Chapter 1

97 20 9
                                    

"home"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"home"

• • •


Bagi Sura, begitu mudah untuk menampik semua cemooh tidak berdasar yang diucapkan rekan-rekan kerjanya. Jika orang-orang awam menasihatinya seperti "tutup telinga saja", dia sudah melakukannya dengan sangat ahli. Dia mahir, toh ini kasus serupa dulu. Mereka membangun sebuah fiksi liar dan menyesatkan yang bersumber dari perkataan orang lain dengan kata awal "katanya". Mereka berbisik, matanya menyebalkan, menatap kepada Sura seperti gadis ini adalah gadis paling murahan di dunia. Itu salah. Benar-benar salah. Kim Hongjoong akan sangat mempercayai ini.

Saat rumor masih sebatas bulir, hal lucu masih kerap terjadi, di mana mereka tadi, pada suatu pagi yang baik, akan merekahkan senyum palsu dan berkata "Selamat pagi, Sura. Hari ini harus bekerja keras juga, ya!" Wah, bersemangat dan girang bukan main. Namun, Sura hanya menarik seulas senyum tipis disusul anggukan kecil. Mari lihat bagaimana tingkah mereka kelak jika gosip yang mereka bangun sendiri tumbuh menjadi sesuatu yang dapat mempengaruhi psikis seseorang bahkan mungkin nyawa seseorang.

Hari ini Sura hanya akan melakukan tugasnya dengan sepantasnya: mengucapkan "Selamat datang!", menanyakan pesanan makanan, mengantar makanan ke meja pelanggan, jangan masuk ruang manajer di saat ada pemilik restoran di dalamnya, mencuci piring dan hal merepotkan lainnya. Nanti, saat hari melelahkan gentas, senja menjemput, seorang pemuda menanti, dan Sura tersenyum elok serupa purnama lalu berkata dengan riang, "Mari pulang, Joong."

Pekerjaan ini sudah ia tekuni lebih dari lima bulan. Memang bukan pekerjaan yang bisa dibanggakan, seorang pramusaji, yang benar saja. Namun, mengingat kondisi dirinya yang tidak mengenyam pendidikan yang tinggi, sempat kelaparan setiap hari, tidak diinginkan, pekerjaan ini adalah hal yang cukup baik yang bisa ia dapatkan. Gaji yang dinilai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya dengan Hongjoong-kekasihnya, membuat Sura semakin mantap untuk bertahan sedikit lagi pada pekerjaannya yang sekarang, setidaknya sampai bulan ini rampung.

Percayalah bahwa hari-hari di tempat kerja bagi Sura adalah seperti di neraka. Satu hal yang membuat ia yakin bahwa dirinya benar-benar tidak di neraka adalah bahwa di neraka penghuninya tidak memakai seragam pramusaji. Maka dia mantap sekali bahwa yang sedang ia hadapi ini adalah sebuah simulasi. Simulasi kekejaman neraka. Sempurna. Meskipun begitu, orang-orang melihatnya sebagai sosok yang tenang seperti sungai di siang hari. Tiada pernah sebuah pemikiran mampir di otak mereka bahwa pada malam hari sungai terlihat begitu tenang dan senyap, menyimpan banyak sekali rahasia di dalamnya. Namun benar, Sura memanglah sungai. Sungai yang baik, dia tidak akan menjadi air bah, dia hanya akan menahan air, sekuat dia mampu. Bahkan saat dia mendengar seseorang tengah membicarakannya dengan segala praduga super ngawur, dia hanya menahan tangisnya dan terus mendengar.

"Hei, aku dengar, si Sura itu punya kekasih." Dengan jelas Sura mendengar sebuah pembukaan percakapan ini di balik toilet. Demi apa pun Sura masih bisa bertahan bila orang-orang menggunjingnya, tapi jika Hongjoong, dia rasa dia ingin melayangkan tinju terbang.

mercusuar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang