Bab 🕖

15.4K 1.3K 12
                                    

"Harus banget, pak?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Harus banget, pak?"

"Harus. Jika tidak ada yang memberikan tugas, pekerjaan kalian nilai kalian akan bapak potong 50%," jawab sang guru.

Semua murid membulatkan matanya, kecuali satu orang yang sedari tadi hanya fokus pada bukunya, sekalian ia juga sambil mendengarkan.

"Ga bisa gitu lah pak, masa di potong 50% nilainya?"

"Salah kalian sendiri sudah dikasih waktu seminggu tapi masih saja ada yang belum mengerjakan PR-nya. Jika kalian terus menggerutu, bapak akan tambahkan potongan nilai menjadi 60%," mendengarnya membuat semua murid langsung bungkam.

"Bapak akan pergi sebentar, nanti kembali lagi ke kelas ini. Saat bapak kembali, bapak akan langsung menilainya, jadi harap kumpulkan ke depan jika sudah selesai," ucap sang guru, setelahnya ia langsung pergi keluar.

Vino panas dingin, ia tidak tahu harus mengerjakan PR apa. Orang baru kembali sekolah udah disuguhi PR aja.

Vino melirik teman sebangkunya, ingin bertanya tentang PR sekolahnya, tapi ia tidak tega melihat temannya yang sedari tadi membaca buku matematika. Ya, pelajaran hari ini adalah matematika.

Vino ingin berdiri, memutuskan untuk bertanya ke yang lain, tapi saat ia hendak berdiri, lengannya dicengkram. Vino lantas menoleh, melihat jika teman sebangkunya yang memegang lengannya sambil menoleh ke arahnya.

"Butuh soalnya kan?" Teman sebangkunya memberikan buku catatannya yang di sana sudah terdapat soal. Laki-laki itu menyalinnya dan memberikannya pada Vino. Perhatiannya fokus kembali pada bukunya, sebelum Vino menjawab pertanyaan.

"Makasih," ucap Vino sambil mendudukkan dirinya kembali. Ia mulai membuka tasnya, untung saja terdapat buku matematika di sana karena Vino mengambil buku-buku asal, kan ia tidak tahu buku mana

Padahal saat di Mansion, ia berharap salah satu dari mereka akan menyuruhnya untuk tidak sekolah saja, tetapi mereka tidak mengatakan apapun. Bahkan, mereka tidak mengatakannya sepatah katapun. Padahal kemarin Vino baru saja pulang dari rumah sakit.

Vino melihat buku catatannya teman sebangkunya. Dia melihat soal yang membuat kepalanya pusing tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Setelah selesai, Vino mulai memikirkan cara mengerjakannya.

Vino tidak menyadari bahwa teman sebangkunya melirik ke arahnya. Teman sebangkunya mengernyitkan dahinya, seolah-olah melihat asap mengebu-gebu di kepala Vino.

"Hah..."

Vino mendengar helaan nafas dan melihat lengan yang lebih besar darinya menggeser bukunya ke arahnya.

VINO ALVARENZAWhere stories live. Discover now