6. Rumah Sakit.

400 30 5
                                    

Warning:
Typo bertebaran.

•••


Jeno terbangun dengan rasa haus menggerogoti tenggorokannya. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari.

Pria itupun menyingkap selimut yang menutupi sebagian tubuhnya dan melangkah turun dari kasur, ia keluar kamar menuju dapur.

Seawaktu di kapal, Jeno selalu tidur dengan botol air berada di sekitarnya sebab ia selalu terbangun karena haus. Sepertinya, ketika kembali ke rumah Jeno lupa untuk membawa serta air bersamanya.

"Belum tidur lo?"

Jeno mengangkat pandangan dan matanya bertemu Jake yang baru saja hendak menuju tangga.

"Kebangun." jawab Jeno. "Lo bukannya ke Singpo*re?"

"Baru balik." jawab Jake. "Kalau lo laper, tuh masih ada sisa indomi di panci, tadi gue bikin tiga bungkus."

Sementara Jake melangkah ke kamarnya karena sudah selesai mengisi perut yang kosong, Jeno kembali melangkah ke dapur untuk menghilangkan dahaga. Begitu sampai, pria itu segera mengambil gelas dan menuangkan air kemudian meminumnya.

Setelah meminum 3 gelas air, rasa haus Jeno akhirnya terpuaskan. Ia meletakkan gelas ke atas meja kemudian sambil lalu Jeno mengambil garpu dan mendekati panci berisi indomi yang tadi Jake buat.

Tanpa mengambil piring, Jeno langsung memakan indomi goreng varian original tersebut langsung di panci.

Srluuuuup. Bunyi mie yang tersedot masuk ke mulut Jeno.

"Ahhh." Jeno berseru ketika lidahnya bertemu bumbu yang sudah sangat lama tidak ia icip. Kalau dipikir-pikir, Jeno sudah berhenti makan makanan instan begitu ia memutuskan untuk menjadi nahkoda, sebab pria itu harus menjaga kesehatan tubuhnya.

"Emang, indomi gak ada duanya." komentar Jeno yang sudah seperti host acara makan-makan yang sering muncul di tivi nasional.

Rrrrrrrng... Rrrrrrrrrng... Rrrrrrrrng...

Dengan kesal Jeno meletakkan garpu ke atas meja. Ia berdecak melihat telpon rumah yang berdering tiba-tiba, lagipula siapa yang menelpon di jam segini. Apa orang tersebut tidak tahu kalau ini adalah jam istirahat?

Jeno ingin mengangkat telpon tersebut, tapi ia melirik panci yang isi indominya tertinggal sedikit. Merasa tanggung Jeno akhirnya mengambil kembali garpu yang tadi ia simpan dan kembali makan, jika telopoj tersebut masih berbunyi ketika indominya habis, Jeno akan mengangkatnya, Jika tidak ya sudahlah.

Begitu Jeno selesai menandaskan isi panci, telpon rumah juga ikut berhenti berdering. Jeno tersenyum, akhirnya si penelpon menyerah juga. Ia kemudian meraih gelas dan mengisinya dengan air, hendak meminumnya ketika lagi-lagi telpon rumah berdering.

Pada akhirnya Jeno hanya meminum seteguk air tersebut dan melangkah mendekati meja telpon rumah, ia mengangkat ganggang telpon dan mendekatkan ke telinga.

"Halo."

Jeno berkerut bingung mendengar suara perempuan yang berkisar paru baya dari seberang sana. "Halo."

"Ini Jayantaka?"

Ada dua kemungkinan yang langsung datang ke kepala Jeno ketika mendengar suara itu memanggil nama lengkap ayahnya. Satu, ibu kandung Jaka. Dua, ibu yang merawat Jaka atau bisa dibilang nanny yang dulu merawat Jaka dari kecil.

Diary Keluarga BahagiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora