10. What's Going on With U?

273 19 2
                                    

"Abis darimana aja?" Pertanyaan yang Haechan lontarkan, begitu melihat Renjun yang baru saja masuk ke dalam rumahnya.

Renjun yang tiba-tiba mendengar suara Haechan, langsung tersentak kaget. Ia langsung mengusap dadanya yang terkejut karena ulahnya Haechan. "Ngagetin tau!" Protes Renjun, seraya menatap Haechan penuh peringatan.

Haechan mendecih begitu mendengar ucapan Renjun, yang sepertinya mengalihkan pertanyaan dia. "Habis darimana aja Renjun Lee?" Tanya Haechan sekali lagi, dengan menekan kata Renjun Lee di kalimatnya.

Renjun terdiam. Ia langsung menatap wajah Haechan dengan tatapan aneh. Ia merasa aneh karena tatapan wajahnya Haechan tuh, keliatan marah sama dia. "Habis pergi sama Jeno. Kenapa emang?" Jawab Renjun, yang bertanya kembali kepada Jeno.

"Dari pulang sekolah, sampe jam segini?" Tanya Haechan sekali lagi, yang membuat Renjun tambah aneh akan sikapnya Haechan.

"Iya. Emang kenapa sih? Lo nungguin gue?" Tanya Renjun lagi, dengan tatapan penuh kebingungannya.

"Iya gue nungguin lo! Lain kali kalau mau main sama Jeno, kabarin gue dulu Njun. Gue ini suami lo Njun, dan lo itu istri gue. Udah jadi kewajiban seorang istri buat pamit sama suaminya, kalau mau pergi." Jelas Haechan.

"Hah?" Kalimat penuh kebingungan yang akhirnya Renjun lontarkan, yang langsung di balas decakan kasar oleh Haechan.

"Chan! Anjir! Lo kenapa sih?" Tanya Renjun, seraya bergidik ngeri menatap Haechan.

Sedangkan Haechan langsung berdecak lagi. "Udah sana cepetan ganti baju, terus kita makan malam! Gue udah masakin sesuatu buat makan malam kita!" Titah Haechan.

Renjun yang melihat moodnya Haechan yang lagi gak memungkinkan untuk berdebat, ataupun bercanda. Alhasil dia cuma menganggukkan kepalanya, dan mengikuti perintah Haechan.

---

Saat ini Renjun dan Haechan sedang berada di dalam satu meja makan. Mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Tanpa adanya yang berniat membuka suara, untuk memulai percakapan.

Jujur saja! Sebenarnya Renjun udah kenyang. Tadi sebelum pulang, dia sempatin makan dulu sama Jeno. Tapi begitu Haechan ngajak makan bersama, dan ngelihat kondisinya Haechan lagi gak seperti biasanya. Akhirnya Renjun memilih untuk makan lagi, walaupun perutnya masih kenyang.

"Njun." Panggil Haechan, yang membuat kegiatan Renjun terhenti sejenak.

"Hm." Balas Renjun, yang melanjutkan kembali makannya, setelah membalas panggilan Haechan.

Mendengar balasan singkat yang Renjun berikan, membuat Haechan langsung memberhentikan makannya. Di tatapnya Renjun yang saat ini sedang berada di hadapannya.

"Njun." Panggil Haechan sekali lagi, yang sukses membuat Renjun menghentikan makannya, dan langsung menatap Haechan dengan tatapan jengahnya.

"Kenapa?" Tanya Renjun.

"Kalau misalkan gue ada salah? Bilang ya." Ujar Haechan, yang membuat Renjun tambah bingung di buatnya.

"Lo kenapa sih sebenarnya?!" Tanya Renjun frustasi. Sungguh, dia gak bisa nebak apapun mengenai pemikiran Haechan.

Haechan langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak. Soalnya lo aneh soalnya dari kemarin." Ujar Haechan, yang sukses membuat Renjun terkejut di buatnya.

"Chan! Lo sadar gak sih? Kalau daritadi tuh tingkah lo yang aneh, bukannya gue!" Ujar Renjun, yang membuat Haechan menatap Renjun dengan tatapan bingung.

"Aneh?" Pertanyaan polos yang keluas dari mulut Haechan, sukses membuat Renjun berdesis kesal.

"Iya lo aneh! Kenapa lo tadi tanya gue kayak gitu pas balik? Terus pas gue jawab gue jalan sama Jeno, muka lo keliatan semakin gak enak? Terus nyuruh gue ini itu dan ungkit soal status kita? Udah gitu lo berucap kayak gini! Sebenarnya siapa yang aneh?" Ucapan yang keluar dari mulut Renjun, sukses membuat Haechan terdiam.

'Gue kenapa?' Pertanyaan yang terus Haechan lontarkan pada dirinya sendiri. Karena sampai saat ini, dia juga gak tau dirinya kenapa.

Dari tadi pagi, dia gak suka aja sama ucapan Renjun yang bilang mau sarapan, plus ke sekolah bareng Jeno. Terus juga pas tadi dia balik, Renjun gak ada di rumahnya. Sampai akhirnya jam 8 malam Renjun baru pulang. Haechan juga kesel pas Renjun jawab pertanyaan dia, kalau dia habis jalan sama Jeno. Gatau kenapa dia kesel aja pas Renjun bawa-bawa nama Jeno. Aneh bukan? Tau! Haechan juga tau kalau dirinya aneh.

"Chan." Tegur Renjun kepada Haechan yang diam saja.

"Ya gatau. Gue ngerasa aneh aja sama lo daritadi. Gue ngerasa kalau misalkan lo ngejauh dari gue." Seru Haechan.

"Kenapa bisa lo ngomong kayak gitu?" Tanya Renjun, yang saat ini sudah menatap manik mata Haechan lekat-lekat.

Haechan terdiam, sebelum akhirnya mengedihkan bahunya acuh. "Ya gatau. Gue ngerasa daritadi pagi lo ngehindarin gue. Lo lebih milih makan bareng Jeno, plus berangkat bareng Jeno. Pas istirahat juga lo lebih milih makan berdua sama Jeno. Padahal kita selalu makan berlima. Gue, lo, Jeno, Ryunjin, sama Ningning. Pas pulang juga biasanya lo balik bareng gue." Ujar Haechan, yang lebih memilih berbicara terus terang, akan keganjalan yang ada di hatinya.

'Anjir ketebak!' Batin Renjun berteriak, ketika Haechan menyadari perilakunya yang berbeda sejak pagi tadi.

"Lo gak ada niatan buat jauhin gue kan Njun?" Pertanyaan yang akhirnya lolos dari mulut Haechan. Walaupun ucapan Haechan kecil, tapi Renjun masih bisa mendengarnya.

"Ya enggak lah anjir!" Seru Renjun, di sertai tawanya.

"Yang bener?" Tanya Haechan, seraya menatap Renjun penuh curiga.

Renjun menganggukkan kepalanya. "Iya bener! Lagipula, kenapa gue harus jauhin lo? Emangnya lo ada salah sama gue?" Tanya Renjun, berusaha mengusir kegugupannya.

"Ya gatau. Kali aja kan gue punya salah sama lo. Makanya gue ngomong kayak gitu." Jawab Haechan.

"Lagipula lo juga kenapa sih? Tumben banget seharian ini pergi sama Jeno?" Tanya Haechan lagi, yang merasa ada yang aneh sama Renjun.

"Ya gapapa. Dia kan pacar gue. Emangnya salah ya ngabisin waktu bareng pacar sendiri?" Tanya balik Renjun, yang membuat Haechan terdiam sejenak. Lalu menggelengkan kepalanya.

"Ya enggak salah juga sih. Cuma aneh aja. Gak biasanya lo pergi seharian gitu." Jelas Haechan.

"Ya emang kenapa sih?! Toh nanti malem juga gue pengen pergi lagi." Seru Renjun.

"Kemana? Jam berapa? Lo keluar malem-malem? Ngapain?" Pertanyaan berentet yang keluar dari mulir Haechan.

"Nanti jam 9 malem. Jeno minta gue milihin kado buat ibunya yang ulang tahun. Sekalian gue juga mau beli kado buat ibunya juga. Dan kemungkinan gue pulangnya malem, karena Jeno ngajak gue ke rumahnya dulu. Jadi, lo gak usah nungguin pulang Chan. Gue bawa kunci duplikatnya kok." Ujar Renjun, menjawab semua pertanyaan Haechan.

"Kalo gue gak izinin lo buat pergi. Lo bakalan pergi?" Tanya Haechan secara hati-hati.

"Ya jelas dong! Emangnya lo siap--"

"Gue suami lo Njun." Ujar Haechan, memotong ucapan Renjun.

Dan baru saja Renjun ingin membalas ucapan Haechan, bel rumahnya sudah berbunyi. Langsung saja Renjun menghampiri sumber bunyi.

Sampai tiba di pintu utama, Renjun langsung membuka pintunya. Renjun dapat melihat Ten, alias Maenya Haechan yang sedang gelisah, dengan membawa seorang anak kecil di gendongannya.

"Loh Mae? Anaknya siapa ini?" Tanya Renjun, begitu melihat anak kecil berparas tampan yang ada di gendongan Mae-nya Haechan.

"Anaknya Haechan."

"Hah?!"

MY PARTNER - HYUCKRENWo Geschichten leben. Entdecke jetzt