36. Patah

240 170 42
                                    

Terimakasih untuk yang tetap setia baca cerita ini

Buang buruknya dan ambil hikmahnya

Jangan lupa untuk vote dan komen

Di persilahkan menandai typo





Seperti lukanya yang tak tampak, darahnya pun juga tidak terlihat.

-You Are My Medicine-

Zio membaringkan tubuh ringkih itu perlahan di atas kasur

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Zio membaringkan tubuh ringkih itu perlahan di atas kasur. Ia membuka dasi dan almamaternya. Melemparkannya sembarang kemudian kembali menghampiri Zia.

"Ada yang sakit?" tanyanya lembut sambil mengusap surai hitam itu.

Zia hanya menggeleng pelan. "Kamu mau minum? Atau butuh sesuatu? Nanti aku ambilin," ucapnya lagi menatap penuh sayang ke arah gadisnya.

"Aku gak papa Kak, mending sekarang kamu balik lagi ke sekolah," jawabnya lemah.

"Enggak. Aku mau di sini jagain kamu." Tangan Zio bergerak melonggarkan dasi Zia.

"Ka-kamu mau ngapain?" Zia menahan tangan Zio.

Zio beralih menatap mata Zia. Dapat ia lihat gadis itu sedang gugup saat ini. "Menurut kamu?" tanyanya dengan suara berat.

"Jangan macem-macem ya," ucap Zia mulai panik.

Zio semakin mendekatkan wajahnya. "Gak macem-macem. Satu macem doang," ucapnya berbisik di telinga Zia.

Zia semakin panik mendengar itu. Melihat ekspresi Zia, Zio pun tertawa. Ia mencium ringan pipi gadis itu lalu kembali menegakan tubuhnya.

"Lepas dulu almet sama dasinya biar kamu gak sesak. Aku gak akan ngapa-ngapain kok," ucapnya bangkit melepas sepatu dan kaus kaki Zia.

"Kecuali kalau udah halal," sambungnya membuat Zia yang semula lega kembali melotot. Zio terkekeh melihat itu.

Zia kembali merebahkan tubuhnya setelah melepas almamater dan dasinya. Zio pun kembali menghampiri Zia.

"Maaf merepotkan," ucap Zia.

"Gak papa kalau direpotin calon istri sendiri." Zia tersenyum tipis.

"Kamu balik aja lagi ke sekolah."

"Aku gak mau Yang, lagian kenapa sih kamu ngusir aku? Gak suka deket-deket sama aku?" kesal Zio.

"Bukan gitu Kak. Sebentar lagi kamu mau lulus. Kamu harus belajar, nanti kalau nilai kamu jelek gimana?" tanya Zia lembut.

"Yaudah aku kan juga bisa belajar di sini sambil jagain kamu." jawab Zio tak mau kalah.

Ia pun membaringkan tubuhnya di samping Zia, tangannya memeluk pinggang ramping itu.

You Are My Medicine [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora