4' Kencan

2.2K 41 6
                                    

"good morning" sapa Nika dengan handuk yang melilit tubuhnya. Sedangkan Lino mengumpulkan nyawa melihat bidadari seksi dihadapan.

"Kenapa pake handuk?" Tanya Lino dengan serak, mendengar hal itu Nika lantas menurunkan handuknya dan berjalan kearah Lino yang kini sudah bersandar dikepala ranjang.

"Sekarang udah gak lagi" tatapan mata Lino tidak terlepas dari payudara Nika yang menggoda seakan meminta dirinya untuk meremas dan menghisapnya.

"Mau nenen yang" pinta Lino dengan manja

"Nenen aja ya tangan nya jangan ke bawah apalagi si dedek minta digesek gak mau, aku udah mandi" peringat Nika yang diabaikan oleh Lino. Semenjak kemarin mereka kini lebih terbuka dalam hal mesum. Bahkan saling memuaskan satu sama lain meskipun begitu keduanya belum sampai menyatukan inti mereka menurut Lino persatuan keduanya merupakan hidangan besar yang harus dinikmati seusai pemberkatan.

Lino mengulun puncak dada kanan Nika kini tangan lino tidak lagi diam sudah mulai memainkan dada kiri milik lino.

"Pelannn" desan Nika yang membuat Lino lantas berhenti dan mencium bibir nika dengan semangat. Ciuman lino turun ke leher bahkan tidak berani membuat tanda disana hanya bisa membuat disekitar dada saja.

Tangan Nika mulai membelai punggung Lino yang membuat lelaki tersebut mendesis pelan dan juga semakin menggila dalam mencumbunya.

"Ohh astaga" teriak Nika sembari meremas Sprei kasur saat merasakan lidah hangat lino bermain di intinya. Padahal mereka tadi malam juga melakukan seperti ini namun percayalah rasanya sungguh luar biasa.

Dengan inisiatifnya sendiri Nika melebarkan kedua pahanya yang membuat Lino semakin leluasa bermain dibawah sana.

"Berhenti aku mau keluar" teriak Nika yang membuat Lino semakin menggila bahkan tak segan-segan menggigit titik sensitif Nika.

"aku gak bisa kaya gini, berhenti" teriak Nika sembari mencengkeram bantal sebelum akhirnya pelepasan. Nafas Nika tersengal-sengal menikmati pelepasan yang begitu nikmat lebih dari bermain sendiri.

"Enak sayang?" Tanya Lino dengan senyum menawan sembari merapihkan anak rambut yang menutupi wajah Nika.

"Iya" gumam Nika sembari melirik kebawah keduanya telanjang bulat bahkan pusakan Lino terasa keras dipahanya.

"Aku belum enak sayang" rengek Lino yang membuat Nika meringis pelan, jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Lino yang memahami Tatap Nika pun mulai mengeluarkan jurus andalannya yaitu wajah menggemaskan dan juga rengekan.

"Bolos aja yuk, nanti aku traktir sepuas kamu"

"Janji ya?" Nika langsung terduduk membuat kedua bola kesayangan Lino bergerak memantul.

"Iyaa sayang, tapi puasin dulu" ujar Lino yang semakin serak sembari memainkan puncak payudara Nika.

"Mau pake mulut apa pake tangan?" Tawar Nika sembari memberikan kecupan mesra diujung bibir Lino.

"Mau digesek" bisik Lino tidak mau kalah

"Tapi aku diatas" tanpa mengatakan apapun Lino bersandarkan ditembok ujung ranjang. Nika lantas merangkak dan duduk dipangkuan lelaki tersebut. Keduanya memejamkan mata saat inti mereka bersentuhan secara langsung. Diiringi dengan detak jantung yang mulai menggoda. Bayangan nakal mulai memenuhi kepala keduanya yang menyebabkan gerakan gila untuk saling memuaskan diri.

"Nanggung banget masukin aja" ujar Nika sembari berusaha menyatukan diri Yang langsung ditahan oleh Lino.

"Jangan sayang, kalo dimasukkan sekarang aku gak menjamin tetap waras, kita kaya gini aja aku pengen dipuaskan setiap saat kalo bersatu bisa-bisa aku minta dipuaskan dimana saja tanpa pandang tempat" mendengar ucapan Lino membuat Nika sedikit kecewa nanggung banget tapi yaudahlahyaaa daripada gak berhenti.

Tentang Kita (18+) On Goingजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें