RIBET!

6 4 43
                                    

Beberapa orang memilih untuk diam.Diam-diam mendo'akan, diam-diam merasakan lalu diam-diam menangis.
___________________

Anak-anak OSIS berlalu-lalang melewati kelas kami. Mereka harus sangat sibuk sebulan kedepan karena masih ada acara class meeting, penerimaan rapor dan hiking sebelum libur tiba. Untuk CM sudah dilaksanakan beberapa hari lalu, namun masih berlanjut hingga sekarang dan beberapa hari kedepan. Kelas kami juga sudah bertanding di cabang olahraga badminton dan futsal dan sudah kuduga kelas kami pemenangnya. Memang kelas kami ini hebat-hebat. Setidaknya dari sudut pandangku.

Dari kerumunan orang-orang banyak. Terdapat keributan ditengah-tengah. Karena tidak suka keributan aku memilih untuk kembali masuk ke kelas. Belum juga menjatuhkan pilihan untuk duduk di kursi yang mana, telingaku mendengar suara Fita dari luar, karena aku yang sangat ingin tahu akhirnya dengan sisa niatan berbaur dengan keramaian memilih kembali keluar dan mencari sumber suara.

"Ar, keluar yuk. Fita diluar juga tuh lagi sama yang berantem." ujar Nissa merapikan jilbabnya.

Oh, berantem. Siapa yah?

Aku mengangguk dan mengekorinya dari belakang. Suara Fita semakin jelas terdengar.

"STOP! STOP KAK DHARMA!"

Kak Dharma? Apa dia yang berantem? Tapi sejak kapan Fita ikut dalam perkelahian ini?

Fita berdiri diantara dua orang yang terlibat dalam perkelahian, salah satunya kak Dharma.

Sudut bibir kak Dharma terdapat goresan, rambutnya sudah sangat berantakan apalagi seragamnya. Yang lebih parahnya, kak Dharma hanya mengenakan satu sepatu dengan kaos kaki yang berbeda warna.

"Kak, berhenti. Aku mohon!" suara Fita kembali mendominasi.

Perkataan Fita diikuti kak Dharma, dia menyudahi perkelahian itu dengan berlalu begitu saja dari keramaian tanpa sepatah katapun dengan satu tangannya menarik tangan lain milik Fita.

Ada kejanggalan disini. Awal kenal kak Dharma karena pristiwa di depan kantin, aku masih mengingat dengan jelas bagaimana perkataan Fita mengenai kak Dharma. Dulu, dia bilang kami seharusnya tidak berurusan dengannya. Apa ini? Sekarang dia malah berdekatan sama kak Dharma. Ah, tidak-tidak. Mungkin karena aku sering bersama kak Dharma jadi Fita mempunyai kepedulian juga dengan kak Dharma.

"ARUNIKA."

Seseorang memanggilku dari kejauhan, aku menoleh ke sumber suara ternyata Fauzan, Nana, Lulu dan Nissa. Eh? Bukannya Nissa tadi bersamaku?

Aku berjalan menghampiri mereka.

"Ada apa?"

"Kami butuh bantuan nih, Ar. Kekurangan tenaga." ujar Fauzan memelas. Sangat tidak cocok dengan imagenya yang seorang ketos.

"Dibayar nggak?"

Semua memutar bola mata jengah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutku.

"Lambeh lu, Ar. Lu lihat kami ansos yang lain dibayar? Dari jaman penjajahan juga ansos nggak dibayar kali!" timpal Lulu sewot.

Aku mendelik tajam ke arah Lulu "Ansos apaansih, Lul? Kalian anti sosial? Pantes songong-songong. "

"Ansos itu, anak OSIS, Ar. Kayak nggak tahu aja tuh anak." dengan sabar Fauzan menjelaskan keanehan dari anggotanya ini.

"Lagian, aneh banget buat singkatan gitu." aku melihat ke arah pintu masuk UKS "Fita ke UKS sama siapa?"

"Nggak tahu? Sama Dharma, habis berantem lagi, kamu taulah gimana dia. Eh, tapi kenapa bukannya kamu malah Fita yang nganterin?"

Semasa AliyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang