-20-

1.1K 172 22
                                    

Jennie benar benar kacau saat ini. Limario sudah pergi meninggalkan dirinya dan dia sudah berusaha mencari suaminya itu namun sepertinya Limario sudah membenci dirinya.

Dengan kondisi yang kacau, Jennie berjalan mengelilingi taman sambil terus menggumamkan kata katanya "Honey, kamu dimana Hon. Hiks maafin aku" isaknya tanpa mempedulikan tatapan orang orang yang sudah tertuju kepadanya.

"Mommy?!" langkah Jennie terhenti ketika mendengar suara yang tidak asing itu.

Nafasnya memburu ketika melihat Rosie. Bukan itu saja, dia juga dapat melihat sosok cowok yang sudah menghancurkan hidupnya itu.

"Jen" gumam Sean tidak kalah kagetnya. Sejujurnya dia belum siap untuk ketemu sama Jennie namun sepertinya takdir sudah ingin mereka ketemu.

"Mommy kenapa menangis? Apa Mommy sakit?" Rosie bertanya dengan khawatir. Dia menghampiri Jennie dengan kaki mungilnya.

Jennie menunduk menatap Rosie. Air matanya semakin deras mengalir. Ternyata bocah kecil yang terus bersamanya selama ini adalah anak dari orang yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Mommy" panggil Rosie khawatir.

"Diam!" sentak Jennie dengan nafas yang memburu "Gue bukan Mommy elo!" teriaknya marah.

"Mommy" lirih Rosie takut.

"Asal lo tahu, elo itu terlahir dari kesalahan Daddy elo! Gue tidak pernah menginginkan elo dihidup gue! Gue benci elo sama Daddy elo!" teriak Jennie dengan emosi.

"Cukup Jen!" halang Sean "Semuanya salah aku! Rosie tidak bersalah! Dia juga anak kamu!"

"Dia bukan anak aku!" sambar Jennie dengan cepat "Aku tidak pernah menginginkan dia! Gara gara dia hidup aku hancur! Sekarang Lim sudah pergi tinggalin aku dan semuanya gara gara kalian!"

"Aku tahu aku salah Jen. Tapi tolong jangan salahin Rosie" pinta Sean lirih

Jennie menatap Rosie dengan tatapan benci. Tidak ada lagi tatapan hangat yang sering tersenyum ketika melihat bocah kecil itu "Gue tidak pernah menginginkan elo dihidup gue! Lo sama Daddy elo hanya beban buat gue! Gue benci elo dan jangan pernah elo memanggil gue Mommy lagi!"

"Jennie!" Sean berteriak marah. Ditatapnya Jennie dengan mata yang memerah "Cukup Jen! Kata kata kamu sudah keterlaluan! Rosie masih kecil, tidak seharusnya kamu mengeluarkan kata kata kejam itu!" marahnya.

Setelah mendengar apa yang Jennie katakan kepada anaknya itu, Sean merasa marah bahkan sekarang dia sudah mula membenci Jennie. Tidak ada lagi perasaan cintanya buat wanita itu. Sekarang hanya ada rasa benci dan kecewanya.

"Hiks Mommy" isak Rosie sedih.

"Jangan panggil gue Mommy, sialan!" marah Jennie.

Sean menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia langsung saja menggendong Rosie dan beralih menatap Jennie dengan datar "Kamu berhak membenci aku tapi jangan pernah kamu membenci Rosie karena dia darah daging kamu sendiri!" setelah itu, dia langsung membawa Rosie pergi dari sana.

Jennie mencengkram rambutnya dengan frustasi "Sialan!" umpatnya marah.










"Sudah, jangan dipikirin ya kata kata Mommy" ujar Sean setelah mendudukkan Rosie di sebuah bangku taman.

Bocah itu masih saja terisak "Hiks jadi selama ini Mommy tinggalin aku karena dia benci aku? Hiks aku terlahir dari kesalahan?" isaknya.

"Tidak sayang. Semuanya salah Daddy. Maafin Daddy" lirih Sean membawa sang anak kedalam dakapannya.

Secara tiba tiba Rosie memukul dadanya ketika rasa nyeri mula menjalar disekujur badannya. Mukanya juga sudah pucat bahkan dia sulit untuk bernafas.

"Sayang?!" Sean yang panik bergegas membawa Rosie menuju kemobil. Dia akan membawa sang anak ke rumah sakit dengan segera.



















Dengan gementarnya Sean menunggu didepan ruangan UGD. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi kepada anaknya itu. Gimana kalau Rosie malah pergi tinggalin dia? Apa dia sanggup melalui hari harinya tanpa bocah kecil itu?

Hah~

Membayangkannya saja Sean sudah tidak sanggup.

"Jen, kalau sesuatu terjadi sama Rosie, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" gumam Sean dengan sorot mata yang penuh dengan kekecewaan.






















*

Disisi lain, terlihatlah Jennie yang sekarang lagi menangis dimansionnya ditemani oleh Joy.

Joy berada disana karena Jennie yang menelfonnya dan meminta dirinya untuk kesana.

"Kenapa Jen?" tanya Joy khawatir.

"Hiks Limario pergi. Dia mau cerai sama gue" isak Jennie.

Joy melotot "Apa yang terjadi?! Dia tidak mungkin mau cerai sama elo! Dia cinta sama elo bukan? Apa jangan jangan dia selingkuh?"

Jennie langsung saja menggeleng "Hiks semuanya salah gue. D-dia sudah tahu soal masa lalu gue dan dia kecewa karena gue tidak pernah jujur sama dia"

Helaan nafas kasar Joy mula kedengaran "Kalau gue yang menjadi Lim, sudah pasti gue kecewa juga si"

"Hiks tadi juga gue ketemu sama Sean"

Joy semakin kaget. Ditatapnya Jennie seakan meminta penjelasan "T-ternyata Rosie anak cowok brengsek itu"

Nafas Joy seakan tercekat. Sepertinya sekarang dia sudah mula memahami masalah yang dilalui oleh Jennie "Terus, elo ngapain?"

Dengan isakan, Jennie langsung saja menceritakan semua yang baru terjadi itu membuatkan emosi Joy sedikit terpancing.

"Lo sudah keterlaluan Jen!"

Mendengar kata kata Joy ini membuatkan emosi Jennie ikut terpancing "Gue keterlaluan?! Dia yang sudah menghancurkan hidup gue!!"

"Tapi Rosie tidak bersalah! Elo tidak bisa menyalahkan dia!"

"Jadi elo belain mereka hah?!" Jennie bangkit dan menatap Joy dengan emosi "Mendingan elo pulang saja! Gue menyesal meminta elo datang kesini!" dengan marahnya Jennie berganjak memasuki kamarnya.

Joy pula memijit pelipisnya dengan pusing. Hah~ sahabatnya itu memang benar benar keras kepala.







  Tekan
    👇

Rumit✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang