Chapter 3

46 15 1
                                    

"a simple but warm hug"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"a simple but warm hug"


• • •


"Hei, kau sudah bisa berhenti berakting sekarang. Aku bisa bertahan tanpamu sampai akhir bulan, meski sebetulnya aku tidak pernah ingin kau untuk menjadi temanku." Sura barang pasti memang ada nyali. Setelah seharian lepas di bersikap tak acuh pada setiap perkataan gadis di depannya, kini dia berani mengutarakan segala kekesalannya.

Gadis yang baru kena hardik ini membelalak matanya. Dia adalah gadis yang tempo hari ketahuan sedang membicarakan Sura di toilet. Mendengar perkataan Sura barusan barangkali benar-benar berhasil membuat naik pitamnya. Tampang wajahnya tak henti-hentinya menampakkan perasaan tidak percaya dan jijik-mungkin. Manusia sejenisnya jika sudah menghadapi perkara macam ini, maka lepas semua sifat aslinya.

"Ha, dasar wanita gila. Kau harusnya berterima kasih padaku karena jika aku tidak bergaul denganmu satu bulan ini, aku yakin kau sudah depresi dan bunuh diri." Rasanya ingin tergelak sepuasnya saat mendengar perkataan ini. Sura yakin sekali bahwa apa yang ia alami ini hanya luka ringan jika dibandingkan dengan luka-lukanya yang dulu.

"Tidak, sebenarnya aku punya alasanku untuk tidak bunuh diri sejak dua tahun lalu, meskipun begitu terima kasih. Kau mengajarkanku untuk lagi-lagi jangan mempercayai orang lain."

Bak sudah disulut api emosi, gadis tadi menjawab dengan muka yang lagi-lagi membuat muak, "Apa itu kekasihmu? Kau benar-benar sudah gila, ya? Kalau kekasihmu tahu kelakuanmu, aku yakin sekali dia akan meninggalkan wanita menjijikkan sepertimu."

"Tahu apa kau tentang kelakuanku dan tentang Hongjoong? Kau pikir kau mengetahui semuanya padahal kau tidak, tidak seujung jari pun." Kalimat terakhir, menohok cukup dalam, menerobos begitu saja. Terlihat jelas lawan bicaranya mengernyitkan dahi kebingungan, harga dirinya robek sedikit, tapi dia tak tahu diri. Maka dia akan mengeluarkan senjatanya yang tumpul; sebuah tuduhan tanpa bukti. Berdiri tegak dengan wajah naik, dia merasa sombong tapi isi kepalanya hanya sebatas otak ayam. Dia membual, "Memang ada yang salah dengan berita itu. Kau menjadi wanita simpanan bos restoran, kau memuaskannya setiap dia kesini, semua itu untuk uang, kan? Wanita cantik dan miskin sepertimu memang seharusnya menempuh jalan semacam itu untuk tetap hidup!"

Sampai titik ini, Sura tersadar bahwa yang tengah ia lakukan adalah buang-buang energi. Sura membuang napas lelah batin, mengambil sedikit jarak dan hendak hati ingin minggat setelah berujar, "Terserah, aku tidak peduli lagi. Kalau pun aku menjelaskan, kau pasti tambah menyalak seperti anjing. Memang seperti itu tabiatmu."

Namun, satu sekon kemudian, headwaiter restoran, Manajer Han Juwon, datang mendobrak pintu sembari menyeru, "Sura!"

Mimik laki-laki berumur hampir paruh baya itu berwalang hati. Dengan suara yang terengah-engah dia berkata, "Manajer Jung datang, dia ingin menemuimu di ruanganku."

mercusuar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang