ya?" Ujar Jeno, sebelum menjalankan motornya pergi dari halte.

***

"Njun!" Panggil Ningning, teman sebangku sekaligus sahabatnya Renjun selama di sekolah. Karena kalau sahabat di rumah, udah terisi namanya Lee Haechan. Ah yang bener?

"Kenapa?" Tanya Renjun, yang saat ini sangat malas meladeni ucapannya Ningning.

"Semalem dia ke sana lagi." Ujar Ningning, seraya menunjukkan foto yang tadi malam ia ambil.

"Lo sering banget ke club ya anjir. Kayaknya kalau libur, lo pasti gak pernah absen pergi ke club tiap malem ya?!" Seru Renjun, seraya menggelengkan kepalanya, lalu melihat hasil jepretan sahabatnya.

"Iyalah! Gue kan anak jaksel Njun! Anak jaksel tuh maenannya ke Club, nongki, ngabisin harta orang tua." Seru Ningning dengan semangatnya.

"Lagian enak tau Njun di club. Lo gak tau ya rasanya terbang dan gak mikirin apa-apa sewaktu lo mabok? Beban lo kayak ilang aja gitu. Masalah lo juga langsung ilang kayaknya." Sambung Ningning.

"Tch! Ngapain harus mabok? Emangnya lo pernah mikir? Kayaknya enggak deh. Lagian juga gue anak jaksel. Tapi gue gak pernah tuh kayak lo." Sahut Renjun, yang masih sibuk nge-zoomin foto yang di ambil Ningning.

"Ya lo mah gak jaksel asli." Timpal Ningning.

"Gak semua anak jaksel itu ke club, nongki sampe subuh, terus ngabisin harta orang tua kali! Lo doang kali yang kayak gitu!" Balas Renjun.

"Ya kali yang gak gitu, berati orang tua dia yang miskin! Nah karena orang tua gua kaya, yaudah gue pake aja buat nyenengin diri." Sahut Ningning, yang masih perhatiin Renjun yang masih sibuk dengan hp miliknya.

"Gembel banget ngambil motonya anjing! Hp doang iphone! Kualitas kayak hp nexian!" Cibir Renjun yang sangat kesal karena cara pengambilan gambarnya Ningning.

"Ngentot! Banyak banget protesnya anjing! Masih mending gue pantauin dia ya!" Balas Ningning yang kesal akan protesan Renjun.

"Lagian lo tuh gak pernah bener ngambil gambarnya Ning. Buat apa hp iphone terbaru lo?!!" Balas Renjun yang sama kesalnya.

"Ya maklumin aja sih! Gue fotonya juga sambil tipsy." Sahut Ningning,yang melihat lagi foto yang dia ambil tadi malam.

"Tapi njun, serius deh! Udah deh lo mendingan. Dia gak sebaik yang lo pikirin Njun! Gue kan juga udah pernah bilang kalau dia sering one night stand sama banyak cewe. Masa lo gak percaya sih?" Ujar Ningning, yang gak habis pikir dengan cara berpikir Renjun.

"Lo tau apa sih Ning? Gue yang lebih tau dia." Seru Renjun dengan nada sarkasnya.

"Ya makanya itu. Lo tau dia, gue juga tau side profilnya dia Njun."

"Lo kenapa sih? Kayaknya demen banget ngejelekin dia? Padahal dia gak pernah ngejelekin lo!" Sewot Renjun. Entah kenapa dia bawaannya kesel aja, pas mereka ngomongin hal ini.

"Karena lo temen gue satu-satunya yang belum pernah rusak Njun. Gue gak mau lo di rusak sama dia. Atau jadi salah satu cewe yang di rusak sama dia." Jelas Ningning, menatap Renjun penuh kesungguhan.

"Dia gak pernah rusak gue Ning." Peringat Renjun.

"Iya gue tau. Maka dari itu gue ngewanti-wanti lo, supaya lo gak masuk ke dalam perangkapnya dia."

MY PARTNER - HYUCKRENDonde viven las historias. Descúbrelo ahora