46 A2. Len Memasuki Dungeon

9 3 0
                                    

Memasuki isi dungeon, ruangan pertama yang ia jejali ternyata hanyalah lorong berisikan obor sejauh mata memandang. Cukup lama sampai dirinya menemukan gerbang, setibanya disana gerbang itu secara otomatis terbuka seperti mendeteksi jejak kaki Len. Memasuki gua itu, ternyata dibalik gerbang itu hanyalah sekedar ruang seperti tempat sepetak kontrakan rumah. Perlu 17 detik, untuk dirinya menyadari kalau ada tangga menuju bawah tanah. "Hm, kupikir aku sudah berjalan begitu jauh ternyata baru tampilan awalnya saja kah?"

Dalam ruangan dibawah itu, hal yang Len lihat pertama kali adalah kerangka jebakan yang dia dapat baca dengan mudah dimulai dari jebakan batu gilingan, atap yang rusak, pijakan terhubung pada anak busur, ledakan menyedot udara. Dengan melalui itu semua, tentunya diperlukan sentuhan fisik antar telapak kaki manusia dan jebakan itu sendiri. Tapi dia menggunakan beberapa batu yang kemudian dia lempar, menghasilkan reaksi pada jebakan itu lalu berhenti. Ternyata jebakan disini hanyalah trap, sekali pakai (tidak) berulang ulang (otomatis). Sehingga, dirinya cuma perlu melemparkan beberapa batu susulan untuk benar benar menyalakan reaksi keseluruhan jebakan yang ada dalam ruangan pertama ini.

Ruangan kedua menampilkan peti, yang Len paham sekali kalau peti itu aslinya monster yang sedang menyamar melalui rupa bentuk peti. Bila player tak peka akan turun naiknya napas yang menggerakan tubuh monster itu, maka dengan mudah mereka berakhir terperdaya lalu diterkam.

"Terlalu awal untuk melakukan summoning card, lagipula monster berbentuk peti ini tidak akan bergerak sampai player menyadari dirinya. Cara terbaik membunuh mereka, adalah meninggalkan ruangan itu dengan bom hitungan mundur sambil mengunci pintu dari luar." Usai membatin demikian, Len langsung mempraktekkan hal itu. Seketika dentuman keras terdengar, dan ketika pintu kembali seketika asap menyeruak keluar sebelum akhirnya mereda menampilkan sosok monster peti yang sudah kick out.

Menjelajahi sisi ruangan ke-2 itu, dirinya mendapatkan beberapa item yang tidak berguna tapi tetap dia simpan jika sewaktu waktu bisa saja menjadi genting.

Membuka pintu dari ruangan ketiga, dirinya langsung menghindar dengan memutar tubuh bergerak ke tepi tembok disisi pintu itu. Reaksi itu dia munculkan secara spontan, sebab tiba tiba saja muncul kobaran api yang menyembur bagaikan lahar panas. Benar, itu lahar panas sungguhan! Untuk menghindari rasa sakit, dirinya langsung bersuara. "Equip, spike boots!"

Spike boots adalah sepatu yang membuat penggunanya bisa berjalan ke tembok tanpa terjatuh, ini sangat ditujukan untuk orang yang hobi memanjat tebing. Tapi dia menggunakan itu, sekedar menghindari kakinya agar tidak bersentuhan dengan lahar panas dibawah dengan posisi menempelkan dua kakinya ke ujung tembok.

"Hampir saja, telat sedikit bisa kesiksa aku."

Mengeluarkan balokan besi dari penyimpanannya untuk dia jadikan sebagai pijakan kaki, Len berhasil bertahan hidup meski kakinya terasa seperti berjalan di atas panci yang berminyak. Untunglah ada sepatu spike yang terbuat dari besi, sehingga rasa panas itu sedikit bisa dimanimalisir.

Setelah situasi bisa di kendalikan olehnya, barulah dia memasuki ruangan ketiga itu dengan tatapan tajam. Indra dan tekad dirinya hidup lebih tinggi daripada sebelumnya, dia tidak lagi menganggap remeh dungeon ini. Dalam ruangan ketiga, tidak ada apa apa selain lantai yang penuh lahar panas. Len paham, kalau di ruangan ketiga terdapat jebakan yang bereaksi apabila pintu memasuki ruangan itu dibuka, sehingga tali pengaktif jebakan yang terhubung pada pintu langsung mengaktifkan jebakan berupa semburan lahar. Kira kira itulah yang sekarang terjadi.

Menghalangi lahar panas yang dilantai agar tidak merembet ke pintu masuk ruangan keempat, dirinya perlu menanam beberapa balok besi lagi disekitar pintu masuk ruangan keempat itu. Yang kemudian, barulah dia benar benar memasuki ruangan keempat setelah lahar panas yang dikurung dicampurkan dengan segalon air.

Limitless OnlineDonde viven las historias. Descúbrelo ahora