Chapter 2

57 15 4
                                    

"cure"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"cure"

• • •


Hongjoong ingat sekali musim semi tiga tahun yang lalu, saat untuk sekian tahun, akhirnya ia bertemu kembali dengan Sura, cinta masa kecilnya. Kala itu, dia baru saja selesai melakukan busking di jalanan yang sudah menjadi rutinitas hariannya. Dari sekian banyak orang yang ingar bingar, dia melihat satu sosok gadis berdiri bergeming untuk waktu yang lama dengan wajah kagetnya yang lucu. Gadis itu berjalan mendekat, masih dengan raut kagetnya, dan bertanya "Kim Hongjoong?"

Suaranya berubah.

Hongjoong yakin sekali bahwa suara itu adalah suara yang sangat ia rindukan, dan saat ia mendengarkan suara itu lagi, rasanya bahkan jauh lebih menenangkan. Hongjoong menatap gadis itu lamat-lamat hanya untuk memantapkan diri apakah peristiwa di hadapannya ini bukanlah halusinasi berkat rindu yang sudah tak keruan. Maka tatkala semuanya terasa begitu nyata, senyumnya merekah, raganya ingin sekali memeluk si gadis, tapi lidahnya bahkan terasa seperti patah saat berkata, "S-sura?"

Sehabis itu, hanya hal-hal manis yang ia ingat. Dia mendapat cinta si gadis, mereka hidup bersama meski masih menghadapi beberapa masalah ekonomi. Mereka bertukar cerita bagai sahabat, bermain bagai anak kecil, bertengkar bagai suami istri, bahkan melindungi satu sama lain seperti kakak adik. Semuanya sempurna, sampai satu tahun setelahnya Hongjoong mengalami kecelakaan yang menyebabkan matanya rusak dan tidak bisa melihat lagi. Dunianya runtuh. Bermusik bagai sesuatu yang tidak mungkin lagi untuknya. Gitarnya sempat usang dan bau apak. Namun, Sura berdiri di sana, menawarkan dunia baru yang menjanjikan. Hongjoong terselamatkan.

Semua hal manis yang telah Hongjoong lewati bersama Sura semacam obat atas segala pertanyaan yang menyisakan luka di hatinya berkat kepergian Sura yang tiba-tiba. Dulu Hongjoong tidak sempat mengucapkan selamat tinggal. Kejadian yang ia ingat hanya dia yang saat itu masih berusia sembilan tahun berlari dengan hati gusar. Pagi itu terasa sangat dingin. Bunga amarilis yang baru kembang, ia genggam rapat-rapat. Makhluk indah itu barangkali adalah satu-satunya yang bersuka riang di ruangan yang sarat sepi. Hongjoong kecil bertanya pada salah satu penjaga panti asuhan di mana Sura. Penjaga itu hanya menjawab sederhana bahwa Sura sudah diadopsi semalam. Hongjoong lesu, tidak jauh berbeda dengan bunga amarilis dua minggu setelahnya. Bunga itu sudah ia rawat sejak tunas hanya untuk menunjukkan pada Sura bahwa di musim dingin pun ada bunga cantik yang dapat mekar. Susah payah ia merawat bunga itu, sayangnya bunga itu tidak pernah sampai ke pemilik yang dimaksud.

Maka, jangan terheran-heran jika kini sebuah pot kecil dengan tanaman yang malu-malu hendak mekar tengah nangkring kesepian di jendela rumah.

"Kau merawatnya dengan baik, ha?" dengan usil Sura bertanya pada Hongjoong sembari sedikit-sedikit membantu pemuda itu menyiram tanaman di pot itu.

"Apakah dia sudah mekar?"

"Belum, masih kuncup. Kurasa tidak lama lagi akan mekar. Kenapa kau merawatnya padahal kau tidak bisa melihatnya?"

mercusuar Where stories live. Discover now