S | Terproses.

385 36 4
                                    

[ 19 ]

•••

"Dua belas lewat limah puluh tujuh." kata Jamal melirik jam dinding yang berada sekitar 3 meter di atas televisi.

Jamal sudah menerka, kalau Jean yang mengajak keluar, Naya pasti pulang larut malam. Ini bukan kali pertama, sebelumnya pernah terjadi waktu jaman mereka masih pacaran.

Kalau dulu Jamal gak bisa marah-marah berlebihan ke Naya karena status mereka masih pacaran, biar bagaimanapun Jamal masih tidak memiliki hak mutlak untuk melarang Naya melakukan hal-hal yang Naya sukai. Tapi sekarang, Jamal sudah bisa marah ke Naya.

Sejak jam 10 malam, Jamal sudah stand by duduk di ruang tengah menunggu Naya.

"Kenapa gak sekalian pulang jam satu?"

Naya diam, sekarang hanya itu yang bisa ia lakukan.

"Di restoran china makanannya banyak?"

Naya masih diam.

"Answer me."

"Kamu kan tahu, kalau perempuan lagi ngumpul suka banyak cerita terus senang-senang sampai lupa waktu."

Jamal tersenyum miring mendengarnya. Sumpah, Naya merinding. Senyum miringnya Jamal itu bikin perasaan Naya gelisah.

"Gitu yah." Jamal mengeluarkan hape dari kantung celananya. "Kayaknya tadi aku dapat kiriman dari Wiknal, let's see." kata Jamal seraya menscrool layar hapenya. "Ah ini dia."

Jamal meletakkan hapenya ke atas meja. "Coba kamu lihat, ada kembaran kamu."

Naya bingung. "Aku gak punya kembaran."

"Lihat!"

Naya menurut, dia mencondongkan tubuhnya untuk melihat ke layar hape Jamal. Matanya membulat ketika melihat foto yang ada di hape itu, ada Jean, Rosa dan tentu saja ada Naya.

Naya terduduk di lantai dan mengambil hape Jamal yang ada di atas meja. "Ini-" Naya melihat Jamal. "Kamu dapat darimana?"

"Wiknal." jawab Jamal. "Jangan lihat slide selanjutnya." Jamal menghentikan Naya yang hendak menggeser layar hape.

Naya kembali meletakkan hape ke atas meja, dia ngesot dari tempatnya duduk hingga ke sisi kaki Jamal. "Sayang-"

"Don't!" tekan Jamal.

Naya menelan ludah melihat raut wajah Jamal.

"Pamitnya ke butik Soraya terus makan di restoran china habis itu pulang, gitu kan?"

Naya diam.

"Kayaknya restoran china yang kamu maksud tuh Savanna punya Wiknal." Jamal berucap ketus. Dia bebar-bebar marah kali ini.

"Jean yang ngajak-"

"Dan kamu gak bisa tolak?"

"Aku gak enak sama yang lain."

"You're not a teen, Naya!" tekan Jamal. "Kamu berhak menyatakan pendapat kamu, kamu berhak menolak."

Naya diam. "Maaf."

Diary Keluarga BahagiaWhere stories live. Discover now