Bab 🕕

15.9K 1.3K 3
                                    


"Vino, bahasamu..." kali ini mommynya Queen yang berucap. Tentu saja Vino menautkan alisnya ke atas sebelah. Tidak ada yang salah dengan bahasanya. Bukankah bagus jika ia menggunakan bahasa sopan.

"Bahasaku sudah benar, Nyonya," mendengar perkataan Vino yang memanggilnya nyonya membuat Queen sedikit kaget.

"Tuan, nyonya, Tuan muda Vino kehilangan ingatannya hanya sebagian yang Tuan muda tidak ingat," kata pengasuh dengan sedih. Ia memutuskan untuk maju, menundukkan kepala sejenak sebelum mengungkapkan hal tersebut karena suasana ruangan yang tegang.

Vino berdiri dari mejanya dan berjalan menuju bibi pengasuhnya.

"Bibi~" suara manja itu ditujukan hanya untuk bibinya yang selama ini selalu menemani Vino baik dalam kebahagiaan maupun masa-masa sulitnya.

"Bibi, mana janji bibi?" Vino merentangkan lengannya. Meskipun suasana tidak menyenangkan, Vino tetap mendekati bibi pengasuhnya dan menagih janji tersebut.

"Tuan muda, maafkan bibi. Belum sempat membuatnya. Jika tuan muda sudah kembali, bibi akan segera memberikannya pada tuan muda Vino," kata bibi pengasuh dengan penyesalan.

Vino mulai menunjukkan ekspresi kesedihan, meskipun sebenarnya ia hanya ingin segera makan pudingnya. Ekspresi tersebut tidak luput dari perhatian orang-orang di sekitar meja. Seharusnya ekspresi seperti itu ditunjukkan saat Daddy/Suami/Anaknya berbicara dengan nada tegas.

"Iya sudah, tidak apa-apa," kata Vino dengan pasrah.

...

Jalanan begitu sepi, motor sport melaju dengan kencang namun masih dalam batas wajar. Motor itu memasuki kawasan sekolah dan Vino, yang mengendarainya, memberhentikan motornya. Ia kemudian membuka helmnya dengan gerakan lambat, rambutnya berkibar-kibar saat angin menerpanya.

"Aaaa."

"Cakep banget."

"Masyaallah, jodohku."

Teriakan-teriakan bergema dari para wanita, mencapai indra pendengaran Vino. Ya, yang mengendarai motor tersebut adalah Vino Alvarenza. Ia turun dari motornya dengan senyuman terukir di wajahnya. Sudah pasti akan begini, karena Vino terkenal akan ketampanannya di dunianya. Siapapun pasti akan tersipu melihatnya atau jatuh cinta padanya.

Vino berbalik dan melihat para wanita yang berteriak histeris. Namun, mata mereka tidak menatap ke arahnya, melainkan ke arah lain. Vino melihat ke arah samping dan melihat lima orang laki-laki yang berjalan santai dengan Kegiatan yang berbeda. Ada yang sedang bermain handphone, ada yang menatap datar, ada yang menyapa para wanita tersebut, dan ada yang genit serta mengatakan kata-kata menggelikan.

Vino memperbaiki kalimatnya yang sebelumnya bukan di dunianya, melainkan di dalam mimpinya.

Vino tidak ingin berlarut dalam kekesalannya. Sekarang ia sudah cakep, tapi tidak ada satu wanita pun yang meneriakinya atau menatapnya. Sudah gaya-gaya keren, tapi tidak ada yang memperhatikannya. Untuk apa?

"Adik lo kenapa?" tanya Gio adyava arkananta. Ia memperhatikan adik temannya, yang bibirnya terus menggerutu. Bibir itu ditekuk maju, bukan dari tadi, tapi baru sadar jika Vino ada di sebelahnya, jauh dari mereka.

VINO ALVARENZAWhere stories live. Discover now