Bab 🕔

17.2K 1.4K 29
                                    

"Dia sudah kembali?" kali ini kepala keluarga yang mulai berbicara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia sudah kembali?" kali ini kepala keluarga yang mulai berbicara. Auranya terkesan dingin dengan dirinya yang berada di samping sang istri.

"Iya, tuan besar. Tuan muda Vino sudah kembali tadi pagi dan sekarang berada di kamarnya," jawabnya.

"Dia bahkan tidak datang ke arah kita untuk menyambut kepulangan kita dan memilih untuk kembali ke kamarnya. Anak itu tidak punya sopan santun sama sekali, bahkan setelah koma berbulan-bulan. Kelakuannya tetap sama."

Kali ini perkataan itu dilontarkan oleh nenek tua, eh, maksudnya oleh wanita paruh baya yang sudah sangat berumur. Meski terlihat kerutan di wajahnya, wanita paruh baya itu masih tidak berubah, tetap jelek, maksudnya cantik.

"Kamu benar," timpal kakek tua bau tanpa menyetujui ucapan istri tersayangnya.

Vino tentu saja mendengar semua itu. Ia hanya memperhatikan mereka dari lantai dua sambil memegang pagar yang berjejeran di sisi tangga.

Takut jika dirinya ketahuan memperhatikan mereka, Vino langsung pergi. Tidak ingin mendengarnya lagi. Tapi tentu saja keberadaannya diketahui oleh satu orang yang menatapnya lekat saat Vino mulai pergi menjauh.

Vino tentu saja tidak memperdulikan perkataan mereka. Saat ini, dirinya berada di kamarnya. Ia sudah mengunci pintunya.

Walau ia sudah tidak mempedulikannya, tapi perasaan Vino yang asli menyerang dadanya. Membuat dadanya terasa sesak. Ia mungkin tidak peduli karena mereka bukan keluarganya, tapi Vino yang asli yang masih berada di tubuhnya merasakan perasaan menyakitkan. Dadanya terasa sakit.

Vino memegang dadanya dengan sebelah tangan, lalu mengelusnya perlahan.

"Tidak apa, Vino. Gue ada buat Lo. Bukankah tujuan kita ubah sifat mereka? Mengubah sifat keluarga Lo belum cukup, bukan? Karena itu, biarin gue lukain dikit keluarga Lo ya, agar mereka juga bisa merasakan sedikit penderitaan yang Lo rasain." Tentu saja Vino berucap dalam hati. Ia tahu jika di kamarnya terpasang alat CCTV yang 24 jam memantau dirinya.

Gabut banget mereka masangin CCTV di kamar Vino. Bukankah mereka sedari dulu tidak peduli? Lalu untuk apa CCTV itu dipasang, hanya untuk pajangan?

Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela, menerangi wajah Vino. Laki-laki itu menarik selimutnya untuk menutupi wajahnya yang terlalu terang.

Di ruang makan, keluarga berkumpul di meja makan dan duduk di kursi masing-masing. Hanya satu kursi yang kosong, yaitu kursi Vino. Anak itu tidak terlihat sejak tadi.

Atmosfer ruangan sangat tidak nyaman. Suara seseorang akhirnya memecahkan keheningan yang telah berlangsung sejak tadi.

"Kemana anak itu? Apa dia belum bangun? Tidak tahukah dia bahwa kita menunggunya?" Sang Oma berkata dengan nada ketus, bersilang lengan.

VINO ALVARENZAWhere stories live. Discover now