Bab 🕛

11.2K 935 11
                                    

"Vino," panggil suara yang sangat familiar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Vino," panggil suara yang sangat familiar. Vino tidak berbalik, ia malah melenggang pergi bersama Reno dan Gio. Gio yang hendak berbicara malah didorong punggungnya oleh Vino, membuat mereka berdua tampak bingung. Mereka mulai mengerti saat melihat siapa yang memanggil Vino.

"Mau sampai kapan Lo menghindari Rangga, teman Lo itu?" tanya Reno.

"Biasanya juga kayak sendal jepit, kemana-mana selalu berdua," lanjut Gio sambil memakan cemilannya. Mereka menatap Vino, seisi sekolah pun tahu jika Vino dan Rangga menjadi dekat. Perjuangan Vino untuk dekat dengan Rangga pun berhasil, entah bagaimana, tiba-tiba mereka menjadi dekat. Biasanya Rangga selalu mencari alasan untuk menjauhi Vino, tapi entah kenapa keesokan harinya Rangga tiba-tiba akrab dengan Vino yang membuat seisi sekolah merasa aneh.

"Diam deh, bukan urusan kalian," ucap Vino.

Triring. Bel berbunyi yang menandakan waktunya untuk berbaris di lapangan. Ya, hari ini adalah hari Senin.

"Udah bel," ucap Vino.

...

Vino, Reno, dan Gio berbaris di lapangan, tentu saja dengan barisan yang berbeda.

Guru yang berada di depan terus menerus mengatakan perkataan yang sama, membuat Vino merasa mengantuk. Matahari juga sangat terik yang membuat Vino kepanasan. Bukan hanya Vino, anak-anak lainnya juga merasa panas. Karena cuaca cukup panas, sebagian siswa yang berbaris ada yang pingsan dan mereka dibawa ke UKS.

Vino merasa pandangannya semakin buram. Sial, ia lupa jika dirinya belum makan pagi. Vino hampir pingsan, untung saja dirinya bisa menjaga keseimbangannya.

Seseorang dari belakang menepuk pundaknya. Vino menoleh dan melihat seorang pria dengan lambang PMR di sebelah lengan kanannya.

"Kenapa, sakit?" tanya pria tersebut.


Vino menggelengkan kepalanya. Meski merasa pusing, ia tidak ingin memperlihatkannya. Ia masih merasa cukup kuat untuk berdiri.

"Aku baik-baik saja, Kak," jawab Vino.

Orang tersebut memperhatikan raut wajah Vino yang pucat. Dilihatnya dari atas sampai bawah, tentu saja orang tersebut tidak mempercayai ucapan Vino karena dia tahu ciri-ciri orang yang merasa pusing. Orang tersebut menghela nafas.

"Jika kamu tidak kuat, bilang saja. Lambaikan tanganmu, di belakang ada PMR dan juga di sebelah sisi kiri," ucapnya.

Vino mengangguk, dan anggota PMR tersebut langsung kembali ke tempatnya.

Beberapa menit kemudian, Vino merasa dirinya tidak bisa melanjutkan acara berbaris. Pandangannya semakin buram, tapi ia terus memaksakan diri.

Tiba-tiba, seseorang datang ke arahnya. Orang tersebut tidak menepuk pundaknya, malah langsung mengangkat Vino. Vino yang diangkat merasa kaget, dan segera menggulungkan kedua lengannya di leher pria yang menggendongnya dari belakang. Karena pandangannya tidak jelas, Vino tidak tahu siapa pria yang menggendongnya itu. Seketika, pandangannya memudar.

Namun, samar-samar ia masih bisa mendengar suara riuh di lapangan.

                               ~~🔓🔒🔏🔐~~

"Buka mulutmu!" ucapnya dengan tegas.

Mendengar perintah tersebut, Vino mau tak mau membuka mulutnya lagi dan langsung memakan makanan yang disodorkan oleh pria yang ada di hadapannya, 'Rangga Algerian,.

Saat Vino tersadar kembali, ia melihat tangan seseorang memegang lengannya. Rangga berbaring dan menempelkan wajahnya yang menghadap ke arah Vino, hendak menyentuh wajahnya. Namun, Rangga malah terbangun dan mendekatkan dirinya ke arah Vino, membuat Vino terlonjak kaget.

"Udah kenyang," ucap Vino sambil melihat Rangga yang ingin menyodorkan makanannya kembali. Telapak tangan Vino menyentuh sendok yang hendak masuk ke mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

Rangga menghela nafas lalu menyimpan sendok itu kembali ke wadahnya, dan piring yang berisi makanan tersebut pun disimpan kembali ke mejanya.

Suasana begitu hening, kedua insan itu tidak ada yang mau membuka suaranya lagi setelahnya. Namun, tiba-tiba Vino berucap kembali.

"Kenapa lo di sini?" tanya Vino, langsung dijawab oleh Rangga.

"Gue liat lo mau pingsan, tapi lo nolak, jadi gue bawa lo paksa," jawab Rangga.

Vino ingat bahwa Rangga adalah salah satu bagian dari OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).

"Kenapa ngehindar?" kali ini Rangga yang bertanya.

Vino mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Ia menghindar karena teringat bahwa Rangga adalah salah satu dari haremnya Aura. Saat Rangga memberitahukan nama panjangnya dua atau tiga hari sebelumnya, Vino tidak bisa mengatakannya.

"Sibuk," jawaban bodoh macam apa itu!

Pintu di-dobrak saat Rangga hendak menarik pipi Vino agar menghadap ke arahnya. Mereka berdua lantas menatap ke arah pintu UKS, dan di sana terlihat Bian yang berdiri.

VINO ALVARENZAWhere stories live. Discover now