Bab 🕒

19.3K 1.6K 18
                                    

Jantung pasien hampir berhenti, namun dokter berusaha keras untuk menyelamatkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung pasien hampir berhenti, namun dokter berusaha keras untuk menyelamatkannya. Ciel, dengan samar-samar, merasakan sentuhan di tubuhnya. Dengan pandangan kabur, ia melihat banyak orang mengerumuninya. Pandangannya seketika memudar kembali.

...

Seorang remaja laki-laki yang telah terbaring di brankas rumah sakit selama berbulan-bulan, akhirnya mulai menggerakkan jarinya. Ia perlahan membuka kedua matanya, berusaha menetralkan pandangannya agar lebih jelas. Pandangan yang awalnya kabur, kini menjadi jelas. Lampu gantung di atasnya membuatnya agak silau. Dinding dan atap yang sangat asing baginya. Ia ingin menggerakkan badannya, namun ia tidak bisa. Tubuhnya terasa kaku dan sulit untuk mengikuti kemauannya.

'CKLEK'

Pintu terbuka. Seseorang yang hendak masuk mengurungkan niatnya dan malah menjatuhkan nampan berisi makanan ke lantai, mengakibatkan suara keras dari pecahan piring. Orang tersebut malah berbalik dan mulai memanggil dokter.

Remaja laki-laki itu hanya bisa menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, melihat semua kejadian tersebut dengan rasa bingung.

..

"Apa bibi yakin pasien telah sadar?" tanya sang dokter.

Ternyata, orang yang masuk ke ruangan remaja laki-laki yang terbaring tersebut adalah bibi pengasuhnya, yang hendak meletakkan makanannya di meja pasien.

"Iya, Dok, saya melihatnya sendiri. Bahkan, Tuan Muda dapat menggerakkan kepalanya dan menatap saya," jawab Bibi, pengasuh tersebut.

Mendengar hal tersebut, sang dokter langsung masuk ke dalam ruangan, melewati pecahan piring yang berserakan di lantai. Melihat kondisi pasien, sang dokter langsung percaya bahwa orang yang dinyatakan tidak akan bertahan lama itu, pada akhirnya, mampu membuka kedua matanya. Tentu saja, dokter tersebut merasa senang sekaligus iba.

"Vino," panggilnya.

Laki-laki remaja itu tidak menoleh, mengira bahwa sang dokter bukan sedang memanggilnya, melainkan pasien lain yang mungkin ada di sebelahnya. Laki-laki remaja itu menatap ke sebelah kanannya, tidak ada siapa pun. Bahkan, brankar yang lain pun tidak ada.

Sang dokter yang melihatnya lantas mendekat ke arahnya. Laki-laki remaja yang merasakan pergerakan pun mulai menatap ke arah sang dokter. Mulutnya seakan tertutup rapat dan tidak bisa ia gerakan. Ternyata, ia dipasangkan sesuatu di area sekitar mulut dan hidungnya.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya sang dokter, namun tidak ada jawaban dari pasien.

Laki-laki remaja tersebut ingin menjawab, tapi mulutnya malah dipasangi alat ventilator.

VINO ALVARENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang