Awal

3.8K 308 19
                                    






Seorang gadis terlihat buru-buru mengemasi buku-bukunya bersiap ke kampus yang jaraknya lumayan jauh dari Mansion tempatnya tinggal. Ia bangun kesiangan,gadis itu menggerutu;Dosennya tiba-tiba memajukan jadwal presentasinya jadi hari ini.

Andai Dosen nya itu menginformasikan dari kemarin,dia pasti tidak akan begadang untuk menyelesaikan drama yang baru ia lihat beberapa episode kemarin.

Sebelum meninggalkan kamarnya,ia melihat ke nakas di samping tempat tidur. Ia tersenyum menatap satu tangkai bunga mawar merah yang sudah ada di sana.

Dipikiran gadis itu,bibi Ahn lah yang selalu memberinya bunga. Karena wanita tua itu bekerja di sana sudah lama,yakni pada saat kedua orang tuanya pindah ke Mansion mereka yang sekarang. Atau mungkin pekerja yang lain?
Siapa pun itu, si sulung sangat terkesan.

Itu dilakukan setiap hari. Setiap gadis itu bangun di pagi hari,setangkai bunga mawar sudah ada di atas nakas nya. Tapi yang membuat gadis itu heran,darimana mereka tahu jika dia menyukai bunga berduri itu?

Kim Jennie; berlari menuruni tangga,melewati meja makan dan berlalu begitu saja mengabaikan seseorang yang sedari tadi menunda sarapan nya hanya untuk menunggu kakaknya untuk sarapan bersama.

Sebelum benar-benar pergi,Jennie sedikit berteriak saat melihat wanita tua itu yang berada di dapur.

"Terima kasih,Bibi Ahn" teriak Jennie sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu.

Wanita tua itu mengernyit bingung dengan maksud perkataan dari majikan muda nya. Namun ia tidak ambil pusing,ia kembali melanjutkan kegiatan nya.

Kim Rosie; hanya menatap kakak nya yang pergi,tanpa menoleh padanya.
Seharusnya Rosie sudah terbiasa,sarapan sendirian. Namun salahkah ia berharap kakaknya itu ikut bergabung bersamanya?

Rosie meninggalkan meja makan,nafsu makannya sirna begitu saja. Saat akan menaiki tangga,langkahnya terhenti saat melihat sebuah flashdisk di anak tangga pertama. Rosie berfikir jika flashdisk itu milik Jennie yang terjatuh saat berlari tadi.

Rosie berlari keluar,berharap masih menemukan Jennie tapi sayang mobil milik kakaknya itu sudah tidak ada.

Rosie kembali berlari. Tujuannya adalah Halte. Rosie mengabaikan teriakan pria yang bertugas menjaga keamanan Mansion.

Anak itu berdiri gelisah saat belum ada satu pun bus yang lewat.
Ia takut jika flashdisk yang ada padanya ini berisikan tugas-tugas kakaknya yang akan di kumpulkan hari ini.

Oke;tidak ada pilihan lain. Rosie berlari menuju kampus Jennie yang jaraknya tidak jauh,menurut Rosie.

**

"Jennie!!!"

Jennie yang baru saja memarkirkan mobilnya mencari sumber suara. Gadis itu berlari kearah kedua sahabatnya;Jisoo dan Irene.

"Jam berapa presentasinya?"

Jisoo melihat jam tangannya,"15 menit lagi presentasinya dimulai"

"Flashdisk gak lupa kan?" tanya Irene.

"Ada kok.." Jennie merogoh tas nya. Wajahnya panik saat tak menemukan benda kecil itu.

"Kenapa,Jen?" mereka berdua ikutan panik.

"Flashdisk nya kok gak ada_" Jennie mengeluarkan semua isi tasnya,tetap saja benda itu tidak ada.

"Kok bisa? Lupa?"

"Enggak! Aku ingat,tadi aku bawa. Atau jangan-jangan jatuh mungkin ya?" Jennie meremas rambutnya frustasi. Bingung,ini nasibnya mereka gimana?

Jisoo dan Irene ikut frustasi dibuat nya. Habislah mereka hari ini.

Sementara itu,Rosie yang baru saja menginjakkan kakinya di gerbang sedang mengatur nafasnya yang kejar-kejaran.
Baju di bagian lehernya basah dan juga di bagian punggung karena keringat. Belum selesai mengatur nafasnya,ia melihat Jennie dan dua gadis lainnya yang berdiri di parkiran. Rosie melangkah pelan menghampiri ketiganya,tenaganya tidak sanggup lagi untuk berlari.

Jennie berbalik saat seseorang menarik-narik ujung bajunya. Ekspresi nya berubah saat mendapati adik nya itu berada di sana.

"Kamu ngapain ke sini,Hah!" suara Jennie mengundang beberapa pasang mata.

"Jen,dia siapa? Adik kamu?" tanya Jisoo.

"Bukan!Dia bukan siapa-siapa." ucapan Jennie barusan memberikan efek yang besar untuk Rosie. Nampak kesedihan diwajahnya. Tidak apa-apa kata Rosie,kakaknya memang seperti ini. Dia tidak pernah mengakui Rosie sebagai adiknya pada orang-orang. Bahkan ke teman-teman nya juga. Yang mereka tahu,Jennie anak tunggal.

Kakaknya itu sangat terkenal di kampus,dikenal berbagai kalangan. Jika mereka semua tahu,Jennie si primadona kampus memiliki adik yang Tunarungu Kakaknya pasti akan malu nanti.

Tidak ingin berlama-lama di sana dengan tatapan mengintimidasi dari orang-orang,Rosie meraih tangan Jennie dan memberikan flashdisk itu. Setelah benda itu berpindah tangan,Rosie pergi begitu saja dengan kepala yang tertunduk mengabaikan pandangan orang-orang padanya.

Jennie tertegun menatap flashdisk di tangannya. Mengapa flashdisk nya bisa ada pada anak itu?
Jennie juga sempat melihat wajah dan setengah baju anak itu basah,apa ia habis berlari?

"Jen,aku serius. Dia siapa?" Jisoo kembali bertanya dengan wajah seriusnya.

Jennie tersadar dari lamunannya. "Udahlah,gak usah di pikirin. Yang penting sekarang flashdisk nya kan udah ada" Jennie merangkul kedua temannya itu dan berjalan menuju kelas.

Rosie selalu berkata dalam hati,jika dia baik-baik saja. Memaklumi semua sikap kakaknya itu,tapi tetep saja rasanya sakit. Rosie mengusap pipi bulatnya,menghilangkan cairan bening di sana.

Rosie mengambil sebuah buku kecil yang selalu ia bawa di sakunya.

Hanya buku itulah yang membuatnya bisa berkomunikasi dengan orang lain,karena tidak semua orang mengerti akan bahasa nya;bahasa isyarat.

Kepalanya tidak lagi menunduk. Rosie tersenyum lebar,ia anggap itu sebagai mantra baginya. Terbukti dengan perasaannya jadi jauh lebih baik sekarang.

Rosie berlari seraya melompat-lompat untuk pulang ke rumah.




TBC...

Bunga TerakhirWhere stories live. Discover now