Kamu?!

11 2 11
                                    

Konon katanya, jikalau dicintai oleh seorang pujangga maka kamu akan abadi dalam setiap goresan penanya
________________________

Waktu berlalu dan kini hari terakhir ujian kenaikan kelas. Tidak terasa aku, Fita dan Nissa semakin akrab, semakin solid tiap harinya. Iya, solid untuk terus mengejek satu sama lain. Tapi, justru hal itu yang me
mbuat kami semakin akrab. Kami sekarang tak sungkan untuk saling memeluk atau memukul, rasanya sama saja, sama-sama menunjukan bahwa kami menyayangi satu sama lain.

Nissa yang awalnya dikenal kalem dan pendiam sekarang berubah menjadi seseorang yang banyak bercerita, aku teramat senang dengan perubahannya. Kalau Fita, walaupun dari awal dia banyak bicara bukan berarti dia tidak bisa menjaga privasi dirinya sendiri. Fita tahu apa yang harus disimpan rapat-rapat dan diceritakan pada orang banyak. Dia orang yang bijak dibalik kehebohannya. Apapun perubahannya yang dialami Fita dan Nissa selama itu masih di tahap positif aku selalu mendukung mereka.

Enam Agustus, tepat setahun kami berada dalam satu ruangan. Banyak sekali kenangan yang tercipta diantara kami. Antara adu mulut Fita dan Nissa, atau adu mulut antara Fita dan aku melawan Qias. Qias adikku dan Fita di kelas, bukan, kami bukan adik-kakak kandung atau punya hubungan keluarga. Kami saja baru mengenal satu sama lain ketika masuk aliyah. Entahlah, mungkin watak kami yang sedikit mirip, atau hal lain yang mempengaruhi kedekatan kami.

Seperti pada umumnya adik laki-laki selalu menyebalkan dan keras kepala. Itu yang aku lihat dari Qias, sebenarnya aku tidak mengharapkan seorang adik, laki-laki maupun perempuan itu sebabnya tiada hari yang aku dan Qias lewati tanpa saling adu mulut atau bahkan saling melempar barang.
Meskipun begitu Qias tau batasan-batasan terhadap laki-laki dan perempuan, dan dia menjaganya.

"Assalamualaikum semua, semoga kita semua senantiasa dirahmati oleh Allah, aamiin."

Pengawas ujian masuk, dan seperti biasa setiap pengawas selalu memberikan do'a-do'a baik.

"Waalaikumsalam, aamiin ya Rabb. Terimakasih banyak Bapak, ibu guru."

Seluruh siswa membalas ucapan serta do'a dari pengawas. Sebelum ujian kami membaca do'a dengan khidmat, satu ruangan menunduk dalam-dalam. Berharap apa yang dipelajari selama ini dipahami hingga sekarang.

Semester lalu, aku gagal. Sedih? Tentu saja, merasa aku tidak berguna lagi kali ini. Mengecewakan Mama dan entah bagaimana masa depanku kelak. Tapi, beberapa hari setelah pertemuan orang tua, aku sadar bahwa hidup itu selalu seimbang. Jika berhasil, maka gagal akan mengiringimu, jika suka, duka akan terus mengintaimu.

Kalau kata Mama "Anggap saja kegagalanmu kali ini, batu lompatan untuk keberhasilanmu kelak. Mama nggak marah, tapi, kamu harus lebih berusaha," kala itu Mama mengucapkannya sambil memeluk erat diriku yang terus menangis, dan peluknya menenangkan pelikku.

Waktu terus berjalan, bel pergantian pelajaran tiba. Pelajaran Biologi kali ini. Belajar Biologi membuatku berlipat-lipat lebih kagum terhadap Allah, dengan segala kebesarannya, Allah menciptakan susunan mahlukh yang diciptakannya dengan begitu teliti. Massyaallah Tabarakallah, asma Allah tak henti-hentinya aku ucapkan ketika setiap kali mendengarkan penjelasan dari Pak Anton, guru Biologi faforit kelasku.

Kali ini pengawasnya pun, pak Anton. Aku cukup kaget, takut, jika nilaiku kali ini bukan hanya mengecewakan Mama dan aku tapi, orang-orang yang sepenuh hati telah memberiku ilmunya.

"Aru, Pak, ada perlu dengan kamu sebentar."

"Baik, pak. Ada yang bisa dibantu yah, pak?"

"Begini, beberapa pelajaran akan diadakan olimpiadenya, tingkat Aliyah seluruh Indonesia. Termasuk Biologi. Pak, melihat kemampuanmu dan ketertarikanmu terhadap ilmu Biologi. Pak, berniat untuk menjadikanmu salah satu peserta lombanya, beberapa guru akan membimbing kalian. Bagaimana? Apakah kamu siap, nak?"

Semasa AliyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang