8. Tanggung jawab.

374 27 12
                                    

Warning : Typo bertebaran.

•••

"Ini udah mau jam 10."

Ningning berdecak. "Dari tadi kamu selalu aja bilang jam 10, aku tahu kok peraturan kos kamu."

"Yaudah kalau gitu kamu aku antar pulang sekarang, yah?"

"Ck." Ningning berdecak seraya beranjak dari duduknya di sofa tunggal dan menjatuhkan diri diatas Silas yang tiduran di sofa panjang, tak lupa memeluk Silas dan menyandarkan kepalanya di dada laki-laki tersebut.

"Bentar, dikit lagi."

Silas menghela nafas. Sudah ada banyak peraturan yang dia langgar sejak berpacaran dengan Ningning, dan Silas tidak ingin menambah list dosa dengan membiarkan Ningning menginap di kosannya. Ningning memang belum memberitahukan niatnya pada Silas, tapi Silas sudah mengerti tanpa diberitahu.

"Kamu gak bisa nginap disini." bisiknya pelan seraya membalas pelukan Ningning, ia dapat mencium aroma jeruk dari kepala Ningning sebab bagian ubun-ubun Ningning berada tepat di bawah bibirnya.

Jujur saja, Silas suka menghirup aroma jeruk dari shampo yang Ningning gunakan. Bagi Silas, mencium aroma jeruk dari kepala Ningning sudah seperti habbit yang tidak boleh sampai di lewatkan.

"Kenapa?" tanya Ningning seraya mendongak, dagunya bertumpu di dada Silas.

"Ya, gak bisa."

"Gak bisanya karena apa? Coba kasih penjelasan yang valid."

"Kalau aku bilang gak bisa, ya gak bisa."

Ningning mengerutkan kening. "Apa susahnya sih kasih penjelasan? Ngejelasin rumus matematika yang rumitnya sampai jupiter aja kamu bisa, masa menjelaskan hal sepele aja gak bisa!"

Silas tertawa kecil, selain karena mendengar rentetan kalimat Ningning, ia juga tertawa karena perasaan geli dari dagu Ningning yang bertumpu di dadanya yang memberi tusukan kecil  ketika Ningning berbicara.

"Rumus matematika tuh gak rumit, yang rumit itu kamu."

"Aku?"

Silas mengangguk. "Kamu dan kaum Hawa yang lain, kalian semua rumit."

"Jangan lari dari pembahasan."

"Akh!" Silas mengaduh pelan ketika Ningning mencubit perutnya. "Sakit."

"Ya makanya jangan bandel."

"Bandel gimana coba?"

"Ya kamu gak ngizinin aku nginap disini, terus gak kasih penjelasan kenapa aku gak bisa nginap. Asal kamu tahu yah, cowok lain kalau dengar aku nginap sama mereka, semua pada mau.."

Senyum Silas membeku. "Oh, ya?" dari luar memang terlihat tersenyum namun tatapan matanya mendingin. "Kamu nginap sama siapa aja?"

Ningning menggigit bibirnya, tahu kalau dia sudah salah mengeluarkan kalimat. "Just kidding, hehehe."

"Gak, kayaknya kamu gak bercanda deh."

"Mmmm." Ningning menghindari mata Silas, "Udah jam 10 nih!" ia hendak bangun dari atas tubuh Silas namun Silas mengunci gerakannya.

"Masih 30 menit lagi sebelum jam 10."

Ningning tersenyum kecut. "Silas." Ningning mencicit takut.

"Jawab dulu, kamu udah nginap sama siapa aja?"

"Gak ada."

"Bohong."

"Swear." Seru Ningning. "Aku cuma bercanda tadi, coba lepasin dulu." kata Ningning seraya menggerakkan badan mencoba keluar dari kuncian Silas. "Aku sesak napas."

Diary Keluarga BahagiaWhere stories live. Discover now